Bab. 3 Rosie Cemburu

4.4K 621 27
                                    

"Cemburu itu wajar, namanya juga manusia..." – Rosie cantique, 2k19.


***


Rosie tidak bisa berkutik saat tubuhnya terkunci dan mulutnya dibekap. Untuk menggerakkan tubuhnya pun rasanya susah karena tubuhnya kini ditindih oleh tubuh besar milik sosok yang langsung ia kenali hanya dengan melihat sekilas saja. Rosie meronta, sekuat tenaga menggerakkan tubuhnya agar terbebas dari kungkungan.

"Sssttt.. Diem! Gue nggak mau lo teriak terus bikin orang rumah pada ke sini!"

Jeffrey menatap Rosie yang terkurung di bawahnya. Sebenarnya tangannya yang gunakan untuk menutup mulut Rosie sudah lelah, apalagi tenaganya mulai habis karena Rosie sejak tadi memberontak. Namun ia harus membuat perjanjian dulu dengan cewek itu agar Rosie tidak membuat keributan nantinya.

"Gue bakal lepasin kalo lo janji bakalan diem. Nggak pake teriak." Ujarnya lagi.

Kali ini Rosie mengangguk dengan cepat. Cewek itu sepertinya mulai kehabisan nafas. Ia juga sudah tidak banyak bergerak dan hal itu membuat Jeffrey bisa sedikit bernafas lega.

"Oke. Dalam hitungan ketiga gue bakal lepasin lo. Tapi gue mohon, jangan teriak." Ia mengingatkan lagi dan Rosie mengangguk.

Perlahan Jeffrey mengangkat tubuhnya. Tangan kanannya masih ia gunakan untuk menutup mulut Rosie sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menopang tubuhnya. Jeffrey mulai mundur perlahan saat dirasa Rosie mulai diam dan tidak melakukan perlahan. Yakin jika Rosie benar-benar menurut, Jeffrey-pun melepaskan tangannya dan di saat yang sama Rosie langsung mengeluarkan teriakannya yang menggelegar.

"MAMAAAAAAA JEF – "

Belum sempat Rosie selesai berteriak, Jeffrey kembali membekap mulut Rosie. Ia menatap Rosie dengan tajam dan benar-benar kesal sekarang. Mempercayai Rosie itu sama saja dengan membuang-buang waktu. Percuma.

"Rosie! Kampret ya, lo. Disuruh diem malah teriak!"

Jeffrey benar-benar marah. Ia tidak peduli jika Rosie mulai memberontak kembali. Di sisi lain Rosie benar-benar kesal dengan Jeffrey. Cowok itu sudah seenak jidat masuk ke kamarnya, memeluknya dan kini malah menjadikannya sebagai sandera. Ah sialan. Cowok seperti Jeffrey memang hanya membuat naik darah saja.

Rosie tidak peduli lagi. Ia terus menggerakkan tubuhnya agar bisa lepas dari kungkungan Jeffrey. Kedua tangannya ia gunakan untuk memukuli Jeffrey sekuat tenaga dan kakinya yang bebas ia gunakan untuk menendang ke segala arah. Jeffrey mulai mengaduh kesakitan saat tubuhnya menjadi sasaran empuk Rosie. Ia hampir saja menyerah namun ia tidak bisa melepaskan Rosie begitu saja. Cewek itu licik dan tidak bisa dipercaya. Bisa-bisa Rosie akan mengadu pada bunda mengenai hal ini. Jeffrey tidak mau imej goodboy-nya luntur di depan bunda.

Namun sepertinya kesialan sedang mendatangi Jeffrey. Lutut Rosie secara tidak sengaja bergerak liar dan mengenai milik Jeffrey yang paling berharga, hingga membuat pemiliknya mengaduh kesakitan sambil memegangi miliknya dan berguling ke sisi kasur yang kosong.

Begitu Jeffrey tidak lagi berada di atasnya, Rosie segera bangkit. Ia melompat ke lantai dan berdiri dengan waspada. Dilihatnya Jeffrey yang guling-guling di kasur sambil mengaduh kesakitan. Tidak lupa kedua tangannya yang masih bertengger memegangi miliknya yang terasa berdenyut-denyut.

"AAAARRRGGHHHH!!! Rosie kampret! Anjing!! Ini sakit banget woy!! AAAAAAAA" Teriaknya dengan suara lantang.

Rasanya Jeffrey ingin menangis saja. Benar-benar sakit sampai rasanya ingin mati. Sakitnya benar-benar tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Jika tidak ingat umur, mungkin Jeffrey sudah berteriak memanggil bundanya yang sudah tenang di alam baka.

Dear, Rosie | Jaerose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang