HappyReading!!
"Ck, heran gue liat lo." untuk kesekian kalinya Felix berdecak, tak habis pikir dengan kakaknya yang satu ini. Perempuan tapi kelakuannya mirip seperti laki-laki.
"Pelan-pelan dong! Niat ngak sih lo ngobatin gue." Alisa menggeram saat Felix sengaja menekankan kapas itu dengan keras di pipinya yang lebam.
"Lo kenapa berantem sih?" tanya Felix. "Luka satunya belum sembuh lo malah bikin luka baru." lanjutnya lagi, ia menatap Alisa tak percaya benar-benar kakaknya ini sangat ajaib.
"Ck, lo kalau ngak ikhlas bilang dong." Alisa berdiri membuat Felix menghentikan aktivitasnya mengobati luka gadis itu. Alisa berniat beranjak dari sana tapi dengan cepat Felix menahan kakaknya lalu mendudukkannya kembali.
"Diem dulu deh, belum selesai ini." tegur Felix sewot.
Alisa hanya memutar bola matanya malas, walau kesal ia tetap menuruti perintah adiknya itu.
"Nah, selesai." ucap Felix setelah selesai menempelkan plester di pipi kiri Alisa. Cowok itu tersenyum lalu menepuk kepala Alisa pelan.
"Apa lagi yang kamu buat Alisa?"
Saat Alisa ingin beranjak dari tempatnya, tapi suara William menghentikannya. Alisa hanya diam tak berniat menjawab hingga hening beberapa saat.
William menghembuskan napas pelan lalu duduk di dekat Alisa, Felix hanya diam tak ingin ikut campur urusan antara kakaknya dengan ayahnya.
"Berantem sama siapa kamu?" tanya William berusaha melembutkan suaranya.
"Albert." jawab Alisa santai seolah tak terjadi apa-apa.
"Kamu apain dia?" tanya William lagi menatap Alisa dengan tatapan intimidasi.
"Alisa tonjok perutnya sama pipinya, ya." jawab Alisa antusias, seolah-olah gadis itu sedang menceritakan pengalaman terbaiknya.
"Siapa yang salah?"
"Dialah! masa Alisa." jawab Alisa lagi nadanya sedikit sewot.
William menghembuskan napasnya pelan, ia harus sabar menghadapi putrinya seperti Alisa ini. Alisa mengerti maksud ayahnya. Ayahnya butuh penjelasan lebih.
"Albert yang salah yah, tiba-tiba narik Alisa yaudah Alisa pukul aja, eh dia bales tapi pukulanya cemen cuman gini doang yang ia bisa, cih." jelas Alisa sambil menunjuk lukanya yang sudah tertutupi oleh plester.
Felix menganga tak percaya mendengar ucapan kakaknya, apa yang ia katakan? cuman gini doang, astaga sungguh Felix tak habis pikir bagaimana jalan pikiran kakaknya ini.
Sedangkan William ia hanya menggelengkan kepalanya, ia merasa memiliki dua anak cowok. Sungguh Alisa sangat jauh dari kata permpuan.
"Lebih baik kalian mandi. Ayah mau ke kamar dulu." ujar William meninggalkan kedua anaknya.
Felix menatap Alisa. "Sinting." ujar Felix lalu segera berlari ke arah kamarnya. Alisa yang mendengar itu mengejar adiknya hingga di depan kamar Felix, gadis itu menggedor-gedor pintu kamar sang adik.
"Awas lo ya!" ancam Alisa lalu masuk ke dalam kamarnya yang tepat berhadapan dengan kamar Felix.
>_<
"Yah, Sa berangkat dulu, ya." pamit Alisa mencium pipi William sekilas.
"Lo ngak mau bareng gue?" tanya Felix menatap kakak perempuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa
Teen FictionTerkadang kita harus memilih untuk egois agar kita dapat bahagia -Alisa Charlotte- ***** Hidup tanpa seorang Ibu membuat Alisa menjadi gadis yang keras, di didik seorang Ayah dan satu saudara lelaki membuat Alisa menjadi gadis yang jauh dari kata f...