HappyReading!!
Alisa dengan cepat turun dari motor Felix saat ia melihat Gavin yang baru saja datang.
Gadis itu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, lalu menoleh ke arah Felix yang baru saja turun dari motornya.
"Lix, gue udah cantik, belum?" tanya Alisa narsis, gadis itu tersenyum dengan wajah yang dibuat-buat.
Felix menatap kakak perempuannya itu dengan tatapan heran, aneh dengan sikap gadis ini. Belum sempat Felix menjawab pertanyaan Alisa, gadis itu sudah pergi dari hadapannya.
"Makasih Felix pujiannya, gue emang cantik." ujar Alisa berlalu dari hadapan adik laki-lakinya.
Felix mengerutkan dahinya tidak mengerti. " Perasaan gue belum jawab, deh."
"Gavin!" panggil Alisa sedikit keras hingga membuat beberapa pasang mata menatap ke arah gadis itu.
Gavin ikut menoleh saat ia merasa seseorang memanggil namanya dan menemukan Alisa yang sedang mengatur napasnya.
"Alisa?" panggil Gavin mencoba memastikan bahwa ia tidak salah orang.
Alisa mendongak setelah merasa napasnya sudah teratur.
"Pagi, Gavin." sapa Alisa tersenyum hangat.
"Pagi, Sa." Gavin membalas senyum Alisa dengan senyum terbaik miliknya.
"Baru datang?" tanya Alisa mencari topik pembicaraan.
Gavin sedikit terkekeh, "Iya."
Salah nanya, nih, gue.
"Bareng ke kelas, boleh, ngak?" tanya Alisa sedikit malu-malu.
Gavin kembali di buat terkekeh geli akibat tingkah gadis itu.
"Boleh." jawab Gavin setelah tawanya mereda.
"Ngak ada yang marah, kan?" Alisa bertanya dengan ambigu.
"Ngak ada, Sa."
"Jadi boleh gandeng dong?" celetuk Alisa tanpa sadar yang mengundang tawa dari pria yang ada di sampingnya.
"Eh, salah ngomong, ya." Alisa menutup mulutnya saat menyadari ucapannya.
"Emang, lo mau?" tanya Gavin menatap gadis itu.
"Ya, kalau boleh, sih." balas Alisa sedikit malu-malu. Ia tidak memedulikan tatapan aneh siswi di sepanjang koridor kelas fokusnya hanya tertuju kepada Gavin.
Gavin kembali tertawa akibat ucapan gadis itu, lucu sekali pikirnya.
Gavin berhenti saat ia sudah sampai di depan kelasnya, lalu menoleh ke arah Alisa. "Duluan, ya, Sa." pamit pria itu, tersenyum simpul.
"Iya, semangat berlajarnya." imbuh Alisa membalas senyum Gavin dengan senyum hangat miliknya.
Gavin mengangguk sebelum memasuki kelasnya, meninggalkan Alisa yang tidak bisa menahan senyumnya.
Alisa memasuki kelasnya dengan senyum yang masih mengembang di sudut bibir gadis itu. Membuat Kenzi mengerutkan dahinya bingung, ada apa dengan gadis ini?
"Al..." Kenzi hendak memanggil gadis itu tapi ucapannya tertahan saat tiba-tiba Alisa memeluknya dengan sangat erat di iringi tawa riang gadis itu.
"Sa, le-lepasin." pinta Kenzi kesulitan bernapas akibat pelukan Alisa yang terlalu erat.
"Eh, sorry." Alisa hanya cengengesan sendiri, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lo kenapa, sih?" tanya Kenzi berusaha bersabar, pria itu merapikan seragamnya yang sedikit kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa
Teen FictionTerkadang kita harus memilih untuk egois agar kita dapat bahagia -Alisa Charlotte- ***** Hidup tanpa seorang Ibu membuat Alisa menjadi gadis yang keras, di didik seorang Ayah dan satu saudara lelaki membuat Alisa menjadi gadis yang jauh dari kata f...