Alisa || Chapter 12

378 19 0
                                    

HappyReading!!

"Felix sialan." umpat Alisa, wajah gadis itu terlihat memerah akibat menahan amarah.

Sudah 20 panggilan, tapi Felix tak kunjung mengangkat telepon darinya. Entah motif apa pria itu tega meninggalkan Alisa sendirian di sekolah yang mulai sepi.

Hari sudah mulai sore dan Alisa masih setia berdiri di depan gerbang sekolahnya yang sudah mulai sepi. Entahlah, mungkin hari ini tidak ada kegiatan sama sekali.

"Awas, aja, bakal gue hajar lo, ntar." geram Alisa meremas ponselnya yang menampilkan riwayat panggilannya dengan Felix, pria itu belum juga mengangkat teleponnya bahkan saat Alisa mengulang menelponnya nomornya sudah tidak aktif.

Emosi gadis itu sudah berada di ubun-ubun kepalanya, wajah Alisa sudah merah padam. Bahkan langit sudah mendung saat ini menunjukkan tanda-tanda bahwa hujan akan turun.

Dengan langkah kesal Alisa berjalan ke arah halte saat menyadari sebulir air turun mengenai hidungnya dan sepersekian detik, hujan sudah mengguyur kota.

Alisa melirik dua pria yang juga sedang berteduh sama sepertinya, pria itu mengenakan baju basket dan tak lupa bola berwa orange yang berada di kedua tangannya. Pasti dari sekolah lain pikir Alisa.

Alisa tak menggubris mereka saat secara terang-terangan pria itu menatap Alisa.

"Cewek, boleh kenalan, ngak?" salah satu dari mereka mulai mendekat. Alisa tak menjawab, mengabaikan mereka dengan memainkan game di ponselnya.

"Sombong, amat." pria lain berujar mencoba memegang lengan Alisa tapi di tepis kasar oleh gadis itu.

"Apaan, sih, lo." sentak Alisa ketus menatap pria itu tajam.

"Yang galak begini, nih, gue demen." pria itu berujar dengan tawanya di ikuti temannya.

Saat pria itu hendak memegang tangan Alisa, dengan cepat gadis itu memutar lengan pria itu menguncinya lalu menyikut tulang rusuknya membuat pria itu memekik kesakitan.

Temannya terperangah, lalu maju hendak memegang kedua tangan Alisa tapi pergerakan gadis itu terlalu cepat. Alisa menendang tulang kering milik pria itu yang lagi-lagi terdengar suara pekikan yang tertahan.

Alisa mengambil kesempatan, ia berniat berlari menerobos hujan tapi tangannya di cekal oleh pria yang tadi ia sikut. Alisa menghela napas cepat, lalu memberikan satu bogem tepat di hidung pria itu, entah kekuatan Alisa yang terlalu kuat atau pria itu yang lemah suara retakan tulang terdengar samar-samar di teliang keduanya.

Alisa meringis, "Sorry." ujarnya menendang tulang kering pria itu lalu berlari meninggalkan mereka yang memekik kesakitan di bawah derasnya hujan.

Tak sampai setengah perjalanan, mobil hitam berhenti tepat di depan gadis itu membuat Alisa menghentikan langkahnya. Dengan basah kuyup Alisa memasuki mobil itu saat ia melihat Vano membukakan pintu untuknya.

Alisa mengambil handuk kecil yang di berikan pria itu. "Sorry, Ka." ujar Alisa tak enak.

"Untuk?" tanya Vano memerhatikan gadis itu, tak berniat menjalankan mobilnya ia fokus menatap ke arah Alisa.

"Gue buat mobil lo basah."

Vano terkekeh kecil, "Sans." balas pria itu mulai menjalankan mobilnya.

"Tapi sumpah, ya, gadis lumba-lumba, lo keren bangat tadi." ujar Vano melirik Alisa sebentar.

Alisa mengerutkan keningnya bingung, "Maksud lo?" tanya Alisa tangannya masih sibuk mengusap rambutnya yang mulai lepek akibat air hujan.

AlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang