HappyReading!!
Alisa turun dari mobil Vano setelah mengucapkan terima kasih. Pagi-pagi buta pria itu sudah datang ke rumahnya dengan alasan ingin mengantarnya, membuat Alisa dengan buru-buru bangun dari tidurnya.
"Gadis lumba-lumba." panggil Vano menahan gadis itu.
Alisa berbalik seraya menaikkan alisnya, menatap Vano dari jendela mobil pria itu.
"Siang nanti sibuk, ngak?"
Alisa tak langsung menjawab, gadis itu memegang dagunya tampak seperti sedang berpikir.
"Ngak."
"Oh, yaudah." ujar Vano membuat gadis itu mengerutkan keningnya merasa bingung.
"Kenapa emang?" tanya Alisa heran.
"Nanya doang." jawab Vano santai. "Yaudah, gue duluan." pamit pria itu melajukan mobilnya, meninggalkan Alisa yang masih menatapnya dengan tatapan heran.
Saat Alisa hendak berbalik, gadis itu di kejutkan dengan kehadiran Gavin yang muncul dengan tiba-tiba.
"Gavin, lo ngagetin gue." Alisa berujar seraya mengusap dadanya.
Gavin tak menjawab, pria itu mengikuti tatapan Alisa.
"Tadi, lo ngeliatin apa?" tanya Gavin basa-basi.
"Liatin masa depan kita." jawab Alisa asal, gadis itu tersenyum malu-malu.
Gavin terkekeh geli, mengacak poni Alisa pelan. "Ada-ada aja lo."
Jangan blushing, Sa, Masih pagi.
Alisa tersenyum canggung, pagi ini jantungnya tidak bisa di ajak berkompromi.
"Alisa." suara seseorang membuat Gavin maupun Alisa menoleh ke arah sumber suara.
"Kenzi." gumam Alisa menatap sahabatnya itu yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Gue cariin juga." ujar pria itu melirik Gavin sebentar.
"Kenapa?" tanya Alisa menatap Kenzi heran.
"Udah bel, kita kan ada ulangan pagi ini." jelas Kenzi menatap gadis itu datar.
"Masa iya?" Alisa menatap Kenzi kaget, mengabaikan Gavin yang sedari tadi menatap keduanya seraya menyimak percakapan keduanya.
"Udah gue duga, lo pasti bakal lupa." ujar Kenzi memutar bola matanya malas.
"Ulangan apa emang?"
"Penjas." Kenzi menjawab dengan tampang polosnya membuat Alisa cengo sendiri.
"Sialan, gue pikir kimia." balas Alisa memukul lengan Kenzi pelan.
"Eh, mulutnya kasar." Kenzi berujar seraya menyentil kening Alisa membuat gadis itu mengadu kesakitan.
"Ekhem." dehaman Gavin mampu membuat keduanya menoleh secara bersamaan.
"Astaga, gue lupa kalau lagi sama lo, Vin." Alisa menepuk keningnya pelan. "Lo sih, Ji, ngajak gue ngobrol yang ngak penting." tuding Alisa menunjuk pria itu.
Kenzi tak membalas, pria itu menarik lengan Alisa pelan. "Vin, kita duluan, ya." pamit Kenzi tanpa menunggu balas dari kapten futsalnya itu.
"Eh, kok lo ninggalin Gavin, sih?" Alisa bertanya seraya berusaha menyamakan langkah kaki mereka.
"Terus gue harus ngajak dia ke kelas bareng gitu? Kan beda kelas koplak." Kenzi berujar, menjitak kepala Alisa pelan.
"Ya, ngak gitu juga. Dia kan kapten putsal lo." balas Alisa menatap Kenzi malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa
Teen FictionTerkadang kita harus memilih untuk egois agar kita dapat bahagia -Alisa Charlotte- ***** Hidup tanpa seorang Ibu membuat Alisa menjadi gadis yang keras, di didik seorang Ayah dan satu saudara lelaki membuat Alisa menjadi gadis yang jauh dari kata f...