HappyReading!!
"Lo tunggu sini, gue ganti baju dulu." Gavin beranjak dari sana setelah mendapatkan persetujuan dari gadis itu.
Sembari menunggu Gavin, Alisa hendak memainkan ponselnya untuk menghilangkan kejenuhannya.
Alisa membulatkan mata nya saat melihat ada 55 panggilan tak terjawab dan 153 pesan dari Kenzi. Gadis itu menelan salvinya dengan susah payah, ia lupa mengaktifkan mode ring di ponselnya. Alisa yakini bahwa Kenzi akan marah kepadanya, tak apa jika Kenzi mengomelinya tapi Alisa yakin pria itu akan mendiaminya dan Alisa tak suka itu.
"Duh, ceroboh bangat, sih, gue." Alisa menepuk jidatnya pelan. Saat gadis itu hendak beranjak, suara seseorang mengintrupsinya.
"Lo tinggal di goa? Kenapa susah bangat buat di hubungin?" suara berat yang terkesan datar memasuki gendang telinga gadis itu.
Alisa bebalik, mendapati Kenzi yang sedang berdiri di hadapannya tak lupa wajah datarnya yang semakin membuat Alisa tak berkutik.
"Ken..."
"Tau fungsinya ponsel, ngak?" tanya Kenzi nada suaranya terdengar ketus.
"Apa, sih, Ji."
"Tau, ngak?"
Alisa berdecak. "Tau."
"Terus kenapa telpon gue ngak di angkat? Pesan gue juga ngak lo bales." balas Kenzi sewot.
"Ponsel gue silent, jadi ngak kedengeran kalau lo nelpon."
Kenzi berdecak kecil. Pria itu mengangkat tangannya, memiting leher Alisa pelan.
"Lain kali kalau mau ketemu sama Gavin, kabarin dulu."
"Apasih, Kenzi, lepas!"
"Jawab, iya, dulu." ujar Kenzi memaksa.
"Duh, malu di liatin orang tau, Ji." celetuk Alisa berusaha melepaskan pitingan Kenzi.
"Siapa juga yang mau liatin manusia aneh kayak lo, pede bangat." cibir Kenzi melepas pitingannya.
Alisa balas mencibir pria itu, ia memonyongkan bibirnya berniat mengejek Kenzi. Tapi pria itu malah mengabaikannya dan meninggalkan Alisa sendirian di sana.
"Kenzi, tungguin!" teriak Alisa menarik ujung baju pria itu.
"Lepas, ngak." Kenzi memukul lengan Alisa pelan.
"Gue ikut." pinta Alisa mengubah ekspresi wajahnya agar terlihat imut. Namun, bukannya luluh, Kenzi malah meraup wajah Alisa dengan telapak tangan kirinya.
"Sok imut, lo." ejek Kenzi.
"Ih, tangan lo bau terasi, tau." Alisa mengelap wajahnya dengan baju yang di kenakan Kenzi membuat pria itu melototkan matanya.
"Jorok bangat, sih, lo, Sa." Kenzi mencoba mejauhkan wajah Alisa dari bajunya.
"Lepas, ah. Gue mau pergi."
"Gue ikut."
Kenzi menghembuskan napas secara kasar. "Gue mau ganti baju, lo mau ikut?"
Dengan cepat Alisa melepaskan ujung baju Kenzi yang ia pegang, pria itu mencoba menahan tawanya.
"Awas aja, ya, lo, Ji. Gue ngak mau ngomong sama lo." teriak Alisa yang tak di gubris pria itu. Kenzi tetap melanjutkan langkahnya tak berniat menoleh ke belakang sedikit pun.
>_<
Kenzi mencoba mengoper bola ke arah Gavin, tapi tendangan pria itu melesat saat suara Sara tiba-tiba menggangu pikirannya.
"Alasan kamu nerima aku jadi pacar itu apa, Ji? Kamu sayang sama aku?"
"Gue ngak tau, Ra."
Itu lah suara hati Kenzi saat Sara bertanya seperti itu. Ia tak berani mengatakan ke pada Sara secara langsung, karena takut membuat gadis itu semakin bertambah kecewa.
"Kenzi fokus dong." suara pak Johan terdengar di telinga pria itu, membuyarkan pikiran Kenzi.
"Ayo-ayo, semangat." teriakannya lagi memberi semangat kepada murid-muridnya.
"Ayo, Kenji semangat." Alisa ikut berteriak menyemangati pria itu.
Kini Kenzi, Gavin dan juga teman satu tim sedang mengadakan latihan. Di karenakan, bulan depan akan di adakan lomba futsal antar sekolah.
Kenzi tersenyum tipis mendengar suara Alisa, pria itu mencoba berusaha mengembalikan fokusnya tak ingin memikirkan perkataan Sara yang terus terngiang di otaknya.
Setelah 30 menit berlatih, mereka di izinkan untuk beristirahat dan boleh kembali ke rumah masing-masing. Setelah mengucapkan jargon penyemangatnya, mereka bersiap-siap untuk pulang.
"Kamu kok jadi ngak fokus, Kenzi. Kamu lagi mikirin sesuatu?" tanya pak Johan menepuk pundak muridnya pelan.
"Saya cuman kurang enak badan, Pak." jawab Kenzi berbohong, tak mungkin ia mengatakan kalau perkataan Sara menghantui pikirannya dan mengakibatkan ia jadi tak fokus.
"Kamu harus jaga kesehatan, Kenzi. Garuda, sangat membutuhkan kamu." ujar Pak Johan memberikan peringatan.
"Iya, Pak." jawab Kenzi seadanya, pria itu beralih menghampiri Alisa yang sudah memegang botol air untuknya.
"Lo mainnya jelek bangat, Ji, sumpah." bukannya memberikan semangat, Alisa malah mengkritik cara main pria itu.
Kenzi berdecak, tak menggubris ucapan gadis itu.
"Cukup muka lo aja yang jelek, Ji, cara mainnya jangan." celetuk Alisa mengomentari. "Kasian Garuda, ntar kalah gara-gara, lo."
Kenzi berdesi, menoyor kepala Alisa pelan. "Lo bukannya nyemangatin gue, malah jadi netizen." protes Kenzi meletakkan botol airnya yang tersisa setengah.
Alisa melebarkan senyumnya, senyum yang terkesan sangat di paksakan. "Semangat, Kenji." ujar Alisa, bukannya senang Kenzi malah mengusap wajah Alisa kasar.
"Kalau ngak ikhlas, mending ngak usah." setelah mengatakan itu, Kenzi berdiri, beranjak dari tempatnya berniat mengambil tasnya.
"Ayo pulang." ajak Kenzi yang di balas anggukan singkat gadis itu.
"
Kenzi." panggil Alisa mensejajarkan langkahnya.
Kenzi menoleh, sedikit menunduk agar bisa menatap wajah gadis itu.
"Lo tau ngak..."
"Ngak lah." sela Kenzi cepat membuat Alisa berdecak, memukul bahu pria itu pelan.
"Gue belum selesai ngomong, Kenni."
"Lo kata gue cowok apaan di panggil, Kenni." protes Kenzi tak terima.
Alisa memecahkan tawanya. "Lo kan lucu, Ji. Kayak Nini." ujar Alisa mengejek, setelah meredakan tawanya.
"Hahaha, lucu." balas Kenzi dengan wajah datarnya. Lalu mempercepat langkahnya, meninggalkan Alisa yang masih terus tertawa.
"Di pikir gue cowok apaan, di sama-samain dengan kucing. Meong-meong." gumam Kenzi bergidik.
******
Haeeee, aku update lagi. Alhamdulillah, ya:) gatau wpku ini kayaknya ada kesalahan ya.
Gimana? Dapat feelnya? Suka ngak dengan part kali ini? Semoga suka, yaa. Jangan lupa vote dan kommen, oke. See you. Sorry for typo and thanks for reading:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa
Teen FictionTerkadang kita harus memilih untuk egois agar kita dapat bahagia -Alisa Charlotte- ***** Hidup tanpa seorang Ibu membuat Alisa menjadi gadis yang keras, di didik seorang Ayah dan satu saudara lelaki membuat Alisa menjadi gadis yang jauh dari kata f...