HappyReading!!
Alisa memasukkan buku-bukunya ke dalam laci, pelajaran pertama telah usai dan sekarang adalah jam istirahat.
Alisa menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sembari memejamkan matanya.
"Sa, ngak mau ke kantin?" tanya Kenzi menatap gadis itu.
"Gue lagi males bangat, Ji." jawab Alisa tanpa mengubah gayanya.
"Oh, yaudah." balas Kenzi seraya memasang earphone di kedua telinganya.
"Lo ngak ke kantin, Ji?" Alisa mengangkat kepalanya, menatap Kenzi heran.
"Gue belum lapar." jawab Kenzi seadanya yang dibalas dengan anggukan kepala singkat dari Alisa.
"Oh, iya, Sa." ujar Kenzi tiba-tiba yang membuat gadis yang ada di sampingnya ini menoleh menatapnya.
"Kenapa?"
"Ngak lama lagikan kita UN, nih." Kenzi melepas earphone-nya, mengubah posisinya agar berhadapan dengan gadis ini.
"Terus?" tanya Alisa masih tidak paham maksud perkataan Kenzi.
"Kira-kira lo mau kuliah di mana?"
Alisa tak langsung menjawab, gadis itu terdiam beberapa saat.
"Alisa, kali ini kamu harus nurut sama ayah!"
"Ayah ngak mau tau, kamu harus mau ayah jodohin."
Seketika ucapan William terngiang di kepalanya yang semakin membuat Alisa terdiam tak tau harus menjawab apa.
"Alisa." suara panggilan Kenzi yang cukup keras membuat gadis itu kembali ke dunia nyata.
"Di tanya malah ngelamun."
"Ah... anu, gue belum kepikiran mau lanjut di mana."
"Emang lo ngak mau lanjut?" tanya Kenzi lagi.
"Mau, tapi gue belum kepikiran mau lanjut di mana." jawab Alisa seadanya.
Alisa kembali menyandarkan tubuhnya sedangkan Kenzi kembali fokus ke arah ponselnya, tak berselang beberapa menit ponsel gadis itu berbunyi pertanda ada sebuah panggilan tapi gadis itu tidak bergeming, ia masih mempertahan posisinya mengabaikan ponselnya yang masih terus berbunyi.
"Sa, ponsel lo bunyi terus itu." tegur Kenzi tanpa mengalihkan pandangannya.
"Biarin, aja." balas Alisa cuek.
"Berisik bangat, Sa. Gue jadi ngak fokus mainnya."
Alisa berdesis, memasukkan tangannya ke dalam laci meja mencari keberadaan ponselnya. Tanpa membaca nama si penelfon, Alisa langsung menggeser tombol warna hijau pada layar ponselnya.
"Halo." ujar Alisa mendekatkan ponselnya ke arah telinganya.
Tak ada jawaban beberapa saat, membuat Alisa mengernyitkan dahinya bingung. Gadis itu menatap layar ponselnya, nama Arka terpampang jelas di sana.
"Halo, Arka." ujar Alisa lagi, tak ada suara yang menyahut hanya deru napas memburu yang tertangkap di indera pendengaran gadis itu.
"Arka, lo ngak apa-apa kan?" tanya Alisa lagi, gadis itu menegakkan tubuhnya.
"Alisa, bisa ketemu sekarang?"
"Hah?"
Hanya kalimat itu yang keluar dari pria itu, sebelum akhirnya panggilan di tutup secara sepihak oleh Vano. Alisa di buat bingung dengan sikap pria itu, bagaimana Alisa bisa menemuinya sedangkan sekarang masih jam pelajaran. Masih ada 3 jam lagi sebelum bel pulang berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa
Teen FictionTerkadang kita harus memilih untuk egois agar kita dapat bahagia -Alisa Charlotte- ***** Hidup tanpa seorang Ibu membuat Alisa menjadi gadis yang keras, di didik seorang Ayah dan satu saudara lelaki membuat Alisa menjadi gadis yang jauh dari kata f...