HappyReading!!
Vano menghempaskan tubuhnya di kasur empuk miliknya, kuliah di siang hari membuat ia merasa lelah. Pria itu memejamkan matanya mencoba untuk beristirahat sejenak, tetapi suara dering ponselnya membuat ia kembali membuka mata.
"Siapa, sih?" gerutu Vano mengambil ponselnya.
Lila is caling...
Dengan malas, Vano menggeser tombol hijau yang ada di layar ponselnya.
"Apa?" Vano membuka suara lebih dulu, tak ingin berbasa-basi.
"Gue ganggu, ya?" tanya gadis itu takut-takut.
"Bangat." jawab Vano malas.
"Gue cuman mau minta tolong, Van." ujar Lila sedikit memohon. "Jemput gue di kampus, boleh, ya." lanjutnya lagi dengan nada memohon.
"Lo ngak bisa pesan gojek? Ngak punya uang?" tanya Vano dengan nada ketus, membuat Lila sedikit meringis mendengar suara pria itu.
"Gu-gue minta to..."
Tut
Belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya, Vano sudah memutuskan panggilan secara sepihak membuat Lila menghentakkan kakinya kesal.
"Susah bangat sih deketin lo, Van." gerutu Lila menatap layar ponselnya yang menampilkan riwayat panggilannya dengan Vano beberapa detik yang lalu.
Sedangkan di dalam kamarnya, Vano baru menyelesaikan ritual mandinya. Pria itu sedang menggosokkan handuk di kepalanya agar rambutnya sedikit kering.
Pria itu melirik jam manual yang ada di nakas, sudah pukul 18.45. Dengan cepat Vano mengambil ponselnya yang sedang ia charger, tak lupa ia juga mengambil dompet dan kunci mobilnya.
Pria itu menuruni tangga dengan sedikit tergesa-gesa.
"Mau kemana, Van?" tanya Sella, melihat putra tunggalnya yang menuruni tangga dengan terburu-buru. Vano menoleh, lalu berjalan ke arah mamanya.
"Vano mau keluar sebentar, ya, ma." pamit pria itu menyalim tangan Sella dengan lembut.
"Pulangnya jangan kemalaman, ya, Van." peringat Sella menatap anaknya
"Iya, ma."
Setelah berpamitan, Vano segera mengendarai mobilnya membelah padatnya jalan Ibu Kota.
>_<
Alisa baru saja menyelesaikan pr Biologi yang diberikan pak Ahmad di sekolah, pagi tadi. Gadis itu merenggangkan otot-ototnya leher dan lengannya, lalu melirik jam dinding di dalam kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, Alisa berniat menyegarkan pikirannya sesaat. Gadis itu mengambil sesuatu yang ia simpan di lemari dalam kamarnya, lalu keluar dari dalam kamarnya dengan cara mengendap-endap seperti seorang maling.
Saat Alisa menutup pintu kamarnya dengan sangat pelan, tiba-tiba ada yang memegang bahunya membuat gadis itu terpelonjak kaget.
"Felix sialan, lo bikin gue kaget." omel Alisa menatap adiknya kesal.
"Lo ngapain?" tanya Felix heran. "Itu di belakang lo apaan?" lanjutnya.
Alisa melihat ke kanan dan kiri, memastikan bahwa ia dalam keadaan aman. Lalu gadis itu mendekatkan tubuhnya ke arah Felix, berniat membisikkan sesuatu.
"Lo jangan bilang sama ayah, gue pengen main scateboard bentar." bisik Alisa sepelan mungkin, takut-takut ada yang mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa
Teen FictionTerkadang kita harus memilih untuk egois agar kita dapat bahagia -Alisa Charlotte- ***** Hidup tanpa seorang Ibu membuat Alisa menjadi gadis yang keras, di didik seorang Ayah dan satu saudara lelaki membuat Alisa menjadi gadis yang jauh dari kata f...