HappyReading!!
Alisa menggeliat di bawah kasurnya, sinar mentari sudah memasuki cela-cela jendela kamar gadis itu. Alisa menguap, mengangkat sedikit tangannya untuk menutup mulutnya.
Ia meraba-raba nakas, mencari keberadaan ponselnya yang berbunyi pertanda bahwa seseorang menelponnya.
Alisa menggeser tombol hijau tanpa melihat nama si penelpon.
"Halo." Alisa berujar dengan suara serak khas bangun tidur.
Pria di seberang sana terkekeh mendengar suara Alisa yang menurutnya lucu. "Alisakan?" tanyanya membuat Alisa mengubah posisi duduknya, rasa kantuknya seketika hilang saat ia mendengar suara dari seberang sana.
"Gavin?" gumam Alisa, gadis itu menatap ponselmya dan mendapati nomor yang tidak di kenal.
"Lo kenal suara gue ternyata." lagi-lagi Gavin terkekeh kecil.
Alisa membulatkan matanya terkejut. "Beneran, Gavin?" tanya Alisa tidak percaya.
"Iya, Sa." jawab Gavin dengan nada lembutnya.
Rusak image gue.
Alisa sedikit berdeham untuk meredakan suaranya.
"Ada apa, ya, Vin?" tanya Alisa dengan nada lembut.
Gavin tersenyum di seberang sana.
"Lo sibuk, ngak?" tanya Gavin.
"Gue kan udah pernah bilang, always free for you." ujar Alisa dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.
Alisa mendengar suara tawa dari balik ponselnya, pasti pria itu sedang tersenyum saat ini.
"Mau temenin gue, ngak?" tawar Gavin membuat Alisa mengembangkan senyumnya.
"Kemana?" tanya Alisa antusias yang kembali membuat lengkungan tipis di bibir pria itu.
"Mau lo, kemana?" Gavin mencoba menggoda gadis itu.
"Emm.." Alisa tampak bepikir, gadis itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagunya.
"Ke hati lo, boleh?" tanya gadis itu blak-blakan, yang membuat Gavin lagi-lagi tertawa kecil. Tak lama, tapi mampu membut hati gadis itu menghangat.
"Lo siap-siap, ya, gue jemput 15 menit lagi." tutur Gavin yang seketika membuat jantung Alisa berdebar. "Lo mandi, aja, dulu."
"Eh, kok lo tau gue belum mandi?" tanya Alisa heran.
Gavin kembali terkekeh geli. "Dari suara, lo." jawabnya dengan nada lembut.
"Gue tutup, ya, Sa, bye." kalimat itu menjadi akhir dari percakapan mereka via telepon. Sebelum beranjak dari kasurnya, Alisa men-save nomor Gavin terlebih dahulu tak lupa emotikon love ia sertakan di nama pria itu. Alisa tersenyum sesaat lalu beranjak dari kasurnya.
15 menit berlalu, dan Alisa sudah siap dengan celana jeans dengan kemeja biru navy dan di padukan dengan Sneakers putihnya.
"Woi jomblo." panggil Felix menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Alisa.
"Apa, lo!" ujar Alisa ketus, gadis itu sedang dalam mode marah dengan adiknya karena Felix yang meninggalkannya sendirian.
"Yaelah, masih marah aja lo." Felix melangkah, memasuki kamar kakaknya itu.
"Ngapain lo disini?" tanya Alisa dengan nada sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa
Teen FictionTerkadang kita harus memilih untuk egois agar kita dapat bahagia -Alisa Charlotte- ***** Hidup tanpa seorang Ibu membuat Alisa menjadi gadis yang keras, di didik seorang Ayah dan satu saudara lelaki membuat Alisa menjadi gadis yang jauh dari kata f...