06

1.1K 59 0
                                    

Jingga menghentikan mobilnya taman yang begitu tenang, Jingga berjalan dan terhenti di sebuah pohon besar dan duduk di bawa pohon itu.

Dia memejamkan matanya sembari menikmati angin yang meniup rambutnya dengan sedikit kencang, rasa sakit kini benar-benar mengusai dirinya.

Apakah 10 tahun bersama bisa di lupakan dalam waktu sekejap, apakah Jingga benar-benar harus melupakan Sam. Cinta pertamanya yang harus jatuh di tangan sahabatnya sendiri.

"Kenapa rasanya sesakit ini? dan kenapa harus Karin?"

Air mata Jingga kembali turun, lama dia tunggu datangnya hari yang akan membuat Sam selalu bersamanya dan ternyata hari itu sama sekali tidak datang. Malah dia harus tersakiti karena sahabatnya sendri.

Tritt tritt

Jingga meraih ponselnya, terlihat jelas di sana nama Rama. Dia tidak kaget karena Rama menelfon nya karena Rama adalah orang kedua yang selalu ada untuknya setelah Sam.

"Halo Ram!" Ucap Jingga.

"Lo berantem sama Sam?"

"Nggak usah bicarakan itu Ram, gue lagi nggak mau bahas itu."

"Kalo gitu lo dimana? Raya juga khawatir sama lo."

"Gue di taman kok, nggak usah khawatir."

"Kita ke sana."

Jingga menutup telfonnya, jika bisa jujur. Jingga sangat ingin jika Sam berada di sini, seperti biasa laki-laki itu akan selalu menjadi tempat bersandarnya di saat dia rapuh.

"Semuda ini Sam, kamu lupain semua tentang kita. Yah memang mungkin cuman aku yang simpan perasaan tapi nggak gini cara kamu Sam."

Mungkin rasa Jingga kepada Sam sama dengan rasa Sam kepada Karin, tapi apakah Karin tidak memikirkan bagaiman perasaan Jingga saat sahabatnya sendiri merebut orang yang dia sayang.

"Jingga!" Panggil Raya yang kini sudah ada di taman itu.

"Lo kenapa?" Tanya Rama.

Air mata Jingga kembali jatuh, Rama kini memeluk gadis itu yang membuat Raya sedikit iri karena Jingga si kelilingi orang-orang yang peduli dengannya.

"Ram! Ternyata Karin sama Sam ada hubungan." Ucap Jingga.

Rama hanya terdiam, sebenarnya dia sudah tahu dari Minggu lalu tapi ini yang dia takutkan jika Jingga mengetahui semuanya. Gadis itu pastinya akan sakit hati.

"Tuhan udah nentuin yang terbaik buat lo, Sam itu bukan yang terbaik buat lo jadi nggak usah di tangisih." Ucap Rama.

"Karin itu sahabat gue Ram, dan nggak mungkin gue nggak sakit hati liat mereka, apa lagi saat Karin jujur ke gue soal gimana perasaan dia ke Sam. Rasanya tuh sakit banget." Jelas Jingga.

Raya tidak menyangka jika Karin bisa berbuat seperti itu kepada Jingga, karena yang dia tau jika Karin dan Jingga itu sudah seperti saudara. Tapi kenapa hanya karena laki-laki Karin tega merusak hubungannya dengan Jingga.

Tidak mungkin juga jika Jingga tidak pernah menceritakan soal Sam kepada Karin, orang Jingga bilang jika Karin adalah tempatnya untuk mencurahkan semua perasaanya.

"Ga! Siklus hidup itu berputar. jadi kalo misal hari ini lo sakit, gue yakin besok lo bakalan temuin bahagia lo." Ucap Raya.

Jangankan Jingga, Rama saja terkagum mendengar perkataan Raya. Dia tidak menyangka jika gadis itu bisa berkata seperti itu.

"Jangankan sahabat Ga! Saudara aja bisa merebut kebahagian kita." Lanjut Raya.

"Ray! Gue beruntung banget bisa kenal sama lo, walaupun baru tapi lo itu udah seperti tiang bagi gue. Yang menopang gue di saat gue rapuh."

Raya tersenyum melihat Jingga, dia sendiri tidak tau kenapa dia bisa nyaman dekat dengan Jingga padahal dia juga termasuk orang yang tidak begitu mudah untuk bergaul.

"Ikutin aja permainannya Ga, seperti biasa. Lo tetap main ke rumah Sam, entah itu temuin gue atau temuin Bunda."

Jingga sedikit setuju dengan itu, dia seperti tidak rela jika ada orang yang merebut kebahagiannya. Membiarkan dia sakit sedangkan mereka bahagia.

"Gue cuman nggak nyangka aja Ray! Kenapa harus sahabat gue yang nyakitin gue sendiri."

"Bahkan, nama panggilan gue dari Sam udah di pake sama dia, bagaimana gue nggak sakit hati coba." Jelas gadis itu.

Raya dan Rama ikut sedih melihat gadis itu, bisa-bisanya Sam memperlakukannya sepeti itu.

Rama tidak mengerti selama ini Sam tidak suka jika Jingga dekat dengan laki-laki lain, bahkan dengan Rama sekalipun tapi kenapa sekarang Sam malah menyakiti gadis itu.

"Balim yuk, udah mau ujan." Ucap Raya.

Raya memilih menemani Jingga di mobil dan Rama sendiri, dia takut jika gadis itu nantinya tidak fokus untuk menyetir.

Dear Samudra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang