19

757 31 0
                                    

Raya masih mencoba membaut dirinya mengerti dengan pertanyaan Jingga, dia tidak mengerti kenapa Jingga tiba-tiba bertanya seperti itu kepadanya.

"Jadi gimana Ray?" Tanya Jingga kembali.

"Ga! Gue sama sekali nggak ngerti sama maksud lo. Malahan gue rasa lo lebih cocok sama Rama." Ucap Raya.

Jingga menahan tawanya, tapi sepertinya tidak bisa. Tawa gadis itu langsung saja pecah karena perkataan Raya.

"Emang ada yah lucuh yah?" Tanya Raya bingung.

Jingga memegang perutnya yang sakit karena tertawa "hahaha, Ray! Lo yang lucu, bisa-bisanya lo bilang kalo gue cocok sama Rama." Jelas Jingga yang mencoba menghentikan tawanya.

"Ray! Waktu itu gue ketemu sama adiknya Rama, kita tuh emang sedikit mirip. Tapi adiknya Rama menderita penyakit kanker hati yang membuatnya harus kembali kepada sang pencipta. Dan pertemuan gue sama adiknya Rama itu buat gue dekat sama Rama." Jelas Jingga kepada Raya.

Jingga masih sangat ingat pertemuan dia dengan adiknya Rama. Waktu itu mereka baru lulus SMP, Jingga pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Omah nya yang sedang sakit, tapi dia tidak sengaja bertemu dengan Kasih adik Sam. Dan pertemuannya dengan Kasih membuatnya juga akrab dengan Rama, karena Jingga selalu menemui Kasih dan saat itu juga Rama selalu ada untuk kasih jadi dia bisa dekat dengan Rama.

"Jadi hubungan gue sama Rama itu cuma antara kakak sama adik." Lanjut Jingga.

"Jadi gitu, tapi tadi kenapa lo tiba-tiba tanya gue kaya gitu?" Tanya Raya kembali.

"Karena Rama suka sama lo."

"Masa Iya?"

"Nggak tau sih." Ucap Jingga.

Raya yang mendengar itu langsung menatap Jingga dengan kesal, dia seperti di permainkan oleh Jingga.

"Jingga." Ucap Raya kesal.

"Mau tau jawabannya?" Tanya Jingga.

Kini mereka sudah sampai di depan rumah Jingga tapi kedua orang itu masih betah di dalam mobil.

"Apa?" Tanya Raya serius.

"Tanya sendiri sama Rama." Ucap Jingga lalu memilih untuk turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumahnya.

Raya yang melihat Jingga begitu kesal karena Jingga membuatnya penasaran, bagaimana pun ini menyangkut soal hati. Suka atau tidak suka Raya kepada Rama di tetap harus mengetahui bagaimana sebenarnya perasaan Rama kepadanya.

Raya berjalan menuju rumah Sam, langkahnya terhenti saat melihat Sam dan Bundanya sedang adu mulut.

"Bunda cuman nanya kamu dari mana?" Tanya Sonya kepada anaknya.

"Sam dari tadi bilang kalo Sam dari rumah teman." Jawab Sam.

"Siapa? Bukannya teman kamu cuman Rama, dan tadi Bunda telfon Rama kata Rama nggak sama kamu."

Sam tidak menghiraukan Bundanya, dia memilih untuk pergi ke kamarnya. Tapi langkahnya terhenti saat Bundanya kembali memanggil namanya.

"Sam!" Panggil Sonya.

"Kenapa lagi Bun?" Tanya Sonya.

"Tante Lina bilang kalo kamu berantem sama Jingga, apa iya?" Tanya Sonya.

"Kita nggak berantem kok, Jingganya aja yang marah nggak jelas." Jawab Sam.

Sonya kaget mendengar jawaban anaknya, tidak biasanya Sam berkata seperti itu. Apa lagi menyangkut tentang Jingga.

"Bunda nggak ngerti sama kamu Sam." Ucap Sonya.

"Sam capek Bun, Sam naik dulu."

Sonya mendudukkan tubuhnya di sofa karena tidak menyangka jika anaknya akan berkata seperti itu, menurutnya sifat Sam sangat berubah beberapa hari ini.

"Bunda!" Panggil Raya sembari tersenyum kepada Sonya.

"Raya! Sini sayang." Balas Sonya.

Raya berjalan ke arah Sonya, Raya juga sedikit kaget saat tadi mendengar Sam tadi, baru kali ini Raya melihat Sam berbicara seperti itu.

"Mungkin Sam lagi capek Bun, jadi sedikit ngelawan Bunda." Ucap Raya mencoba meyakinkan Sonya.

"Tapi nggak biasanya kakak kamu kaya gitu." Ucap Sonya kecewa kepada Sam.

Fikiran Raya kini tertuju kepada Karin, sejak Sam berpacaran dengan Karin, Sam jarang sekali di rumah dan kali ini dia Sam begitu berani melawan Bundanya.

"Bunda tenang aja, nanti biar Raya yang ngomong sama Sam." Ucap Raya.

Sonya mengelus rambut gadis itu, gadis yang kini dia anggap seperti anaknya sendiri.

"Kalo gitu Raya naik duku Bun!" Pamit Raya.

Dear Samudra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang