23

697 26 0
                                    

Happy Reading💜

Namaku memang Senja tetapi aku tidak bisa menjanjikan diriku kembali seperti senja yang sesungguhnya ketika malam datang dia akan pergi dan di saat sore kembali dia Juga akan kembali. Walaupun terkadang dia tertutup awan mendung di sore hari tetapi dia tetap hadir.

Samudra langit biru itu namamu. Nama yang mungkin akan berbekas di hati ketika mengingat sikap manis mu yang seketika berubah disaat ada orang baru yang berhasil masuk ke hatimu dan kamu biarkan begitu saja.

Mengingatnya memang menyakitkan tetapi mencoba untuk melupakannya ternyata lebih menyakitkan. Seperti berjalan di gurun pasir yang begitu panas tanpa setetes air lalu di tambah tusukan duri bunga kaktus yang mengenai telapak kaki tanpa Alas.

Kini yang ku butuhkan hanyalah sunyi agas aku dapat berbicara dengan baik dengan hati dan otakku. Berdiskusi dengannya. Mencoba mengajaknya bekerja sama agar mendapatkan Jalan keluar.

Sebenarnya diriku belum sampai di titik jenuh bersamanya. aku masih sangat mencintainya. walaupun dia sama sekali sudah tidak menginginkanku. Dan bahkan tidak pernah menginginkanku.

Kini hati dan otakku benar-benar tidak bisa bekerja mereka tidak bisa memberiku saran. Lalu aku mencoba berpindah kepada semesta aku mencoba meminta pertolongannya. Tetapi sayangnya  hari ini semesta terlalu sibuk hanya untuk mengasihi ku.

Hari ini aku terjebak di dalam kesedihan-kesedihan yang terus datang untuk sekedar menjengukku. Mereka benar-benar seperti menyuruhku melupakan laki-laki itu, laki-laki yang ternyata tidak pernah mencintaiku dan memilih melukaiku lewat sahabatku sendiri.

Mungkin jalan terbaik yaitu istirahat dengan tenang lalu bermimpi indah untuk menutupi hati yang sedang lelah.

"Jinggaaa..." teriak seseorang dari belakang sana lalu menarik tangan Jingga menjauh dari balkon kamarnya.

"Lo udah gila. Jangan lakuin hal bodoh cuman karen laki-laki itu" lanjut seseorang tersebut lalu mendekap gadis itu.

"Lo ngapain kesini, lo jangan ancurin semuanya. Lepasin gue biarin gue pergi" tangis Jingga terisak dia terus menerus memukul dada bidang laki-laki itu.

"Gue cuman mau istirahat dengan tenang Ram" lanjut Jingga masih memukuli Rama yang tidak mau melepaskannya.

"Lo bilang kalo lo mau pergi ngejar cita-cita lo, Dan kita semua setuju sama keputusan lo Ga. bukan kayak gini lo ngelakuin  hal bodoh cuman karena laki-laki brengsek itu" Jelas Rama terus mendekap Jingga yang tak berhenti menangis.

"Lo nggak ngerti Ram, gue capek di giniin. di jebak dalam hubungan yang benar-benar nggak jelas" tegas Jingga.

"Don't cry girl please" pinta Rama yang terus memeluk gadis itu.

Rama menuntun gadis itu untuk duduk di sofa kamarnya. Lalu beranjak pergi untuk mengambilkan gadis itu air minum di bawa.

"Raya" Rama terkejut saat membuka pintu yang tidak rapat lalu melihat Raya tersandar di dinding kamar Jingga.

"Ra,Rama. Gu,gue pamit dulu" dia sama terkejutnya dengan Rama. Raya memilih pamit karena tidak ingin mengganggu tetapi tangannya di tari oleh Rama.

"Sejak kapan di sini?" Tanya Rama.

"Baru kok Ram. Gue pergi dulu" Jawab Raya berbohong lalu beranjak pergi.

"Gue nggak suka sama ke bohongan Ray" teriakan Rama mampu membuat Raya tersentak lalu menghentikan langkahnya.

Mendengar itu Jingga memilih keluar kamar dan melihat ada apa di luar.

"Lohh Raya" ujar Jingga.

"Maaf gue ganggu gue balik dulu" Raya kembali berpamitan.

"Gue harap lo nggak salah paham Ray" teriak Jingga lalu Raya membalikkan badannya menatap lurus ke Jingga.

"Kayaknya  emang gue salah paham Ga, tapi tenang aja gue bukan orang yang mudah marah sama sahabat sendiri cuma karena cowok. Mungkin belum jodoh aja" Jingga mendekati Raya lalu memeluknya.

"Jangan salah paham Ray" tangis Jingga tak bisa dia bendung dia meloloskannya begitu saja.

"Jangan nangis, mending lo istirahat aja. Gue mau balik dulu" pamit Raya mengusap puncak kepala Jingga.

"Kalo gitu mending kalian ikut gue. Supaya nggak ada kesalah pahaman lagi" Rama membuka suara seperti tidak ingin di bantah lalu berjalan mendahului kedua gadis itu.

Rama menghentikan mobilnya dia berjalan masuk ke tempat tersebut.lalu menuju lantai atas gedung itu.

"Ram kita ngapain di sini" ucap Jingga bingung.

"Iya Ram. Kok lo ngajakin kita kesini sih" lanjut Raya bertanya.

"Nggak usah banyak nanya, ikut aja" balas Rama lalu berjalan mendekati seorang gadis yang mungkin usianya sekitar 14 tahun.

"Ram dia siapa?"  Tanya Jingga.

Tanpa menjawab pertanyaan Jingga, Rama langsung berjalan mendekati gadis itu lalu mengelus puncak kepala gadis itu penuh sayang.

"Amel udah makan?" Tanya Rama tetapi tidak ada jawaban dari gadis itu. Dia terus menatap kosong ke depan.

"Amel mau makan apa?" Tetap tidak ada jawaban dari gadis itu.

Siapa gadis itu? Mengapa dia berada di tempat ini? Apakah dia adik Rama? Atau mungkin kekasihnya?. Itulah pertanyaan muncul di benak Raya tetapi dia mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada Rama. Karena dia tau jika laki-laki itu tidak akan menjawab pertanyaannya.

"Ray dia siapa sih? Tanya Jingga.

"Gue juga nggak tau Ga"

"Terus hubungannya Rama perhatian sama gue dengan dia apa?" Jingga kembali bertanya kepada Raya.

"Gue nggak tau Ga. Mending kita tunggu Rama aja biar dia yang jelasin" balas Jingga.

Salam manis dari Author😜
Ig:@tsyamir19

Dear Samudra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang