20

725 30 0
                                    

Jingga kini duduk di depan rumahnya sembari memandang ke atas kamar Sam yang lampunya masih menyalah.

"Lagi ngapain mbak?"

Jingga kaget saat mendengar seseorang yang berbicara di sampingnya, lalu dia menoleh ternyata yang datang adalah Rama.

"Rama! Gue kirain siapa." Ucap gadis itu.

"Lo kira gue sih batu kali yah?" Tanya Rama menggoda gadis itu.

Jingga menepuk pundak Rama karena Rama kembali membahas Sam.

"Ngapain ke sini?" Tanya Jingga.

"Kangen sama lo."

"Sama gue, apa yang sebelah nih?" Goda Jingga.

Rama mengacak rambut gadis itu dengan gemas karena telah berani menggodanya.

"Tadi itu gue ke ingat sama Nasya, gue kangen sama dia jadi gue pilih buat nyamperin lo aja." Jelas Rama.

Entah kenapa saat pulang tadi fikiran Rama terus di penuhi oleh Kasi adiknya. Dia begitu rindu kepada adik kecilnya itu.

"Gimana kalo besok kita ke nyekar ke makam Kasih." Ucap Jingga yang membuat Rama setuju.

"Oke, besok pas balik sekolah gimana?"

"Oke!" Jawab Jingga.

Raya dan Jingga kini duduk di anak tangga rumah Jingga sembari melihat langit yang di penuhi oleh bintang-bintang.

"Lo liat deh bintang yang terang itu!" Tunjuk Rama ke atas langit.

"Itu kenapa?" Tanya Jingga.

"Lo itu kaya dia, kecil tapi bersinar terang." Ucap Rama.

"Dih gombal."

Rama sedikit tertawa saat mendengar gadis itu berkata, dia sebenarnya serius tapi malah terlihat seperti gombalan di pikiran Jingga.

"Lo liat bulannya deh." Tunjuk Jingga kepada Bulan.

"Bulannya kenapa?"

"Dia itu kaya lo, cuman ada satu dan nggak akan terganti." Ucap Jingga.

"Yehh belajar gombal dari mana lo." Ucap Rama sembari mencubit kedua pipi gadis itu.

Karena merasa pipinya sakit, Jingga langsung melepas cubitan Rama.

"Gue belajar dari bang Rama lah." Ucap gadis itu dengan gemas.

"Kok gue sih?" Tanya Rama bingung.

"Yah iya bang Rama, si Raja gombal."

Karena gemas kepada gadis itu, Rama memilih menggelitiki nya yang membuat Jingga memberontak dan langsung berdiri karena tidak kuat dengan gelitikkan Rama.

Tidak tinggal diam Rama juga ikut berdiri dan mengejar hadis itu lalu kembali menggelitiki nya.

Sam keluar ke balkon kamarnya saat mendengar Jingga yang sedang tertawa. Sam terus melihat kedua orang yang sedang tertawa itu dari atas kamarnya.

"Rama turunin gue!" Ucap Jingga saat Rama tiba-tiba menggendongnya.

Ada rasa tidak suka di hati Sam saat melihat itu, dan sampai sekarang Sam masih tidak tau kenapa Rasa itu terus datang jika dia melihat Jingga bersama laki-laki.

Karena sudah puas mengerjai gadis itu, Rama memilih menurunkannya dan kembali menarik gadis itu agar duduk di anak tangga tadi.

"Pantes duduk di sini, ternyata enak bisa pandang-pandangan!" Ucap Rama.

"Maksud lo?" Tanya Jingga yang bingung sendiri.

"Tuh liat keatas."

Betapa terkejutnya Jingga saat melihat Sam yang sedang memandangi mereka.

"Dia sejak kapan di situ?" Tanya Jingga kepada Rama.

"Sejak tadi."

"Kok nggak bilang!"

"Kenapa? Lo takut kalo dia cemburu liat kita?" Tanya Rama.

Jingga terdiam, kenapa juga dia harus takut jika Sam cemburu melihatnya dengan Rama. Bukanya itu bagus agar Sam tau bagaimana Jingga saat ini.

"Udah nggak usah di pikirin, masuk gih." Ucap Rama.

"Nggak ah!" Tolak Jingga yang masih betah duduk di luar.

"Ini udah malam banget, masuk gih tidur besok sekolah."

"Iya deh!" Balas gadis itu.

Sebelum Jingga masuk ke dalam rumahnya dia memilih melihat Rama yang kini sudah akan kembali juga.

Senyum Jingga mengembang saat Rama tersenyum dan melambaikan tangan kepada Jingga.

"Hati-hati!" Teriak Jingga.

Rama melirik naik ke atas kamar Sam, ternyata Sam masih melihat mereka yang membuat ide di otak cerdas Rama hadis.

"Nice dream, I love you!" Balas Rama dengan berteriak.

Jingga menahan tawanya, dia tau apa maksud dari Rama. Lalu kembali tersenyum dan kembali melambai kepada Rama.



Dear Samudra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang