15

993 40 3
                                    

Kringgg...

Bel pulang sudah berbunyi, Raya kini menggeleng melihat Rama dan Jingga yang saling kejar-kejaran karena Rama merebut bunga dan Coklat gadis itu.

Sedangkan Sam kini menatap dua orang itu dengan malas, dia kini sedang berjalan bersama Karin.

"Aku langsung anterin kamu aja yah!" Ucap Sam sembari tersenyum kepada Karin.

"Okay!" Balas Karin lalu mengandeng tangan Sam.

Sam kembali tersenyum saat Karin mengandeng tangannya, lalu dia mengacak rambut Karin dengan gemas.

"Permisi dua orang yang nggak punya hati!" Ucap Lila yang kini lewat di tengah-tengah dua orang itu.

Raut wajah Karin berubah saat melihat Lila melewati mereka, dia sangat kesal mendengar kata-kata Lila tadi.

"Teman kelas kamu tuh!" Ucap Karin kepada Sam.

"Biarin aja," balas Sam, dia begitu tidak peduli kepada Lila.

Jingga kini di paksa oleh teman-temanya bersembunyi di balik mobil, dan Rama juga terpaksa ikut dengan gadis-gadis itu

"Kita ngapain sih?" Tanya Jingga.

"Diam aja lo Ga!" Ucap Shisil.

Karena pemasaran Jingga memilih untuk mengikuti ide konyol temanya itu, ternyata mereka sedang memantau Sam dan Karin.

Jingga sedikit bingung saat melihat Karin yang tadi sudah masuk ke dalam mobil Sam kini kembali turun.

"Kerja kalian?" Tanya Jingga saat melihat ban mobil Sam yang kempes.

Mereka semua memilih keluar dari persembunyiannya saat Sam menyadari jika mobilnya ternyata kempes.

"Kok bisa kempes sih?" Tanya Sam dengan kesal.

"Mobil lo nggak rela kali di naikin sama tukang tikung!" Ucap Lila yang membuat semua temannya tertawa.

Sam tidak peduli dengan perkataan Lila, kini dia sedang fokus kepada tangan Rama yang sedang menggenggam tangan Jingga, sedangkan Karin kini sedang mendidih mendengar perkataan Lila.

"Ehh tukang tikung kita duluan yah!" Pamit Raya kepada Karin.

Sikap acuh Jingga membuat Karin tersadar jika gadis itu benar-benar marah kepadanya, bahkan saat Karin di buli oleh teman kelas Jingga, Jingga hanya terdiam saja.

Saat parkiran mobil mereka, tawa gadis-gadis itu pecah kecuali Jingga. Jingga masih saja terlihat acuh tidak seperti teman-temanya yang kini merasa puas mengerjai Karin dan Sam.

"Gue kasihan sih liat Karin, tapi seru juga kerjain dia." Ucap Amel yang kini masih tertawa.

"Cewek nggak punya hati kaya dia itu, nggak pantas buat di kasihani." Balas Fafa.

"Kalian mah jahat banget, kita pulang dulu," pamit Jingga.

"Kita duluan," lanjut Raya.

Untuk yang kedua kalinya, Rama di jadikan supir oleh Jingga dan Raya dan dia hanya pasrah saja dengan perlakuan dua orang itu.

Tinggg..

Jingga meraih ponselnya dari salam tas, saat ada notifikasi masuk di ponselnya. Awalnya dia kira itu pesan dan Sam tapi ternya bukan.

082293......
Suka sama bunganya?

Karena tersadar dengan keanehan Jingga, Raya langsung bertanya saja ada apa dengan gadis itu.

"Lo kenapa?" Tanya Raya bingung.

"Ada yang kirimin gue pesan, mana nomor baru lagi," jawab gadis itu.

"Emang dia bilang apa?"

"Dia tanya sama gue, kalo gue suka sama bunga itu apa nggak."

Rama sedikit mengerutkan dahinya bingung, siapa yang sok misterius seperti itu. Kan kalo langsung kasi sendiri lebih bagus.

"Maksud lo, lo punya pengagum rahasia gitu?" Tanya Rama.

"Pengagum rahasia? Mana mungkin."

"Bisa aja Ga, kalo ada yang diam-diam suka sama lo." Jelas Raya.

Rama membenarkan perkataan Raya, pasalnyakan Jingga itu cantik. Jadi bisa saja ada yang diam-diam mengaguminya dan apa lagi sekarang semua orang tau jika Jingga dan Sam sudah jarang bersama. Jadi mungkin mereka fikir jika mereka punya kesempatan untuk mendekati gadis itu.

"Aduhh bikin pusing aja." Ucap gadis yang mulai putus asa itu.

"Lah bukanya pusing mikirin tugas dari Bu Bela malah pusing mikirin coklat sama bunga." Ucap Raya kepada gadis itu.

"Pokonya, tugas dari Bu Bela, gue serahin semuanya sama kalian." Ucap Jingga yang sama sekali tidak memikirkan tugas yang diberikan oleh Bu Bela.

"Dihh enak banget lo."

"Enak apaan Ray, lagi pusing gini malah di katain enak."

Raya mengela nafas kasar, bisa-bisa dia naik dara jika terus meladeni Jingga yang sudah mulai tidak waras itu.

Dear Samudra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang