"Menurut gue lebih ganteng..""DEVA... JADI KELOMPOKAN BARENG NGGAK NIH?" Teriak seorang gadis dari luar kelas Deva, memotong perkataan Deva.
Deva segera merapikan barang-barangnya. Gadis itu tidak mau tertinggal belajar bersama dengan Shinta.
Ya, gadis yang tadi berteriak dari luar kelas adalah Shinta. Ia merupakan partner belajar Deva.
Deva dan Shinta akan mengikuti olimpiade Matematika dua bulan lagi. Jadi Deva harus mempersiapkan dirinya agar bisa membawa nama baik sekolah dan nama baik dirinya sendiri.
Shinta merupakan siswa pintar di SMA Athala, Ia sering mengikuti lomba-lomba antar sekolah. Berbeda dengan Deva, Deva baru pertama kali mengikutinya.
Deva juga termasuk anak yang pintar, bahkan lebih pintar dari Shinta. Deva menduduki peringkat pertama paralel di SMA Athala, sedangkan Shinta peringkat kedua.
Setiap kali ditawari untuk mengikuti olimpiade, Deva selalu menolak, dengan alasan ia takut tidak bisa membawa nama baik sekolahnya.
Setelah mengemasi barang-barangnya, Deva segera keluar kelas, meninggalkan Reva yang masih menunggu sebuah jawaban.
Reva mengerjap-ngerjap matanya beberapa kali. Ia memutuskan untuk pergi ke kafe tempatnya biasa nongkrong bersama teman-teman.
🌷🌷🌷
Seorang pelayan berjalan mendekati Reva, "Mau pesen apa mbak?", Ia bertanya ramah, menyerahkan daftar menu.
"Saya pesen Cake Red Velvet White Chocolate, sama minumnya Caramel Macchiato nya satu" Reva berujar.
"Ada lagi mbak?", Pelayan bertanya lagi.
Deva menggeleng, "Sudah itu saja".
"Baik, saya ulangi, Cake Red Velvet White Chocolate sama Caramel Macchiato satu, ditunggu ya mbak" Ucap pelayan tersebut, kemudian berlalu meninggalkan Reva.
Tringg..
Reva menoleh ke sumber suara, terlihat seorang pria tampan memasuki cafe. Reva mengernyitkan dahi nya, memperjelas pandangannya.
"Itu Dia bukan, kok mukanya sama?", Reva bertanya pada dirinya sendiri. "Nggak mungkin"
Pria itu melangkah, melewati Reva. Reva terus memandang wajah pria itu.
Pria itu melewati Reva begitu saja, tidak memandangnya."Nggak mungkin dia", Reva berucap pada dirinya sendiri.
"Silahkan mbak", seorang pelayan datang menghampiri Reva. Pelayan itu menyerahkan pesanan Reva. Reva segera menerimanya, menikmatinya. Sesekali Reva menatap wajah pria tadi, lagi-lagi dia menggeleng, "Nggak mungkin dia".
🌷🌷🌷
"ASSALAMU'ALAIKUM EPRIBADEH", suara Reva terdengar melengking keras di seluruh rumah. Selesai dari cafe, gadis itu memutuskan untuk pulang.
"Reva... Kebiasaan kamu itu yaa, berisik banget", Erna datang, dengan segera menjewer telinga Reva.
Reva meringis, "aww, mah.. Ampun.. Ampuni anakmu ini mah, ampuni anakmu yang cantik ini", Reva berujar memohon lebay ala sinetron-sinetron.
"Kalau tidak dibeginikan kamu tidak akan diam", Erna melepaskan jewerannya dari telinga Reva. "Jangan teriak-teriak lagi".
Reva mengangguk cepat, "Iya mah".
"Mah, kak Deva mana?" tanya Reva. Ia melihat keadaan rumah nampak sepi.
"Nanya siapa? Lo kira gue siapa nya?", Erna berbicara dengan nada sedikit menirukan anak muda jaman sekarang.
"Lo mamah nya pe'a", Ucap Reva dan langsung mendapat jitakan dari Erna. Kurang ajar memang.
"Kamu tuh. Kalau mamah pe'a kamu apa?", Tanya Erna.
"Ya Reva tambah pe'a", Jawab Reva.
Erna mengangguk, "Tuh tau".
"Udah ah mah, Reva mau ke kamar kak Deva", setelah mengatakan demikian Reva langsung ngacir pergi ke kamar Deva yang terletak di lantai atas, bersampingan dengan kamarnya.
"Emang tau Deva dimana?", tanya Erna.
Reva yang berada di anak tangga langsung menoleh, "Pasti di kamarnya". Reva melanjutkan langkahnya.
"UDAH TAU PAKE NANYA, DASAR ANAK GUE", Erna berteriak. Reva yang mendengarnya pun hanya tersenyum.
🌷🌷🌷
"Deva sayangku cintaku lop-lop muah", Reva masuk begitu saja kedalam kamar Deva dan langsung mengambil posisi rebahan disamping Deva.
Deva berdecak, "Ganti baju dulu, bau asem lo".
Reva segera bangkit, ia pergi ke kamarnya. Membersihkan diri.
Sekitar 15 menit, Reva telah selesai. Reva kembali ke kamar Deva dengan handuk yang masih berada di kepala.
Reva memposisikan dirinya seperti tadi. Berbaring disamping Deva yang sedang sibuk dengan laptopnya.
"Gue tadi kayaknya liat Refki deh".
Ucapan Reva membuat Deva memberhentikan aktifitasnya, Deva menoleh ke arah Reva."Salah lihat lo", Deva kembali dengan aktifitasnya.
Reva berpikir sebentar, "Kayaknya iya deh". Deva kembali menoleh ke arah Reva.
"Gue salah lihat" lanjut Reva. Deva dengan sigap langsung menjitak kepala Reva.
"Duhh, nggak di atas nggak di bawah, gue dijitak terus", Reva berucap sok dramatis.
"Di bawah?"
"Iya, mak lampir penjaga lantai bawah tadi jitak gue", jawab Reva.
"HMM", Dehaman seorang dari arah pintu, membuat Reva dan Deva dengan cepat menoleh.
Reva nyengir kuda, "Ampun makk" ucap Reva memohon. Reva mendapat jeweran yang ke 2 kali dalam waktu kurang dari satu jam.
____________________________________________
Tadi Refki bukan ya? Lupa, kan dia ada di Jerman.
Ps: typo komen ya:)
..jangan lupa vote and comment..
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Teen FictionSetelah aku pikir² dan aku baca ulang, sepertinya cerita different ini mau aku revisi, maaf atas ketidaknyamanannya.. 🌷🌷🌷 Juan mengangkat dagu Reva, hingga pandangan mereka bertemu. Juan menatap manik mata Reva, Juan mengalihkan pandangan dari ma...