Bagian -23

47 10 0
                                    

Pagi ini Deva dan Reva berangkat sekolah seperti biasa. Deva sempat melarang Reva untuk tidak berangkat hari ini, tapi Reva tetap bersikeras untuk berangkat. Toh keadaannya kini baik-baik saja.

Gadis kembar itu melangkah, memasuki kelas mereka.

"ASSALAMU'ALAIKUM TEMAN-TEMAN, PADA VLOG HARI INI KITA AKAN MEMBAHAS...", Belum sempat Reva berbicara sebuah kertas berhasil melayang dan jatuh tepat di atas kepala Reva.

Reva mengaduh kesakitan, "Aww, WOY SIAPA YANG UDAH LEMPAR KERTAS KE KEPALA GUE?"

Semua murid tertawa dan sesekali memandang ke arah Budi. Reva dapat menyimpulkan jika ini pasti perbuatan Budi si gajah itu.

Reva berjalan mendekat ke arah Budi. Gadis itu menggebrak meja Budi, "Lo yang tadi ngelempar kertas ke gue kan?", mata Reva memicing.

"Selow woles mbak nya, emang ada bukti?", Budi mencoba bersikap seolah bukan dirinya yang melempar kertas ke kepala Reva.

Deva yang sedari tadi hanya memandang, kini bangkit berjalan ke arah Reva.
"Udah.. Ingat lo masih sakit", bisik Deva di depan telinga Reva.

Budi yang mendengar bisikan Deva tersenyum, bangkit, naik ke atas kursi, "GESS, TOLONG JANGAN GANGGU REVA YA, DIA SEDANG SAKIT", teriak Budi.

Budi kembali duduk, mendekat ke arah Reva, "Kenapa nggak sekalian mati?", bisiknya.

Reva terdiam. Niat hati Budi ingin bercanda, tapi itu tidak sepemikiran Reva, gadis itu menganggap perkataan Budi adalah serius. Suatu saat nanti pasti dirinya akan mati. Reva marah, Reva sedih, Reva sakit.

Reva berlari keluar kelas. Ia tidak peduli dengan guru yang akan mengajar nya. Reva berlari sekuat tenaga, menaiki satu persatu anak tangga dan kini dirinya berada di atap sekolah.

🌷🌷🌷

Deva geram dengan tingkah Budi, "Lo kenapa sih suka banget ngejekin adik gue? Gue tau lo tadi yang ngelempar tuh kertas, dan asal lo tau, perkataan lo itu NYAKITIN ADIK GUE BANGSAT", Emosi Deva tak terkontrol, semua siswa menandang ke arah perdebatan Deva dan Budi.

Deva tak pernah semarah ini, apalagi menggunakan kata-kata yang tidak pantas. Demi adiknya, demi Reva yang tengah kesakitan, Deva menghilangkan semua tingkah baiknya di depan orang-orang.

Bu Nani, guru BK -yang kebetulan lewat di depan kelas si kembar-, masuk karena mendengar teriakan Deva.

"Ada apa ribut-ribut?", Bu Nani bertanya kepada semua murid yang ada di dalam kelas itu. Semua murid menjawab dengan gelengan kepala.

Budi menoleh ke arah bu Nani, "tidak ada apa-apa bu, tadi kami sedang latihan bermain drama", bohong Budi.

Bu Nani mengangguk, dan segera pergi ke luar kelas si kembar.

Deva keluar kelas dengan emosi yang masih belum terkontrol. Ia setengah berlari, mengejar Reva yang entah kemana.

🌷🌷🌷

Juan melangkah, mungkin dirinya akan bosan di kelas karena kelasnya hari ini free. Sebelum masuk kelas, tadi ia melihat Bu Nani masuk kelasnya kemudian keluar lagi. Juan memutuskan pergi ke atap sekolah, masih dengan tas yang ada dibahu kanan nya.

Sampai di tangga terakhir, Juan melihat seorang gadis yang tengah duduk di kursi. Ia melangkah, mendekati gadis itu.

"Hai", sapa Juan setelah mengetahui jika gadis yang sedang duduk di depannya adalah Reva.

Reva hanya menoleh, tidak berniat menjawab sapaan Juan.

Juan melangkah, duduk di samping Reva. Dia tidak berhenti mengamati wajah Reva, sepertinya gadis di sampingnya ini sedang ada masalah.

🌷🌷🌷

Deva terus melangkah, tidak tahu lagi harus kemana untuk mencari Reva. Hingga satu pemikiran muncul di otak Deva, atap. Reva pasti tengah berada di atap.
Tunggu, atap? Akankah Reva melakukan sesuatu yang buruk, seperti lompat dari atap? Ah tidak, tidak mungkin adiknya melakukan hal seperti itu.

Deva kembali melangkah, kali ini langkah kakinya lebih lebar dari tadi, ia setengah berlari. Hingga tiba di tangga terakhir, Deva menghentikan langkahnya, ia melihat ada Juan disana, ia merasa sedikit bersyukur.

🌷🌷🌷

"Lo ada masalah? Cerita ke gue nggak papa"

Reva menggeleng, "Lo kenapa masih baik ke gue, kan gue nggak nerima lo waktu itu", Reva berucap sedikit ragu, bagaimana mungkin dirinya menolak laki-laki baik plus ganteng seperti Juan?

Juan tertawa, "Emang kalau udah ditolak nggak boleh baik?", Juan berniat mencubit pipi Reva, tapi ia urungkan.

Reva tersenyum, benar juga apa kata Juan. Tapi ia merasa tidak enak karena menolak laki-laki itu.

"Gue boleh nanya sesuatu ke lo?", izin Juan pada Reva. Reva mengangguk, tanda memberi izin kepada Juan untuk mengajukan pertanyaan.

"Gue tau lo juga suka sama gue, tapi kenapa lo nolak cinta gue?", pertanyaan Juan membuat Reva tersedak air liurnya sendiri.

____________________________________________

Udah ah males😪
Sekarang aku nulis kalo lagi pgn aja, jangan bosen nunggu aku semangat nulis..

Selalu kalau ada typo bilang ya

..jangan lupa vote and comment..
Lov yu

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang