Bagian -21

55 9 0
                                    

Hallo hai👋👋👋
Chapter kemarin versi Reva dan Juna semua ya:) Jangan bosen sama mereka
Ps : typo tolong tandai
❤❤❤
Selamat membaca

____________________________________________

Tok tok tok

Reva mengetok pintu kamar Deva, belum ada jawaban dari dalam, dirinya mengintip sedikit. Deva sedang tidak ada dikamarnya, kemana dia?

Tok tok tok

"Masuk mah", Deva setengah berteriak. Gadis itu selesai membersihkan diri di kamar mandi, mendengar suara ketukan pintu dari luar.

Reva masuk dengan wajah kesalnya, "Enak aja, gue yang cantik gini disamain sama mamah yang udah berumur, kurang ajar lo", Reva membaringkan tubuhnya di kasur empuk milik Deva.

Deva yang tengah mengelap rambutnya didepan meja rias memutar bola matanya malas, "Lagian tumben-tumbenan lo ketok pintu, biasanya juga langsung nyelonong gitu aja".

"Gue sopan salah, gue bar-bar apalagi", Reva bersungut mendengar perkataan Deva.

"Terserah lo", Deva tak mau berdebat lebih panjang dengan adiknya itu.
"Btw, ada apa? Lo kalau kesini pasti ada maunya", lanjut Deva, curiga pada gerak-gerik Reva.

Reva meringis, "Hehehe, tau aja lo"

"Jadi gini gue mau cerita ini penting banget buat hidup gue", Reva mulai bercerita.

Deva yang mendengarnya pun hanya mengangguk.

"Elah, sini dong gue nggak enak cerita jauhan begini, this is privacy" Reva menyuruh Deva mendekat, duduk disebelahnya.

Deva menurut, tak mau ambil pusing dan tak mau kena omelan Reva, dirinya berdiri, melangkah kearah Reva yang sudah stay ingin bercerita. Entah ini cerita atau curhat, mari kita dengarkan bersama.

Reva kembali membuka suara setelah mendapati Deva yang sudah duduk manis disampingnya, "Gue ada masalah nih".

"Masalah apa?", Deva menanggapi perkataan Reva dengan malas.

"Gue ditembak sama Juan", Reva berucap sambil memikirkan kejadian tadi, saat Juan menyatakan cinta nya.

Deva memutar bola matanya malas, dirinya harus sabar menghadapi adiknya ini, "Lah, terus masalahnya dimana? Kalo lo juga cinta sama Juan, lo tinggal terima, kalo lo nggak suka, ya tolak ogeb", Deva menoyor kepala Reva pelan.

Gadis itu meringis, "Itu masalahnya, gue suka sama Juan tapi gue nolak cinta dia, ogeb banget kan gue", ujar Reva.

Deva berdiri, ditariknya pergelangan tangan Reva, "Keluar" ucap Deva tidak tahan.
Gadis itu menarik Reva dengan sekuat tenaga, membawanya keluar kamar. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran Reva, jika cinta kenapa ditolak coba?.

Reva mencoba berontak, tapi nasi sudah menjadi bubur, kini dirinya sudah berada diluar kamar Deva. Menatap nanar pintu kamar Deva yang telah tertutup rapat.

"Gue kan mau cerita, itu masih prolognya belum juga epilog", Reva bergumam lirih. Gadis itu melangkah. Lama-lama bosan juga jika harus menatap pintu kamar Deva, lebih baik dirinya menatap roti sobek milik abang Kai.

Reva memutuskan kembali ke kamarnya, "Abang Kai, dedek Reva datang, yuhuu", Reva bermonolog sendiri bak orang gila.

🌷🌷🌷

"Mah, Deva pergi keluar dulu ya sama Refki"

"Iya sayang, hati-hati", ucap Erna dari dalam kamar.

Deva melangkah keluar rumah setelah mendapat persetujuan dari mamahnya. Dilihatnya Refki sudah menunggu duduk di kursi depan rumah.

"Sudah lama?" tanya Deva.

Refki menoleh, "Lumayan, ayok", Refki bangkit, mengajak Deva untuk segera menaiki motornya.

🌷🌷🌷

Refki dan Deva kini sedang berada di sebuah cafe yang cukup terkenal di kotanya. Banyak pelajar yang menghabiskan waktunya disana. Ada yang belajar atau sekedar bergurau.

"Kita duduk sini aja", Refki mengajak Deva ke tempat duduk yang terletak di bagian kanan dekat pintu masuk.

Gadis itu menurut, Deva mendudukan dirinya di kursi di depan Refki.

"Mau pesan apa mas, mbak?", seorang pelayan berjalan mendekati mereka, menyerahkan daftar menu yang tersedia di cafe tersebut.

Deva membaca satu persatu menu, pandangannya terhenti pada sebuah tulisan 'choco drink'

"Saya pesan yang ini mas", ucap Deva seraya menunjuk tulisan di daftar menu.

"Kamu nggak makan?", tanya Refki pada Deva.

"Lagi diet, hehehe", Deva meringis, menunjukan warna giginya yang putih.

Refki mengangguk, "Yaudah saya samain aja mas", Refki berkata pada pelayan tadi yang kebetulan adalah seorang laki-laki.

Pelayan tadi mengangguk, kemudian berlalu pergi menjauh dari meja mereka dan melangkah ke arah dapur.

Mata Deva melotot, jantungnya berdebar kencang, Refki dengan santainya mencubit pipi Deva.

"Aww, sakit tauk", Deva meringis memegangi pipi kirinya.

Refki terkekeh, gadis didepannya ini sangat lucu, "Lagian kamu udah kurus pake diet segala, kurus-kurus nggak bagus tau".

"Kamu nggak lihat pipi aku udah kaya bakpao? Wajarlah aku pingin diet", Ucap Deva dengan memegang kedua pipinya, dirinya sedikit kesal dengan perkataan Refki barusan.

Refki semakin gemas dengan gadis dihadapannya ini. Bukankah pipi tembem seperti bakpao itu lucu? Kenapa gadis ini tidak menyukainya. Lagian menurutnya pipi Deva tidak terlalu tembem, pipinya tidak seperti bakpao.

Refki mengacak-ngacak rambut Deva lembut.

"Mas mbak, ini pesanannya, selamat menikmati", seorang pelayan mendekat membawakan pesanan mereka kemudian berlalu.

Pipi Deva memerah, dirinya malu. Sejak kapan mas-mas pelayan itu ada disini? Apakah mas-mas itu melihatnya, melihat semua? Deva buru-buru menangkup kedua pipinya menggunakan kedua tangan.

"Kamu sakit?", Refki bingung melihat tingkah Deva.

Deva celingak-celinguk memperhatikan apalah pelayan tadi sudah pergi atau belum setelah memastikan pelayan itu sudah pergi, "Aku malu", ucap Deva lirih, hampir seperti berbisik.

Refki tersenyum geli, pria itu kembali mengacak-ngacak rambut Deva.

"Aku malu Refki", ucap Deva hampir berteriak.

____________________________________________

Alhamdulillah lagi semangat buat.

..jangan lupa vote and comment..

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang