Bagian -22

43 8 0
                                    

"Kau sangat pandai menyembunyikan luka, hingga aku sendiri terkecoh akan itu semua. Kuharap kau selalu bahagia:)"


🌷🌷

Angin malam berhembus melewati pintu balkon kamar Deva. Saat ini Deva sedang duduk termenung di kursi balkon kamarnya. Gadis itu masih memikirkan pembicaraan dengan Refki tadi di Cafe.

Flasback on

"Jadi, apa yang mau kamu ceritakan?", tanya Refki. Dirinya sudah tidak lagi mengacak-ngacak rambut Deva, kasihan juga dengan gadis di depannya ini, sedari tadi menunduk, menatap bawah sepatunya, menahan malu.

Deva mendongak, gadis itu mengalihkan pandangannya, menatap wajah Refki. Bisa-bisa dengan santainya Refki berucap seperti itu, sedangkan dirinya sejak tadi menahan malu. Apa mungkin Refki sudah tidak punya urat malu? Ah, tidak mungkin.

"Aku curiga sama Reva, sepertinya dia menyembunyikan sesuatu dari aku", Jawab Deva. Dia kembali menatap kebagian bawah.

"Kamu udah pernah nanya?", tanya Refki.

Deva menggeleng, masih dengan pandangan mengarah ke bawah. Refki menarik dagu Deva lembut agar menatap dirinya.

Deva kaget dengan apa yang dilakukan Refki, "Nga-ngapain?", gugunya.

Refki terkekeh, "Kalau ada yang ngajak ngomong, dilihat matanya bukan malah ngelihat ke bawah".

Deva kembali menunduk, "Maaf".

"Kamu sudah nanya langsung ke Reva nya belum? Jangan main curiga aja"

Deva mendongak, "Belum, aku mau nunggu Reva cerita".

Refki menjawil hidung mancung Deva, "Kamu itu jangan suka suudzon, kalau nyatanya nggak ada yang disembunyiin gimana?" tanya Refki.

Flasback off

Deva masih diam di tempatnya, namun pikirannya melayang-layang entah kemana. Semoga saja memang tidak ada yang disembunyikan Reva darinya. Tapi kini pikirannya kembali kepada kejadian kemarin saat Reva bercerita bahwa dirinya menolak Juan, apa yang disembunyikan Reva darinya?.

Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar, Deva tidak mau ambil pusing, dirinya masih santai duduk di kursi balkon.
Deva mendengar suara ambulans, tak lama ambulans itu berhenti tepat di halaman rumahnya. Deva panik, apa yang sebenarnya terjadi.

Deva segera turun, mendapati mamahnya tengah menangis dan papahnya yang menenangkan.

"Mah, pah, ada apa?", tanya Deva langsung pada intinya.

"Adik kamu, hiks hiks", Erna belum menyelesaikan perkataannnya, dirinya sudah jatuh kedalam pelukan sang suami. Erna pingsan, mamahnya pingsan.

Deva langsung berlari masuk ke dalam kamar Reva. Dilihatnya dua orang pria sedang berusaha mengangkat Reva, menaikkannya ke atas brankar.

"Permisi", ucap pria itu karena Deva menghalangi pintu.

Tubuh Deva merosot, tidak percaya dengan apa yang terjadi pada adiknya itu. Sakit apa Reva? Sejak kapan? Kenapa tidak memberitahunya?.

🌷🌷🌷

Deva memandang wajah pucat adiknya melalui jendela. Di dalam ada mamahnya yang sedari tadi menangis hingga terisak. Papah Deva senantiasa menenangkan istrinya. Sakit, sakit rasanya melihat keadaan Reva dan Erna. Deva tidak tahu harus berbuat apa. Semua orang menyembunyikan penyakit Reva.

Deva melangkahkan kaki menuju ke sebuah ruangan. Dirinya masuk tanpa permisi. Deva tidak tahan.
Kaki Deva melangkah, mendekati seseorang yang terlihat sedang duduk sambil memandanginya.

Pria dengan kacamata, dan jubah kedokteran. Terdapat name tag 'Dr. Andi' di sebelah kiri di depan dada jubah itu.

"Apa yang terjadi pada adik saya?", tanya Deva tajam pada dokter berkacamata itu.

Andi melepaskan kacamatanya, "duduklah", dirinya mempersilahkan Deva untuk duduk di sofa yang terdapat dalam ruangan itu.

"Adikku sakit apa?", Deva tak menggubris ucapan Andi, gadis itu benar-benar panik dan ingin mengetahui penyakit apa yang sebenarnya menyerang adiknya itu.

Deva sering melihat Reva muntah di kamar mandi, tapi ketika ditanya Reva menjawab bahwa ia hanya masuk angin biasa. Waktu itu Deva percaya, tapi sekarang, tidak ada yang boleh menutupi penyakit Reva dari dirinya.

"Adikmu menderita leukimia".

Deva membelalakan matanya, "leukimia? Kanker darah maksud dokter?".

"Ya, sejenis itu", ungkap dokter.

Deva mengernyitkan dahinya, gadis itu masih belum paham. Bukankah leukimia itu kanker darah?

Dengan gerak matanya, Andi menyuruh Deva untuk duduk. Mau tidak mau Deva menurut.

"Kanker darah atau blood cancer adalah kondisi ketika sel darah yang menjadi abnormal atau ganas. Sebagian besar kanker ini bermula di sumsum tulang tempat sel darah diproduksi. Terdapat tiga jenis kanker darah, yaitu leukemia, limfoma, dan multiple myeloma", jelas Andi.

Deva mengangguk paham atas penjelasan Dokter Andi, tapi gadis itu sedikit khawatir dengan kondisi Reva.

"Apakah adik saya bisa sembuh Dok?", tanya Deva.

"Untuk kesembuhan saya tidak bisa menjamin, berdo'a lah serahkan semua pada Tuhan, adikmu adalah orang yang kuat, jarang ada wanita seperti dia"

Mata Deva memanas mendengar ucapan dokter Andi. Dokter Andi benar, Reva adalah orang yang kuat. Reva bisa menyembunyikan semua kesakitan itu dengan tawanya. Reva tidak ingin melihat orang yang disayang nya bersedih. Deva ingat waktu Reva bercerita bahwa adiknya itu menolak cinta Juan, mungkin Reva takut jika suatu saat nanti dia tidak ada di bumi dan itu akan melukai hati Juan. Sangat.

Deva bangkit dari duduknya, ia keluar dari ruangan dokter Andi. Gadis itu melangkah menuju, ke ruangan Reva.

Ceklek

Deva membuka pintu, ia dapat melihat senyum merekah di wajah pucat Reva. Deva berjalan mendekat.

"DEVAKU SAYANG", teriak Reva, mencoba menutupi rasa sakitnya. Reva takut jika kakaknya akan khawatir.

Deva tersenyum hambar, "Lo nggak usah pura-pura sehat", ketus Deva.
"Gue udah tau semuanya", lanjutnya.

Reva diam,
"Kenapa lo sembunyiin ini dari gue? Lo nggak tau gimana khawatirnya gue lihat lo kayak gini?", Deva berkata sambil menahan air matanya.

Deg.
"Gue nggak mau buat lo khawatir sama keadaan gue", jujur Reva.

"Tapi nggak gini juga Rev, gue sayang sama lo, gue nggak mau kehilangan lo, kalaupun suatu hari lo butuh organ gue buat lo, gue akan donorin itu, gue mau buat lo terus bahagia", Deva menangis setelah mengucapkan semua pikira  negatif yang bisa saja terjadi.

Reva memeluk Deva, "Gue nggak akan mati, gue sayang sama lo Deva", bisik Reva di telinga Deva. Deva mengangguk, dirinya percaya bahwa Reva tak akan mati secepat ini.

____________________________________________

End masih lama...
Lop yu❤❤

Ps: typo tolong tandai:)

..Jangan lupa vote and comment..

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang