"Kak, gimana kalau semisal suatu saat nanti gue meninggal?", tanya Reva.Saat ini Deva dan Reva tengah berbaring diatas kasur empuk milik Reva. Setelah kejadian beberapa minggu yang lalu, Deva memutuskan untuk lebih memperhatikan Reva.
Dulu, Reva lah yang biasa pergi ke kamar Deva, kini giliran Deva yang harus pergi ke kamar Reva untuk memastikan adiknya itu baik-baik saja.
"Semua yang bernyawa pasti meninggal, kenapa lo bilang gitu?" Sebenarnya Deva takut kehilangan Reva, tapi kalau ini sudah takdirnya ia tak bisa berbuat apa-apa.
Tak terasa semenjak Reva masuk rumah sakit dan didiagnosis mempunyai penyakit kanker, Reva dan Deva kini menjadi semakin dekat, mereka sering berbagi cerita.
Reva berusaha menahan tangisnya, "Tapi gue takut, waktu gue udah nggak lama lagi kak".
Hati Deva berasa tertusuk ribuan pisau, tapi ia harus tegar, ia harus selalu menyemangati adiknya agar tidak putus asa, "usia nggak ada yang tau, bisa aja gue yang meninggal duluan".
Benar apa yang dikatakan Deva, usia tidak ada yang tau. Kita hanya diperbolehkan berikhtiar, tetap Tuhan yang akan menentukan.
Hari ini, esok, atau lusa, kita tidak pernah tau sampai kapan kita hidup didunia.
Deva mendengar isakan kecil di sampingnya, gadis itu menoleh. Air matanya tumpah begitu saja melihat Reva yang tengah menangis.
Deva mendekat ke arah Reva, memeluknya lembut, sambil sesekali membisikinya sesuatu yang dapat menenangkan hati Reva.
Setelah dirasa Reva mulai tenang, Deva bangkit, "lo harus istirahat, kalo nggak enak badan lo bisa libur besok", Ucapnya kemudian berlalu meninggalkan kamar Reva.
Reva menangis sejadi-jadinya setelah kepergian Deva. Ia takut, benar-benar takut.
🌷🌷🌷
Deva masuk kedalam kamarnya, tidak lupa mengunci pintu. Gadis itu segera merebahkan diri diatas kasur empuk miliknya.
Terdengar suara tangisan dari kamar sebelah, Deva tau bahwa Reva sedang menangis. Ingin sekali ia menenangkan adiknya, namun ia tidak bisa.
Deva kembali menangis mendengar suara isakan lebih keras dari arah kamar Reva.
Hal yang paling menyedihkan dalam hidupnya adalah ketika melihat orang yang ia sayangi menangis dan menahan sakit seorang diri.Deva ingat perkataan orang-orang, saudara kembar mempunyai ikatan yang kuat, jika yang satu sakit maka yang lainnya lagi ikut sakit.
Nyatanya perkatan orang-orang tidak benar adanya, yang merasakan sakit hanya Reva adiknya, sedangkan dirinya tidak.
Deva menatap langit-langit kamarnya, kini suara isak tangis dari kamar Reva sudah tidak terdengar.
Deva bangkit, menuju meja belajar, mencari laptopnya, kemudian mengetiknya sesuatu disana.
"Kalau emang ini perlu, gue bakal lakuin buat lo", ujar Deva lirih.
____________________________________________
Jarang update, sekali update pendek, maaf ya..
Aku lupa sama cerita aku sendiri:(
Maapin yak kalo ceritanya nggk nyambung, yg penting aku udh berusaha update kan?:DVote nya perlu, makasih❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Teen FictionSetelah aku pikir² dan aku baca ulang, sepertinya cerita different ini mau aku revisi, maaf atas ketidaknyamanannya.. 🌷🌷🌷 Juan mengangkat dagu Reva, hingga pandangan mereka bertemu. Juan menatap manik mata Reva, Juan mengalihkan pandangan dari ma...