Bagian -26

59 8 0
                                    

Maaf typo

"Gue takut kalau suatu saat gue meninggal, dan gue juga takut lo sedih gara-gara itu", jelas Reva.

Juan masih bingung pada arah pembicaraab mereka, "Maksud kamu apa sih?", tanya Juan.

"Umur gue udah nggak lama lagi, dan gue takut", Reva berusaha menahan tangisnya.

"Semua yang bernyawa pasti akan mati Reva, nggak cuma kamu, aku, kakak kamu, orang tua kamu, semua akan meninggal"

Air mata Reva tumpah seketika, ia membayangkan jika kejadian itu benar-benar terjadi. Hidup sendiri di alam kubur, dengan siksaan yang tidak dapat ia hindari.

"Tapi waktu gue udah nggak lama lagi", Reva berusaha menahan isakannya, meskipun air matanya sudah tidak tebendung.

Juan mendekat ke arah Reva, memeluk gadis di hadapannya, berusaha menenangkan gadis itu, "Umur hanya Tuhan yang tau", ujar Juan berusaha menenangkan.

Reva membalas pelukan Juan. Kini mereka berdua saling berpelukan, merendam rasa kekhawatiran masing-masing.

Gadis itu berusaha menghilangkan beban pikiran mengenai hidupnya yang tidak akan lama lagi.

Dan Juan yang masih terus menenangkan Reva meskipun ia juga takut kehilangan gadis itu, tetapi ia berusaha tegar demi gadisnya, demi Reva.

"Reva udah siuman?", suara seseorang mengintrupsi dari balik pintu.

Budi melangkah, melihat keadaan Reva yang sudah sedikit membaik.

"Siapa yang pingsan?", Reva balik bertanya.

"Lah, gue kira lo pingsan tadi", ujar Budi, sebab tadi ia melihat Juan menggendong Reva.

Juan berdiri, mempersilahkan Budi yang akan menjenguk Reva.

Budi melangkah lebih dekat, mensejajarkan dirinya dengan Reva yang berada di brankar, ia meneliti satu persatu bagian tubuh gadis itu, mulai dari wajah, tangan, sampai kaki.

Reva merasa risih karena perlakuan pria itu, ia dengan segera menyingkirkan tangan Budi yang masih menyentuh wajahnya.

"Nggak usah pegang, milik gue", ujar Juan.

Seketika, Reva dan Budi menoleh ke arah Juan. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Juan.

Budi bangkit menghadap Juan, "bener Rev?", tanya Budi pada Reva tanpa mengalihkan pandangan dari Juan.

"En-enggak kok", jawab nya.

Budi mengangkat satu alisnya, meremehkan, "tuh, Reva aja bilang enggak".

"Sebentar lagi, ya kan Rev?" Ucap Juan, memalingkam wajahnya dari Budi, menatap Reva.

Reva gugup, tidak tahu harus menjawab apa, gadis itu lebih memilih bungkam.

"Masnya jangan maksa ya, kalau dia ngga mau yaudah sih", ujar Budi.

Kenapa mereka malah berdebat? Bikin pusing kepala aja.

Juan kembali menatap Budi, "masalahnya sama lo apa ya? Lo suka sama Reva?", tanya nya.

"Iya gue suka sama dia, kenapa?", ucap Budi, kali ini menatap Reva.

Reva kaget, dengan reflek menoleh ke arah Budi, dan pandangan mereka bertemu. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya.

Kenapa jadi rumit gini?

"Tapi dia pacar gue", ujar Juan.

Budi kembali menatap Juan, tatapan meremehkan, "mimpi kali lo"

Juan melangkah ke arah Reva, mensejajarkan dirinya dengan gadis itu.

Pria itu mendekat, dan Reva merasa gugup. Juan mencondongkan tubuhnya ke depan ketika ia sudah sampai di hadapan Reva.

Dengan cepat gadis itu memejamkan mata, hingga beberapa detik, tetapi tidak terjadi apa-apa.

Reva kembali membuka kedua matanya,

Cup!

Dirasakan sesuatu benda kenyal mengenai kening nya. Juan mencium kening Reva lembut selama satu menit.

Pipi Reva merona mendapat perlakuan lembut Juan.

Apakah ia sedang bermimpi seperti waktu itu? Tetapi rasa ini seperti nyata, dan jika benar ia bermimpi, Reva harap dirinya tidak membuka mata dan terbangun.

____________________________________________

Nunggu 1k readers ya, nanti aku bakal up lagi wkwkwkwk...
Sambik nunggu 1k, aku mau fokus ke cerita lain

Ini cerita kedua aku 👉 the dream of fangirl.

Panasaran? Cek akun ku aja oke👌

Vote yang banyakkkk
Typo bilang...

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang