Bagian -14

45 6 0
                                    


"REVA, KAMU MAJU SEKARANG..!", teriakan pria paruh baya mengagetkan Reva.

"Saya pak?", Gadis itu menunjuk dirinya sendiri.

Reva sedang memikirkan mimpi semalam, mimpinya dengan Juan. Sampai-sampai ia tidak bisa fokus dengan pelajarannya hari ini.

Pertanyaan nya, sejak kapan Reva fokus ke pelajaran?

"Iya lah, di kelas ini yang namanya Reva kamu doang", jawab pak Agus.

Reva melangkah malas menuju depan kelas. Gadis itu mengedarkan pandangannya, ia sedikit malu.

Reva termasuk murid yang tidak bisa diam tapi kalau berurusan sama guru dia menjadi murid yang paling diam.

"Kerjakan nomer 5", perintah pak Agus membuat Reva lemas seketika.

Reva dengan berat hati mengerjakan soal nomer lima, sesuai yang diperintahkan oleh pak Agus.

Duh, nomer satu aja kagak ngerti gue. Ini suruh ngerjain nomer lima, kenapa nggak sekalian nomer sepuluh aja, Batin Reva.

"Ini gimana lagi pak?", Reva bertanya pada pak Agus. Pak Agus melihat hasil jerih payah Reva.

Pak Agus berdecak, "Kamu ini masih nyalin soal, belum tahap mengerjakan"

Reva nyengir kuda. Gadis itu melihat ke arah teman-temannya meminta bantuan. Teman-teman Reva memperhatikan Reva sambil cekikikan.

Reva kembali fokus pada soal yang diberikan pak Agus.
Saat sedang mengerjakan, seorang pria tampan datang dari luar kelas, berjalan ke arah Reva.

Pria itu berlalu, menjitak kepala Reva.
"Heh dasar kang PHP, untung ganteng lo", ucap Reva, dihadiahi lirikan tajam dari pak Agus. Reva hanya nyengir, sesekali melirik ke arah Juan. Ya, pria itu adalah Juan.

Juan mendudukan diri di tempat duduknya, "Kapan gue pernah PHP-in lo?", Ucap Juan lirih tapi berhasil didengar oleh seluruh penghuni kelas, termasuk pak Agus.

"Kalian kalau mau pacaran jangan di kelas saya", Sinis pak Agus.

Reva berdecih, "Cih, najis gue pacaran sama dia", Ucap Reva.
"Kita bertengkar pak, bukan pacaran", lanjut Reva.

Kringgg..

Bel istirahat berbunyi. Reva dengan semangat pergi menuju kantin. Gadis itu tidak memperdulikan pak Agus yang sedang mengelus dadanya.

"REVA, KAMU KERJAKAN NOMER LIMA SAMPAI SELESAI, BESOK KUMPULKAN KE SAYA", Teriak Pak Agus.

Reva tidak merespon teriakan pak Agus, gadis itu hanya mengacungkan jempolnya.

Pak Agus menghembuskan nafas panjang, "Besok-besok gue minta dinaikin gaji kalo ngadepin murid kayak Reva", Ucap pak Agus.

🌷🌷🌷

"Reva", Juan mendudukan diri di depan Reva.

"Uhuk uhuk", Reva terbatuk-batuk. Ia kaget kenapa tiba-tiba Juan ada di depannya. Pipi Reva tiba-tiba merona mengingat mimpi semalam.

Juan memperhatikan Reva lekat, "Lo pakai blush on?", tanya Juan.

Reva semakin salah tingkah, "Mau lo apa sih?", tanya nya mengalihkan pembicaraan.

"Tuh muka udak kaya tomat busuk pengen gue singkirkan", jawab Juan.

Wajah Reva bertambah merah, bukan karena tersipu tapi karena marah.

"Santuy mbak, gue boleh kan duduk sini? Habis nggak ada tempat kosong lagi", Ucap Juan.

"Kalau pun nggak gue ijinin, lo bakal tetep duduk disini kan?", Reva menatap Juan malas.

Juan tersenyum, "Iya sih". Ia menatap Reva dengan pandangan sulit diartikan.

Jantung Reva kembali berdegup kencang, pipi gadis itu mulai merona kembali.

Juan mencubit pipi Reva gemas, "Nggak usah salting, biasa aja sama gue".

Deg.
Seolah waktu terhenti saat itu juga. Reva segera mengalihkan padangannya, "Apaan sih" ucap Reva menetralisir kegugupannya.

Juan melahap makanannya, begitu pula Reva. Reva memakan baksonya dengan pikiran yang entah kemana. Meja mereka hening, tak ada yang bersuara.

Setelah selesai memakan bakso, Reva mengeluarkan handphone dari saku bajunya. Gadis itu berniat memotret Juan diam-diam. Kapan lagi bisa punya kesempatan ini.

Cekrek.

"Mbaknya kurang pro deh", Ucap Juan.

Reva merasa malu, kenapa ia mengaktifkan suara kamera.

"Tuh flash nya nyala mbak", tambah Juan. Reva sangat malu saat ini.

Gadis itu dengan cepat melihat handphone nya, ternyata benar flash itu menyala. Kacau, rencana mendapatkan foto Juan tidak berhasil, hanya malu yang ia dapatkan.

"Kalo mau foto sini", Juan menepuk-nepuk samping tempat duduknya.

Reva menolak, "Apaan sih, sayang handphone gue buat foto muka lo".

Juan mengambil ponsel Reva tiba-tiba.
"Mau ngapain? Balikin hp gue", Reva mencoba merebut ponsel nya tapi tidak bisa.

Cekrek..

Juan mengambil gambarnya sendiri di ponsel Reva. Reva tersenyum tipis, tidak terlihat.

"Nih", Juan menyerahkan ponsel Reva. Reva segera mengambilnya, gadis itu segera pergi dari hadapan Juan.

🌷🌷🌷

"HWAAA, GUE SENENG BANGET", teriak Reva. Kini Reva tengah berada di rooftop.

Seorang pria memperhatikan Reva, pria itu tersenyum tipis. Reva tidak berhenti berteriak, selalu menyebutkan nama Juan.

"Semalem gue mimpi dia, dan sekarang realita nya, gue seneng banget", ucap Reva.

"Hmm", dehaman seseorang membuat Reva menoleh ke arah tersebut.

"Seneng banget muka lo, kenapa?"

Pipi Reva bersemu, "Gue punya foto nya Juan". Ucap Reva.

Deva berdecak, "ck, paling gitu doang, gue kira lo gila", ucapnya.

Reva mendengus, "Apaan sih, gue bahagia", ucap Reva.

"Oh ya, kalo lo mau sama Refki silahkan. Gue sama Juan", lanjut Reva.

Jantung Deva berdegup kencang mendengar pernyataan Reva. Mungkinkah  dirinya masih menyukai Refki? Tiba-tiba rasa rindu itu muncul. Deva merindukan pria itu. Deva merindukan Refki.

____________________________________________

Mendadak males buat up, semangatin dong:)

..jangan lupa vote and comment..

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang