three:: motel

346 61 15
                                    

THREE:: MOTEL

"Berapa uangmu?" Tanya Seoyeon "Apa? Kau akan membelikannya alat pembersih make-up lagi?" Seonghwa menerima pukulan di lengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berapa uangmu?" Tanya Seoyeon "Apa? Kau akan membelikannya alat pembersih make-up lagi?" Seonghwa menerima pukulan di lengannya. "Katakan saja." Seonghwa berpikir sebentar mengingat berapa nominal uang yang ia bawa. "Beruntunglah dirimu bersama pewaris perusahaan Park, sepertinya masih tersisa dua juta won." Seoyeon memutar bola matanya. "Ya ya ya, tidak perlu menyombongkan diri, itu sudah pasti dari orang tuamu. Setidaknya uangmu cukup untuk beberapa hari." Seonghwa hanya terkekeh.

Seoyeon tidak salah, uang tersebut memang dari orang tuanya untuk Seonghwa rutin berkonsultasi ke rumah sakit, namun uang tersebut tak pernah ia gunakan untuk berkonsultasi, dirinya yakin ia tidak apa, dia hanya ingin berbicara dengan orang tuanya layaknya keluarga normal, tanpa harus dibatasi dengan alasan 'pekerjaan yang banyak'.

"Jadi nona Lee Seoyeon, bisa kau ceritakan apa yang terjadi?" Tanya Seonghwa sambil mengatur suhu Air Conditioner agar lebih dingin. "Simpel, Kino memaksaku ikut dengannya." Ujar Seoyeon sambil ikut mengatur suhu Air Conditioner menjadi lebih sedikit dingin.

"Hey ini mobilku!" Peringat Seonghwa. "Well, sorry then, can't you see i'm wearing thin dress?" Kata Seoyeon sambil merentangkan tangannya. Seonghwa berdecak kesal. Ia memelankan kecepatan mobilnya dan tangannya meraih ke belakang sebelum melemparkan sebuah selimut berwarna cream ke pangkuan Seoyeon. "Gunakan" Perintahnya sambil mengganti suhu kembali.

"Temanmu itu, tau banyak tentangku?" Tanya Seonghwa lagi berusaha membangun percakapan. "Siapa? Chaeyoung? Ah, dia hanya senang bergossip." Jawab Seoyeon enteng. "Ia juga tau tentang cinta segitiga dirimu dengan mantan kekasihmu, Soojin sunbae dan Yeeun sunbae. Kau ingat mereka?" Kata Seoyeon cekikikan. "Berita itu cukup gempar di kampus, akupun tau tentang itu, tapi Chaeyoung lebih tau." Seonghwa memutar bola matanya.

"Aku ingat bagaimana Yeeun sunbae dengan Soojin sunbae beradu mulut di depan gedung fakultasmu dan orang-orang mulai berkumpul, sampai kau datang, kau hanya memberi tatapan risih dan pergi begitu saja tanpa membela Yeeun sunbae yang dimana posisinya ia adalah kekasihmu saat itu." Tawa Seoyeon mengisi mobil. Seonghwa tak bisa menahan tawanya juga, ia akhirnya hanya bisa tersenyum mengingat masa itu.

"Mari menginap disini sebentar, aku lelah menyetir" Seoyeon bangun dari posisinya "Yes! motel!" Pekiknya setelah melihat papan besar di depan gedung. Motelnya tidak begitu suram seperti di film-film yang ditontonnya. Terlihat bersih dan hangat juga. Walaupun tau fasilitas tak akan sebagus hotel berbintang, tetapi Seoyeon maupun Seonghwa hanya ingin istirahat.

"Permisi, masih ada kamar?" Resepsionis menoleh. "Aduh pasangan muda, malam malam sedang apa berkeliaran huh?" Goda sang resepsionis membuat Seoyeon kaget dan gelagapan sendiri. "Hanya ingin melakukan perjalanan larut malam." Jawab Seonghwa sambil tersenyum. "Aduh romantisnya. Mungkin kalian sangat beruntung, karena motel kami penuh dan hanya tersisa satu kamar saja di lantai tiga" Seoyeon melebarkan matanya dan hendak menolak. "Baiklah kami ambil kamar tersebut, tolong lakukan dengan cepat ya, pak"

Setelah resepsionis tersebut pergi mengambilkan kunci kamar, Seoyeon kembali menghadiahkan Seonghwa dengan pukulan di lengannya. "Kau gila? Kenapa kau setuju?" Seonghwa mengerang kesakitan. "Lalu kau mau memaksaku menyetir kembali dengan keadaan mengantuk hah?" Seoyeon diam. Ya, benar Seonghwa, tidak mungkin ia memaksa Seonghwa untuk menyetir demi mencari motel yang menyediakan kamar lebih banyak.

"Ini dia kuncinya, dan juga handuk untuk kalian berdua, beristirahatlah dengan tenang atau harus kukatakan, bersenang-senanglah(?)" Kata resepsionis tersebut sambil tertawa cekikikan menggoda Seonghwa dan Seoyeon. Tanpa membalas ucapannya, Seoyeon langsung mengambil kedua handuk tersebut dan pergi dari sana. Seonghwa membungkuk terima kasih sebelum ikut menyusul Seoyeon.

"Gila saja pria itu, apa yang dipikirkannya hah?" Komentar Seoyeon yang tak ditanggapi Seonghwa, ia sudah cukup lelah untuk berbicara dan hanya ingin tidur. "Apakah dia tidak lihat wajahmu itu? Tentu saja terlihat lebih tua dariku. Bahkan biasanya orang berpikir aku adalah anak kecil." Merasa tersinggung, Seonghwa menarik sedikit rambut Seoyeon kebelakang.

Setelah tiba di depan pintu, Seonghwa langsung membukanya dan keduanya masuk ke dalam. "Bagus. There just one bed." Ujar Seoyeon sarkas. "Terserah kau saja ingin tidur dimana, aku lelah." Ujar Seonghwa sambil menjatuhkan badannya tepat di atas kasur.

Seoyeon mengambil salah satu bantal dan meletakkannya di bawah. Seonghwa membuka matanya. "Kau tidur di bawah?" Seoyeon mengangguk. "Harus dimana lagi? Kasur sudah kau tempati." Jiwa gentleman Seonghwa mendadak keluar. "Tidak tidak, tidur saja di kasur, aku yang di bawah." Seonghwa beranjak untuk tidur di bawah namun di tahan oleh Seoyeon. "Kau baru saja menyetir selama 3 jam, kau pikir aku tega hah?"

"Aku tidak mungkin membiarkan seorang gadis tidur di bawah, Seoyeon." Seoyeon menggeleng kembali. "Kau harus menyetir besok pagi, jadi kau tidur di atas." Seonghwa diam, ide gila pun muncul di kepalanya, mungkin dirinya terlalu mengantuk sampai ia menyuarakan idenya itu dengan sangat santai. "Kalau begitu tidur di kasur denganku, agar impas"

"Kau gil-" "atau aku tidak akan menyetir besok" ancaman Seonghwa membuat Seoyeon berpikir dua kali, jika bukan Seonghwa, siapa yang akan menyetir besok? Seoyeon mana bisa menyetir mobil, memainkan mobil remote control saja tidak bisa. Ia ingin menyela kembali namun melihat mata Seonghwa yang sudah memerah dan sayup-sayup membuat ia mengurungkan niatnya dan akhirnya mengangguk.

"Baiklah, tapi aku akan mandi dulu, dan kau juga harus mandi" Seonghwa mangangguk dan akhirnya menjatuhkan badannya pada kasur. Seoyeon lagi lagi terdiam di depan cermin, dress chiffon tipisnya sudah ia lepas, hanya berbalut sport bra dengan celana short hitam ketatnya, pikirnya siapa yang akan mengintipnya di dalam kamar mandi? Seonghwa? Mana mungkin. Ia terus memandangi wajahnya, lalu turun ke lehernya, dan menuju dadanya yang penuh dengan tanda kebiruan.

Matanya memanas melihat betapa menjijikannya dirinya itu. Air matanya sudah berbedung di pelupuk matanya, hanya tinggal menunggu perintah untuk terjun ke pipi halus Seoyeon. Isakan Seoyeon pun keluar, ia mulai menangis, ia merasa sedih dengan kehidupannya. Kenapa tidak ada yang pernah berjalan lancar? Maupun itu kemauannya atau tidak, selalu berujung ia tersakiti untuk kesekian kalinya.

Tidak ingin membuat penghuni kamar sebelahnya terganggu—karena tembok yang tipis dan tidak kedap suara, Seoyeon menyalakan shower agar suara tangisannya sedikit tersamarkan. Setidaknya Seoyeon bisa berpuas-puasan menangis tanpa harus ia tahan lagi. Seonghwa? Biarkanlah pria itu tidur sebentar. Ya walaupun telinganya juga cukup mendengar suara dari kamar mandi.



aku gabut banget makannya aku update. plus dilema juga besok aku ada babak penyisihan lomba tapi aku belum milih lagu buat di tampilin😭.

mau lagunya avril lavinge tapi aku nanti ngos ngosan nyanyinya, mau lagunya tori kelly aku pusing sama pronunciation nya, mau lagunya billie eillish tapi kok rasanya lagunya tidak menantang buat aku nyanyiin, tapi kalem juga, salah satu lagu tema utama cerita ini.

jadi yaudahlah sekian sambat sambatnya.

jadi yaudahlah sekian sambat sambatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 ࣧ 𝐓𝐇𝐑𝐎𝐔𝐆𝐇 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐀𝐑𝐊  [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang