Sejak kencan pertama mereka, Prita Dominique diliputi kegalauan. Gadis itu masih didera rasa ingin tahu siapa perempuan yang namanya tertulis 'Honey'.
"Honey ... Honey ...?" gumam Prita tiada henti. "Apa itu namanya?" Kesal hati Prita dengan pikiran dan prasangkanya. "Apa aku tanya Cinde saja ya? Ngga ... ngga! Dia kan belum tahu aku jadian sama kakaknya."
Prita membungkukkan badannya. Dahinya menyentuh permukaan meja. Hidung mancung yang menyembul di wajahnya mengeluarkan uap air, menjadikan gambaran wajah yang terbayang di permukaan kaca meja kerjanya menjadi kabur. Sekabur pikirannya saat itu.
"Ta!!!" seru Brave dengan nada nyaring, membuat Prita tersentak dan buru-buru menegakkan badan.
"Iya, Mas. Eh, Pak!"
"Tolong ya, konsentrasi! Kamu mengirimkan email yang salah ke rekan bisnis kita!" tegur Brave.
"Hah?" Mata Prita membulat.
"Aku sudah kirimkan email yang betul!" Prita hanya menatap gerakan bibir Brave. Brave menghela napas panjang, geram. Perempuan yang menjadi sekretarisnya hanya menatapnya kosong. "Helloooo ... Ta?" Brave melambaikan telapak tangannya di depan wajah Prita membuat Prita kembali tersadar. Mungkin kalau yang di depannya masih Brave yang 'lama' maka Prita yakin dia akan dimarahi habis-habisan oleh bossnya itu.
Brave menghela napas kasar melihat raga yang pikirannya entah melayang kemana. "Sudahlah, percuma saja aku marah!" Dan, pria itu berlalu dari hadapan Prita.
Prita hanya termangu. Otaknya dipenuhi oleh Chandra. Ya Tuhan, sejak kapan aku jadi kepikiran terus tentang laki-laki itu. Chandra Pradipta, kamu menjengkelkan!
Gawai Prita berdenting, menandakan pesan masuk.
Chandra : Ta, aku ga bisa makan siang bareng. Aku nanti jemput kamu ya sore ini. Kita ke rumahku. Aku mau kenalin ke mama papaku.
Prita : Dikenalin?
Prita menelan ludahnya, sedikit senang dengan inisiatif Chandra mengenalkan pada orangtuanya.
Chandra : Iyalah. Mamaku udah ngomel mulu, nanyain anak lakiknya ga pernah bawa pacar ke rumah.
Jadi, bukan karena inisiatifmu, Mas? Prita menarik sudut bibir kirinya ke atas, menyesal sudah menaruh harapan yang terlalu tinggi pada laki-laki itu. Prita meletakkan gawainya begitu saja. Jengkel.
Smartphone Prita berbunyi lagi. Dari jauh, Prita hanya menggeserkan jarinya dan melirik isi pesannya dengan ekspresi tak peduli.
Chandra : Kok lama balesnya. Nanti jam 6 aku jemput yak.
Ya elah, mutusin sendiri ni orang! Hati Prita semakin dongkol.
Chandra : Prita sayang ... Kok di 'R' doank? Sibuk ya? Dandan yang cantik ya, biar mamaku terpesona sama calon mantunya.
Calon mantu? Idih ... ngeselin! Gimana mau jadi ngambek nih? Prita mengulum senyum. Calon mantu? Berarti tuh lakik serius sama aku? Prita terkikik membayangkan bila Chandra yang selalu menampilkan wajah yang tanpa dosa–yang membuatnya gemas, kadang juga kesal–berakhir jadi suaminya.
Prita mengambil gadgetnya, mengetikkan pesan 'Ya' untuk membalas Chandra.
Jadilah, sore ini sengaja Prita menyiapkan diri sebaik-baiknya. Sebuah dress floral warna dominan abu dengan sedikit aksen bunga berkelopak oranye tanpa lengan dikenakan oleh Prita. Sapuan make upnya yang biasa tebal kali ini dikurangi, hanya menyamarkan tanda lahirnya saja, membuat kecantikan natural Prita lebih menonjol. Lipstick warna natural sengaja dipilihnya. Rambut panjang Prita yang tebal dikepang menyamping, tidak terlalu rapi, namun enak dipandang.
![](https://img.wattpad.com/cover/202443520-288-k804872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (Completed)
RomanceChandra Pradipta, pemuda selengekan yang enggan berkomitmen. Di usianya ke 28 tahun, Prita kekasihnya meminta agar Chandra segera menikahinya. Namun, adik Chandra - Cinde, yang enam bulan lagi menikah membuat Chandra tidak bisa langsung menyetujui n...