Bab 22. Tenang

45 22 4
                                    


Tak lama kemudian mereka pun menyusul dewa yang sudah duluan.

Dion dan vira memakai sepeda motor ninja dion, sedangkan dalang dan sasya memakai sepeda motor n-max milik dalang, vira dan dion sudah duluan.

Dalang menghentikan sepeda motornya karena lampu menunjukkan warna merah.

"hai kak sasya, cantik banget" ujar dua orang cewek memakai sepeda motor beat.

"hallo" ramah Sasya sembari menggerakkan tangannya.

"mau ngerjain tugas dek" awab sasya lalu melihat lampu su ds ah berubah menjadi hijau. "kita duluan ya dek, daaah" lanjut sasya dan merekapun melaju menuju tempat tujuan.

"kamu kenal??" tanya dalang.

"hehe" cengir sasya. "enggak"

Dalang hanya dapat menghela nafas berat, setidaknya dia sudah tau kalo si sasya memang sangat famous di sekolah, dia cantik walau sedikit pendek, ceria, pinter anak holkay lagi, bahkan anak sekolah lain juga banyak mengenal sasya.

"aku emang famous, jangan terlalu di pikirin" cetuk sasya melihat dalang terdiam.

"iya, kamu juga famous di kepalaku" jawab dalang tetap pokus ke depan.

"tapi bo'ongan" jawab sasya meniru gaya bicara dalang.

"beneran, bahkan saat tidur kepalaku masih tetap mikirin kamu, apa lagi kalo aku mimpi pasti di situ ada kamu"

Sasyapun jadi tersenyum. "sama kok"

"dalang masih polos nih, tolong di jelaskan sama apanya" ejek dalang.

"mulai-mulai" balaa sasya dalangpun hanya tersenyum. "lang, kita kerumah bentar ya, ada yang mau aku kasih sama kamu" ujar sasya sedikit memajukan kepalanya agar terdengar jelas oleh dalang.

"mau ngasih apa cha, nggak usah ah" jawab Dalang dengan tetap fokus mengendari sepeda motornya.

"dalaaang, ya" melas sasya.

"iya-iya" tentu dalang nggak bisa nolak jika sasya sudah memelas sepert itu, dalangpun membelokkan arah sepeda motornya menuju rumah sasya.

^^^^^

Sasya turun dari sepeda motor dalang tanpa melepaa helm yang ia pakai, dalang hanya menunggu di atas motornya karena kata sasya dia hanya sebentar.

Terlihat jelas di lapangan rumah sasya dua mobil mewah yang sedang terparkir.

"eh ini udah pulang anaknya" ujar pak wijaya saat membuka pintu dan keluar dari rumahnya di iringi erik dan di belakangnya pria parubaya sepertinya itu papa erik.

"asalamualaikum" ujar sasya lalu menyalami tangan papa erik. Mau tidk mau ia harus memberikan senyuman pada papa erik di hadapn papanya walaupun terlihat jelas senyuman sasya begitu terpaksa.

"ini kenapa lagi pake-pake helm, LEPAS!!!" tajam pak wijaya.

"sasya masih mau pergi lagi pa" ujar sasya tak enak.

"SASYA!!!"

BRAKKK

Papa sasya melepaskan helm yang di pakai sasya dan ia hempaskan sehingga kaca helm tersebut pecah berhamburan.

"pa.. Sasya udah besar ud.."

Plakkk

"aw" pekik pelan sasya karna wajahnya di tampar oleh pak wijaya, air matanya langsung turun membuat sungai kecil di pipinya.

"MASUK KERUMAH, MASUK!!!" tajam pak wijaya.

Sasya melirik dalang pelan, sasya yakin pasti dalang percakapan mereka, dalang hanya menatap sasya dengan wajah sendu lalu ia menarik gas motornya melaju menjauh dari rumah sasya.

Sasya masuk kerumah dengan sedikit lari, ia menuju kamarnya di lantai dua dengan air mata yang mengalir deras dipipinya.

Sedangkan erik dan papa nya pergi karena nggak enak.

Dalang melaju sepeda motornya dengan kencang, setelah beberapa menit akhirnya ia sampai tempat dimana dalang selalu melampiaskan emosinya disini, tempat di mana boaa menyejukkan hatinya, dengan pemandangan menghadap laut lepas sembari di iringi angin yang berhembus kencang.

Dalang melepas helm, lalu beranjak menuju kursi dan duduk, ia menatap laut yang sangat indah, menikmati angin kencang yang menerjang tubuhnya, ia berusaha untuk menenangkan diri, meredakan emosi.

Duhai hati yang selalu tersakiti
Tetaplah tegar, walau ku tahu kau sedang perih
Jiwa yang kuat
Bangkitlah selalu walau kau sering jatuh
Wahai aku
Tersenyumlah selalu walau kau rapuh
Agar semua orang tak tau kau menahan luka
Agar kau tetap bisa membuat orang bahagia.
~Dalang Saputra Anugroho~

Setelah beberapa menit dalang menenangkan diri, ia bangkit dan beranjak mengendarai sepeda motornya, melaju ke kafe tempat biasa mereka nongkrong, ia baru ingat dion, dewa dan vira pasti lama menunggu.

^^^^

Dalang sudah sampai, ia parkirkan sepeda motornya, ia lepas helm, turun dan mulai melangkah menuju nomor meja yang di beri tahi dion.

"masih idup lo?kirain udah puna" cetus dewa saat dalang duduk di dekat mereka.

"lo kira gue binatang purba gitu, ada acara puna-puna nya" jawab dalang santai duduk di samping dewa.

"kerasakti sasya mana?" tanya vira melihat dalang hanya datang sendirian.

"tadi di lagi ada urusan mpir" jawab dalang santai.

"mpar-mpir mpar-mpir, lo kira gue pampir" kesel vira.

"maksudnya nenek lampir, mpir aja biar gampang, atau mau gue panggil nempir"

"udah-udah mulai de" cegaj dion agar tak terjadi percekcokan. "lo yang nganter?"

"ho'o" jawab dalang. "gue duluan yah, wak, yon ra, eh nempir maksudnya, hehe" cengir dalang sambil beranjak pergi. "gue ada urusan"

"aneh bener" ujar dewa tanpa menghentikan mengetik tugas mereka di laptop.

Dion menatap vira, vira hanya mengeditkan bahunya, ia jiga nggak tau apa yang sebenarnya terjadi.

Merekapun akhirnya melanjutkan ngerjain tugas lagi.

^^^^^

"udah pulang bang??" tanya dalang sambil masuk menuju sofa ruang tengah yang sudah ada bang adit lagi mainin laptopnya.

Bang adit menoleh ke arah dalang sebentar lalu kembali pokus ke laptopnya lagi. "pulang-pulang muka dah kayak pantat ayam mau bertelur aja, kenapa?sasya?"

"so toy, emang lo pernah liat pantat ayam mau bertelur?"

"yaelah semua orang juga tau kali" jawab bang adit tanpa melihat dalang.

"gue bukan orang yang nggak punya kerjaan, ya kali liatin pantat ayam yang mau bertelur" jawab dalang sambil main hapenya.

"nih nih kayak gini ni"










Terima kasih sudah membaca guys

Jangan lupa bahagia,
Trus jangan lupa vote and commentnya juga, itu yang paling aku tunggu.

Thanks before

Salam,

ridwan0626

Sebatas mimpi✅ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang