Bab 46. You can do it 3

23 8 2
                                    


         Dewa menatap dion, dion hanya mengeditkan bahunya. Lalu dalang beranjak pergi menjauh dari mereka.

        "ada yang salah dari omongan gue?" tanya dewa ke dion yang sedang makan.

        "liat muka lo aja udah salah wak" cetus dion.

         "buset..."

        "masuk-masuk, ntar pak ridho udah di kelas lagi, kan mampus" potong dion sambil menyedot es tehnya lalu beranjak pergi menuju kelas dan di iringi oleh dewa.

         Mereka belajar seperti biasa, dewa hanya terdiam sambil memperhatikan pak ridho menjelaskan materi yang sedang mereka pelajari. Entah ia ngerti atau tidak yang penting memperhatikan, biar di kira ngerti gitu, maksud dewa.

         Kriiiiing 

         Bunyi bel sekolah terdengar begitu nyaring di telinga semua murid, wajah sumringah menyambut bel itu datang, semua murid merapikan buku mereka masing-masing ke dalam tas lalu keluar  kelas.

        Akhir-akhir ini dalang, dion dan dewa selalu jadi yang terakhir pulang, karena mereka nggak mau ikut ngantri macet untuk turun ke lantai satu.

         Murid hanya tinggal beberapa yang sedang berjalan dengan santai di lapangan sekolah menuju gerbang untuk pulang. Dalang melihat sasya yang sedang berjalan sendiri menuju gerbang.

        Langkah dalang sedikit ia percepat dan sampai di belakang sasya. Dion dan dewa hanya diam membiarkan dalang. Mereka hanya melihat dari kejauhan.

        "cha?"

         Langkah sasya terhenti tanpa membelokkan badannya, ia sangat paham dengan suara khas itu.

         "aku minta maaf cha, ini bukan cuma karena aku kan?"

         Plakkk

        Sasya mebelokkan badannya dengan cepat lalu menampar dalang. "kumohon cukup lang, cukup, aku nggak tahan lagi menahan semuanya, aku nggak bisa lagi menghadapi segalanya" ujar sasya lalu perlahan air mata yang mulai menetes mengalir di pipinya.

          "deng...."

          "CUKUP LANG! Aku bilang cukup!!..dengan mendengar penjelasan kamu hanya akan membuat aku dan kamu sakit, jadi kumohon berhenti lang" ujar sasya yang di iringi air matanya yang jatuh semakin deras. "sudahi lang.. Ku mohon Sudahi hanya sampai disini" ujar sasya sambil menghapus air mata dengan kedua tangannya.

         "tungg..."

         Guppp

        "LO DENGER NGGAK SASYA NGOMONG APA!" tajam erik langsung menonjok dalang dengan keras, membuat dalang terjatuh dan langsung bangkit ingin membalas erik namun arik langsung menonjoknya lagi.

        "ERIK stop rik, stoo..p!! Hiks...hiks...hiks.." sasya langsung menarik tubuh erik yang ingin menonjok dalang.

         "laki-laki bajingan ini nggak pantes sya dapetin lo!!!" ujar erik lalu beranjak menonjok dalang lagi namun di tahan oleh dion dan dewa yang langsung menarik keras tubuh erik.

         "kenapa lo ikut-ikut? Nggak salah, lo ngatain dalang bajingan, NGGAK SALAH WOY!!" teriak dewa membanting bahu erik.

         "wak, please stop wak, ini masih di sekolah" ujar sasya sembari menarik tangan erik.

         Sudut bibir kiri dalang sedikit mengeluarkan darah. Ia berdiri bersama dion 2 meter dari sasya dan erik.

         "gue heran sama otak lo sya! Kenapa Bisa lebih keras dari batu!" gerutu dewa sembari ia berjalan melewati erik dan sasya.

Sebatas mimpi✅ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang