Bab 2. Chintya sasya wijaya

175 68 5
                                    

"DEWAA!"

Kelas kembali hening semua pandangan tertuju pada dewa, perlahan dewa menggerakkan kepalanya kesamping untuk melihat dalang, namun apa yang ia lihat bangku tersebut kosong.

"bukan teman saya pak" cetuk dalang yang pindah duduk ke bangku belakang sembari mengangkat tangan kanannya.

"bukan teman saya juga pak" saut dion mengangkat tangan kanannya.

"eh dion yang duluan pak" ujar dewa membela diri dengan menunjuk dion.

"eh enak aja dari tadi saya cuma peratiin.."

"behanya si saras pak" potong dewa cepat.

"eh enggak pak, tuh tuh dalang yang duluan" ujar dion sembari menunjuk dalang yang sedang asik memperhatikan percekcokan mereka.

"lah kenapa saya, nggak pak sumpah, tuh dewa yang duluan"

"bener tu pak dewa yang duluan" saut dion membenarkan.

Semua murid dikelas hanya mampu diam memperhatikan percekcokan diantara mereka bertiga, setidaknya mereka sudah tidak heran lagi karena hampir setiap hari menyaksikan  keadaan seperti ini.

"dalang, dion, dewa maju kedepan, mintak maaf sama si saras" suruh pak ridho dengan tajam.

Dengan berat hati dalang dan dion harus maju kedepan, sedangkan dewa hanya cengar-cengir tanpa dosa.

"lo si wak, gue jadi kena kan" ujar dion kesal sembari mereka melangkah ke depan kelas.

"nggak apa apa, kan kita jarang-jarang kayak gini" jawab dewa santai.

"palak lo jarang" saut dalang kesal.

"palak gue nggak jarang, cuma otak gue aja sedikit jarang-jarang, tapi sedikit kok nggak banyak banyak"

Dalang dan dion hanya mendengus kesal."dasar lo patkai" gerutu dalang dan dion yang sudah berdiri didepan kelas.

"cepet minta maaf" suruh pak ridho.

"sorry" ujar dalang lalu bersalaman dengan saras."mangkanya lain kali lo nggak usah pakek beha, biar nggak dilihatin temen gue lagi" jujur dalang kesal.

"dalang!!!" tegas pak ridho.

"hehe, iya pak maaf" cengir dalang lalu menuju ke bangkunya dan duduk.

Setelah itu dion, selesai dion kemudian dewa.

"sorry" ujar dewa mengulurkan tangannya dan di sambut oleh saras."tapi bener kok yang dibilang dalang tadi" goda dewa yang membuat saras jadi semakin kesal.

^^^^^

Dikantin sekolah tersedia gitar dan mikrofon namun jarang di pakai hanya sesekali saja.

"nih" ujar dewa meletakkan makanan yang sudah mereka pesen sembari di iringi mbok itik yang membawa tiga gelas es teh.

Mbok iti adalah salah satu penjual makanan di kantin sekolah, dengan masakan bakso dan cimol yang khas banyak di gemari seluruh murid SMA Garuda. Semua siswa memanggilnya mbok iti, namun beda dengan dion dan dewa mereka memanggilnya mbok itik, begitupun dengan dalang itu yang hanya ia tau dari dion dan dewa.

"makasih wak,makasib mbok" ujar dalang dengan ramah.

"sama sama" ujar dewa sedikit teriak membuat mbok itik kaget.

"eh sama sama sama sama" tiru mbok itik dengan latahnya.

Dalang dan dion hanya tersenyum kecil sembari menggelengkan kepanya pelan. Yah selain terkenal dengan masakannya yang enak, mbok itik juga terkenal dengan latahnya yang super mehong membuat setiap pembeli ingin becandain mbok itik.

"mbok balik dulu yah" ujar mbok itik.

"entar dulu mbok, pukul bahu dewa dulu, eng" ujar dalang lalu ia memukul bahu dewa.

Tanpa sadar mbok itik juga memukul bahu dewa dengan sedikit keras membuat dewa jadi meringis kesakitan.

"eh dewa maafin mbok ya, mbok nggak sengaja" ujar mbok itik merasa bersalah melihat muka dewa yang meringis kesakitan. Lalu mbok itik pergi.

"asu lo, awas aja ntar gue bales" ancam dewa melihat dalang yang tersenyum bahagia berhasil ngerjain dewa sambil mengudek udek bakso. Merekapun makan.

"kayaknya si sasya suka sama lo deh lang, gue peratiin dia ngelirik lo terus" cetuk dion menghentikan makannya sejenak.

"hah?" bingung dalang menghentikan makannya lalu melihat dion dengan kening yang mengkerut."yon yon cewek aja nih cuma beberapa yang gue kenal, itupun cuma dikelas kita" lanjut dalang.

"LO NGGAK TAU??"ceplos dewa sedikit teriak membuat semua pengunjung kantin terdiam dan menatap ke arahnya. Dewapun menyadari itu. "ini si dalang hamil, dan dion nggak tau mangkanya gue kaget" lanjut dewa menjelaskan. "biasa aja kalee liatin gue, gue emang ganteng, imut dan kaya raya"

Semua murid yang berada dikantin hanya mendengus kesal lalu melakukan kegiatan masing-masing lagi, setidaknya mereka sudah tau kalo dewa itu sangat gila bahkan very very very crazy.

"gila mulut lo anjing" balas dalang kesal, siapa yang nggak kesal dalang malah di tuduh hamil, dasar dewa gila.

"tuh yang lagi nyanyi" potong dion agar tak terjadi percekcokan.

Kepala dalangpun langsung melihat arah yang ditunjuk dion. Ia melihat wanita yang sedang bernyanyi sembari main gitar, wanita yang kira kira tingginya 155cm termasuk kategori pendek, pipinya sedikit chuby, rambut dan poninya yang sama panjang di belah dua membuat wanita tersebut terlihat begitu cantik dan gemesin.

"oh namanya sasya, kemaren gue nolongin dia waktu dipasar, belanjaannya di tabrak sepeda motor yang nggak tanggung jawab ya gue tolongin"

"dari situ mungkin dia jadi suka sama lo" celetuk dewa tanpa menghentikan makannya.

"chintya sasya wijaya, anak kelas xi ipa 2 samping kelas kita, cantik, pinter, cerdas dan anak holkay, banyak cowok cowok tajir dan brandalan disini ngejer ngejer dia, tapi sayang selalu di tolak sama sasya " lanjut dewa.

"termasuk lo" tanya dalang cepat.

Dion dan dewa terdiam hanya saling tatap sebentar lalu melanjutkan makan lagi, begitupun dengan dalang melihat dion dan dewa hanya diam, dia juga diam dan lanjut makan.


Gimana dewa udah bikin kesel belum.
Jangan lupa voment
Ig:ridwan0626

Sebatas mimpi✅ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang