Bab 39. Kamu kuat cha!

27 7 6
                                    


         Sampailah di ruangan sasya di n hentikan karena nggak boleh masuk.

        "SUSTER ITU MAMA SAYA SUSTER, SUSTER NGGAK TAU AJA RASANYA GIMANA, SUSTEEEER!!!" teriak histeris sasya sambil nangis-nangis.

         Suster tersebut tetap langsung menutup pintu ruangan itu, sasya menggedor-gedor pintu tersebut namun tetap saja tidak di buka.

        "sya...kamu harus tenang nak" ujar papa sasya lembut sembari mengusap bahu sasya.

         Sasya menguiskan tangan pak wijaya dengan sikutnya. "sasya pengen sendiri pa" ujar sasya lalu berbalik menyender ke pintu ruangan tersebut.

        Perlahan tubuhnya jatuh duduk dengan kedua lutut yang dilipat dan ia peluk, ia tenggelamkan wajahnya ke dalam dekapan lututnya.

         "maa,,mama sayang sasya kan ma??mama nggak mungkin ninggalin sasya sendiri di dunia ini, maa cuma mama satu-satunya orang yang bisa membuat sasya semangat hidup, cuma mama yang selalu mengerti dengan keadaan sasya, cuma mama yang selalu ngomelin sasya di saat sasya ngelakuin kesalahan, cuma mama yang selalu rewel saat pagi-pagi, ma...mama, sasya tau kok mama denger sasya kan, sasya minta maaf, sasya nggak mau kehilangan mama, ma,,sasya sayaaang banget sama mama" tangis sasya begitu histeris, air matanya begitu deras mengalir di pipinya.

         Pak wijaya hanya terdiam membisu duduk di kursi tunggu.

        Sasya menarik kepalanya dari dekapan kedua lututnya, tangannya memukul-mukul pelan lantai rumah sakit, rambutnya begitu berantakan di tambah tatapan nya sangat kosong seperti orang gila.

         "maa,,sasya ikut mama ya ma, sasyakan nggak bisa hidup tanpa mama" ujar sasya melemah dengan air mata yang begitu deras mengalir di pipinya.

         Dalang yang sudah di beri tahu vira langsung bergegas menuju rumah sakit, sampai di rumah sakit dalang langsung lari menuju ruangan.

        Dalang melihat sasya yang sedang duduk tersender di pintu ruangan, sembari tangan sasya memukul-mukul pelan lantai rumah sakit, rambutnya begitu berantakkan kusut marut, di tambah tatapannya yang kosong.

        Dalang langsung mendekat, memeluk erat sasya dari samping, kepala sasya di bawah dagu dalang. "kenapa cha??" tanya dalang agar lebih jelas dengan suara yang gemeteran.

        "mama lang, mama me..meninggal" ujar sasya sambil menangis.

        "innalilahiwainnailaihirojiun, kamu yang tenang ya, ini sudah takdir tuhan cha" ujar dalang sembari mengelus-elus bahu sasya berusaha menenangkannya.

         Air mata sasya tak henti-hentinya jatuh mengalir dipipi nya. "nggak lang, kamu tau kan, aku nggak bisa hidup tanpa mama, aku mau ikut mama laaang" ujar sasya yang masih menangis.

        "asstaufirullahaladzim, istigfar cha, mama kamu sudah tenang di sana, sekarang kamu yang harus tenang yaa" ujar dalang sesekali mencium kepala sasya berusaha untuk menenangkannya, ia benar-benar nggak tega melihat kondisi sasya sekarang.

         "NGGAK LANG ENGGAK!!" teriak sasya yang menangis lebih kencang. "aku nggak bakal bisa hidup tanpa mama lang, bahkan akau nggak bakal bisa melalui hari-hari ku tanpa mama, aku sayang sama mama lang, cuma mama yang selalu ngertiin aku, mama yang selalu bisa buat anaknya tersenyum saat lagi sedih, mama bakal ngelakuin apa aja agar bisa buat anaknya bahagia, bahkan mama rela dirinya tersiksa buat ngelindungin aku dari kejahatan papa, aku nggak mungkin bisa hidup tanpa mama lang, AKU MAU IKUT MAMA, AKU MAU IKUT MAMA LAAANG!!" teriak sasya yang menangis lebih histeris.

         Tanpa sadar papa sasya yang duduk tidak jauh dari mereka menangis mendengarkan curahan anak gadisnya, begitupun dengan dalang, sekuat tenaga ia enahan air matanya agar tak jatuh, namun sayang air matanya tetap jatuh tapi dengan cepat ia hapus.

        "kamu harus kuat cha, ini jalan yang terbaik yang di berikan tuhan untuk kamu dan mama, tuhan tau mana yang terbaik untuk kamu"

        "tapi aku nggak bisa lang, nggak bisa, aku sayang sama mama, aku cinta sama mama, AKU NGGAK MUNGKIN BISA HIDUP TANPA MAMA, pokoknya kau mau ikut mama lang, biarain aku ikut mama, biarin sekalian aku musnah bersama mama" ujar sasya menangis histeris. "aku sayang sama mama laang"

         "istighfar cha, sekarang ikutin aku ya" suruh dalang. "asstaufiruahhaladzim"

         Dengan nfas yang terengah-engah sasya berusaha mengikuti dalang. "as...as....astau..firullah aku mau ikut mama laang" ujar sasya dengan terputus-putus karena tangisannya.

        "asstaufirullah haladzim"

     "ass..as..taufirullah..hal..hal...adzim"

       "astaufirullah haladzim"

       "asstaufirullah haladziiiiiiiiiim" ujar sasya lalu memeluk dalang dengan erat meluapkan segaa emosinya, sasya menangis sekencang-kencangnya air matanya bgeitu deras mengalir membasahi baju bagian pundak dalang.

         "kamu harus tenang yaa" ujar dalang mengusap-usap bahu sasya berusaha untuk menenangkannya.

        "mama lang, mama...." jawab sasya yang masih dalam pelukkan dalang.

^^^^^

        Pagi nampaknya sangat cerah, tak mendukung hati dalang dan sasya yang sedang gunda.

        Pak wijaya, dalang, dion, dewa dan vira ikut mengubrukan mama sasya. Sedangakn sasya tidak ikut, ia mengurung diri di kamar,  meratapi seglaa sesuatu yang nggak pernah ia inginkan terjadi.

        Hidup kadang memang seperti itu, sesuatu yang benar-benar yang kita inginkan kadang tak terjadi, namun sebaliknya, sesuatu yang sangat kita takuti untuk terjadi, malah terjadi. Yang terpenting kita harus tetap sabar dan menerima ketetapan tuhan, karena itu lah yang terbaik untuk kita.

        Semua orang perlahan pulang, tinggalah pak wijaya, dalang, dion dan dewa sedangkan vira sudah duluan pulang karena ada kerjaan.

        Dalang mendekati papa sasya lalu beranjak jongkok. "sasya dimana om?" tanya dalang.

       Papa sasya menoleh dalang dengan waah yang tenang, sepertinya setelah mendengar curahan hati sasya semalam sikap pak wijaya menjadi berubah lebih baik dan sepertinya ia mulai menerima dalang.

       "sasya di kamarnya, dia ngurung diri, semaleman ini dia nggak keluar dan nggak makan, om juga nggak tau harus ngelakuin apa" ujar papa sasya sedih.

        "mungkin sasya punya alasan tertentu om, om bisa langsung tanya sama sasya" saran dalang.

        Pak wijaya hanya membalasnya dengan anggukkan kepala lalu ia beranjak berdiri. "om pulang dulu, nanti kalian hati-hati pulangnya" ujar pak wijaya lalu pergi dari hadapan mereka.

        "iya om" saut dalang, dion, dan dewa secara bersamaan.












Gimana kelanjutan nya?? Ada apa dengan sasya?
Baca terus "Dalang Cinta" dan jangan lupa buat share ke teman-teman nya ya guys.
Terimakasih sudah membaca sampai part ini.
Jangan lupa juga voment.

Salam,

ridwan0626

Sebatas mimpi✅ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang