Bab 36. Aku juga manusia biasa

27 10 1
                                    


         Bang adit menampar dalang dengan keras. "LO KADANG NGGAK BERSYUKUR ATAS NIKMAT YANG TELAH TUHAN BERIKAN SAMA LO LANG!!! KADANG LO NGGAK MIKIR MASIH BANYAK DI LUAR SANA ORANG-ORANG YANG LEBIH SUSAH DARI KITA, MEREKA NGGAK PERNAH RUMAH, PAKAIAN, KENDARAAN, BAHKAN KADANG MEREKA NGGAK MAKAN SEHARIAN, PIKIR PAKAI OTAK LANG!!" bang adit menunjuk keras kepala dalang. "PERGI KAMU DARI RUMAH!!! PERGIIII" teriak bang adit.

         Dalang langsung beranjak menuju kamarnya, ia membereskan pakaiannya, ia masukkan ke dalam tasnya yang biasa ia bawa. Selesai ia bereskan dengan cepat ia keluar dari kamarnya menuju pintu rumah.

         "kamu nggak inget janji kamu sama ayah ibu!" tajam bang adit menghentikan langkah dalang.

        Dalang mengingat janjinya,

        "bu' yah, dalang janji nggak akan kecewain ayah ibu, dalang akan sekuat tenaga ngejer cita-cita dalang, do'ain Dalang bu biar sukses dunia akhirat"

         "aamin, ibu pegang janji kamu ya lang, ibu yakin anak ibu satu ini pasti sukses kok"

         Dalang menggigit keras bibir bawahnya menahan air matanya agar tak jatuh, ia lanjutkan langkahnya keluar rumah menuju sepeda motornya yang sudah berada di luar pagar, bang adi hanya terdiam terduduk di sofa. Nampaknya bang adit menyesal mengusir adiknya, dia hanya terbawa emosi karena benar-benar marah sama dalang.

         Siapa sangka, saat dalang keluar rumah berjalan menuju sepeda motornya, terlihat jelas dua mobil mewah yang sedang ingin parkir di halaman rumahnya, mobil siapa lagi kalo bukan, dion, dewa dan sasya.

        Mereka cepat-cepat membuka pintu mobil mereka dan keluar dari mobil melihat dalang yang kusut marut sembari membawa tas ransel yang biasa ia bawa.

         "lang lang, lo mau kemana woy?" teriak dewa yang melihat dalang sedang berlari menuju sepeda motornya yang sudah di luar pagar.

         Dalang tak menghiraukan panggilan dewa, ia tetap bergegas berlari kecil menuju sepeda motornya.

       "dalang" suara itu lagi-lagi menghentikan langkah dalang saat ingin menaiki sepeda motornya.

         Dalang menarik nafas panjang lalu ia hembuskan, ia melanjutkan lagi dengan cepat menaiki sepeda motornya, memalingkan wajahnya ke mereka, sepertinya dalang sedang menyembunyikan air matanya. Dalang mulai melaju sepeda motornya dengan cepat.

         Dion, dewa dan sasya bergegas masuk kedalam rumah, mereka ingin tau apa yang sebenarnya terjadi. Ketika mereka masuk, mereka melihat bang adit yang sedang duduk di sofa, dengan siku kedua tangannya ia tempelkan ke pahanya.

         Merek langsung masuk dan beranjak duduk di samping bang adit. Banga adit menceritakan permasalahannya dari akar-akar ke mereka, setelah beberapa menit bang adi cerita, akhirnya selesai.

         Sasya langsung bergegas pergi keluar.

         "lo mau kemana sya? Ini masih malem, masih bbanyak hantu yang berkeliaran" ujar dewa sedikit teriak.

         "udah pagi wak, gue tau dalang dimana, nggak usah khawatir kita bakalan pulang" jawab sasya tanpa menghentikan langkahnya menuju mobil.

         Sasya langsung mengendarai mobilnya dengan sedikit ngebut, sasya benar-benar khawatir dalang akan kenapa-kenapa.

^^^^^

        Sampailah sasya di tempat tujuan, tempat dimana yang sangat menyenangkan bak surga dunia, pemandangan menghadap laut lepas dengan sedikit cahaya bulan yang mulai meredup.

        Sasya keluar dari mobilnya,  ia melihat sosok seorang dalang dengan baju kaos hitam yang sangat kucel, ditambah jeans warna navy yang lututnya robek-robek membuat penampilan dalang bukan sperti dirinya, dalang sedang duduk di kursi yang tersedia di sana, ia tidak duduk di kursi melainkan duduk di semen dan menyender di kursi tersebut dengan kedua lutut yang ia lipat dan ia peluk.

         "AAAAAARGH" teriak dalang sambil mengacak-acak rambutnya, ia belum tau kalo sasya sedang berjalan mendekatinya.

         "Hukum aku tuhan!! Hukum... AAAAAAARGH" lagi-lagi dalang teriak sembari mengacak-acak rambutnya frustasi.

         Sasya berjalan begitu perlahan mendekati dalang, hembusan angin laut cukup kencang dan dingin di pagi hari, jalan masih sangat sepi sedikit mobil dan motor yang berlalu-lalang di jalanan. Sasyapun sudah berada di belakang dalang.

         "kemarin, ada yang bilang sama aku, sebesar apapun masalah kamu cha, yakinlah kamu pasti bisa menghadapinya, allah menurunkan masalah, juga diturunkan solusi termudah buat ngadepin masalah tersebut" ujar sasya.

         Sontak dalang kaget dan langsung menoleh sasya yang kini beranjak duduk mendekati dalang dan melipat kedua lututnya juga.

         Dalang berusaha memalingkan wajahnya yang babak belur dari sasya, cairan bening sudah terlihat di mata dalang, namun ia tahan agar tak jatuh apalagi di hadapan sasya.

         "bang adit udah cerita.semuanya" ujar sasya dengan lembut.

         Dalang masih terdiam dengan kepala yang selalu ia gerak-gerakan, sembari ia mengigit keras bibir bawahnya, ia menarik nafas panjang lalu ia hembuskan.

        "aku bukan malaikat cha, aku juga bukan nabi, bahkan aku jauh dari kata manusia yang sangat sempurna, aku ini cuma manusia biasa cha, manusia yang penuh dengan keegoisan, manusia yang selalu melakukan kesalahan padahal tau itu salah, aku ini laki-laki brengsek cha yang nggak punya kelebihan, aku ini hanya laki-laki yang sok suci padahal benar-benar hina...maaf, jika kelakuanku membuatmu khawatir" ujar dalang sambil berusaha menahan air matanya.

         "lang ka.."

          "seberapa banyak si cha, keburukanku yang kamu ketahui?" potong dalang dengan cepat.

         Sasya menoleh dalang sejenak, kakinya yang ia lipat kini ia luruskan, badannya sedikit ia senderkan, ia menatap langit-langit yang sangat indah dengan bulan dan bintang-bintang yang mulai menghilang.

        "banyak, seperti bintang di langit" jawab sasya tenang.

        "kebaikanku?"

        "emm.." sasya berfikir. "sedikit" dalang langsung menoleh sasya. "iya, mungkin,, seperti matahari"

        Kepala dalang tertunduk dan ia terdiam sejenak. "kenapa bisa bertahan sampai saat ini cha??" ujar dalang merasa bersalah.

        "sekali matahari keluar, semua bintang hilang lang, kamu yang selalu ngajarin ini ke aku, nggak ada manusia yang nggak ngelakuin kesalahan, tapi, dari kesalahan tersebut kita bisa belajar dan nggak akan pernah ngulanginya lagi, selamanya" jelas sasya berusaha menenangkan dalang.

        Dalang menarik nafas panjang lalu ia hembuskan, ia berusaha menenangkan dirinya lalu menatap sasya.

        "makasih ya cha" ujar dalang dengan lembut.

         "buat??"

         "semuanya"

         Sasyapun tersenyum lebar sambil menganggukan kepala sembari tangan dalang memegang kepalanya lalu mengacak oelan rambut sasya.

         "mau kemana?" tanya dalang bingung melihat sasya bangkit dari tempat duduknya.

         "mau terjun" ujar sasya tanpa menghentikan langkahnya menuju mobil.

         "jangan, ntar aku rapuh"

         "kenapa rapuh?" tanya sasya sembari membuka pintu mobilnya sepertinya ia mengambil sesuatu.

         "kamukan tulang rusukku, bagaimana aku hidup tanpa tulang rusuk"











Terimakasih sudah membaca sampai part ini guys, terimakasih juga udah senyum-senyum sendiri kalo lagi baca part-part gombalan dalang.

Jangan lupa voment.

ridwan0626

Sebatas mimpi✅ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang