Bab 49. Dewasa sebelum waktunya

29 7 0
                                    


"biarin sasya bahagia sama erik, kehidupan kita juga jauh berbeda, sasya juga dari selama ini nyuruh gue buat sudahi.."

"SYA, SYA.. TUNGGU" teriak dewa melihat sasya berlari sambil menangis, lalu ia mengejar sasya.

Dalang menarik nafas panjang lalu ia hembuskan. Ia menatap dion yang duduk di sampingnya. "salah ya yon?"

Dion menarik nafas panjang lalu ia hembuskan. Ia menatap dalang sejenak lalu menepuk-nepuk bahu dalang. "gue di panggil vira" ujar dion lalu pergi meninggalkan dalang sendiri.

Dalang menghela nafas berat, ia mengusap rambut dengan kedua tangannya dengan kepala yang melihat ke atas. "allahuakbar" .
.

^^^^

Sasya sedang berlari menuju kelasnya.

"tunggu sya" teriak dewa lalu menarik tangan sasya.

Sasya menghentikan langkahnya lalu menghapus air matanya. "wawak jangan marahin gue lagi ya" ujar sasya dengan nafas yang terengah-engah.

Dewa menarik tangan sasya masuk ke kelasnya yang hanya ada 3 orang perempuan yang lagi ngerumpi.

"lo masih bisa belum liat, ketulusan dalang?" tanya dewa lembut.

"wawak udah denger kan, gue mau ke kelas, wawak nggak perlu jelasin semuanya, ya" ujar sasya lalu melangkahkan kakinya keluar dari kelas dewa dan menuju kelasnya.

^^^^^

Hari sudah gelap, bulan dan bintang mulai menampakan dirinya.

Vira sedang keluar membeli makan dan katanya ada urusan. Sedangkan pak wijaya baru pulang dari kantor, sebenarnya selama ini pak wijaya sudah jarang kekantor, cuma karena hari ini benar-benar perlu dia dan penting jadi pak wiajay harus ngantor.

Pak wijaya sedang melangkahkan kakinya menuju kamar yang biasa di pakai bu wijaya dulu. Langkahnya terhenti saat ingin mebuka pintu yang sudah sedikit terbuka. Ia melihat sasya sedang berdoa, sepertinya sasya baru selesai sholat isya.

"ya allah yatuhan kami, wahai yang menguasai seluruh dunia ini, ya allah, tolong kuatkanlah aku, hambamu ini hanya hamba yang lemah yang sangat butuh kekuatan darimu, jika ini benar-benar yang terbaik, insyaallah hambamu akan belajar biat menerima semuanya dengan ikhlas ya allah" ujar sasya berdoa dengan mengadahlan kedua tangannya, air matanya perlahan jatuh. "walaupun rasamya hambamu nggak sanggup dengan kehilangan mama, sungguh hambamu ini sangat nggak rela dengan keputusanmu itu, hambamu ini sayaaang banget sama mama ya allah, hambamu ini rindu dengan sosok mama ya alla.....h. Hiks...hiks...hiks" tangis sasya semakin menjadi-jadi. "hambamu ini benar-benar rindu dengan mama, hambamu ini pengeeen banget ketemu sama mama, cuma mama yang selalu bisa ngertiin sasya ya allah, hambamu ini rindu dengan tawanya yang selalu membuat semangat untuk sasya hidup. Mama selalu ngerti dengan keadaan sasya, ya allah, jika sasya dan dalang baik untuk di satukan, sasya mohon beri jalannya ya ya allah, Rabbir firli waliwalidyah warhamhuma kamarabbayanisorigho, aamiin"

Mendengar segalanya, pak wijaya sangat nggak tega melihat putrinya, ia masuk melangkahkan kakinya mendekati sasya lalu duduk memeluk sasya.

Sasya sedikit kaget, dan langsung membalas pelukan papanya dengan erat.

"kamu yang kuat ya naak, sasya bisa kok, mama insyaallah udah tenang di sana, sekarang sasya yang harus tenang ya, mama pasti sedih liat sasya nangis terus" jelas papa sasya sesekali mencium kepala sasya yang terbalut oleh mukenah.

Air mata sasya semakin deras turun, tangisannya semakin menjadi-jadi. "papa...sasya sayang kok sama papa, makasih ya pa buat segalanya, papa udah rela berubah buat sasya, papa udah rela jarang kekantor buat ngehibur sasya, sasya sayaaaaang banget sama papa, semoga sasya bisa kuat dan tegar kayak papa"

Sebatas mimpi✅ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang