Bab 25. Bahan dasar hidup

39 17 4
                                    


         Sasya langsung melihat ponsel yang sudah sedari tadi ia pegang di bb tangan kanannya, untung ponsel sasya tahan air jadi nggak masalah terkena air hujan.

         Ternyata dalang yang menelpon nya dan langsung ia terima.

         "asalamualaikum cha? Udah pulang dari les?"

         "udah lang" ujar sasya pelan berusaha menutupi semuanya, namun apa daya suaranya terdengar jelas ia sedang menangis.

         "hey, kamu dimana? Kenapa cha? Kamu kenapa nangis?" ujar dalang mulai khawatir.

         "aku di jalan, papa marah lagi lang, sia nampar aku" ujar sasya lalu menangis. "kamu nggak usah kesini, ini hujan deras, nanti ada apa-apa sama kamu"

         "aku kesana sekarang!"

         "nggak usah lang!"

         "sya" bujuk dalang. "mau bikin akau bahagia,  please share lokasi sekarang"

         Sasya langsung share lokasi ke dalang. Kurang lebih 5menit dalang sudah sampai, ia langsung turun dan memasang standar sepeda motornya. Lalu beranjak mendekati sasya yang sedang duduk di trotoar jalan sembari dua kututnya ia lipat.

         "kamu jangan natap aku kayak gitu, aku malu, kenapa?bedak aku luntur ya? Aku jelek tanpa make up?" ujar sasya melihat dalang yang duduk jongkok menatapnya.

          Perlahan baju dalang kini juga basah, air hujan terlihat jelas mengalir di wajahnya, ia tersenyum geli mendengarkan celoteh sasya lalu menggendongnya ala bridgestyle.

         "kamu jangan apa-apain aku ya a'ak kerasakti, mentang-mentang ini lagi hujan, dingin" celoteh sasya menatap dalang yang sedang menggendongnya, sasya bisa melihat dengan jelas air hujan yang engalir di wajah dalang.

          Lagi-lagi dalang tersenyum, namun tetap fokus mempercepat langkahnya menuju halte terdekat.

          Sampai di sebuah halte dalang menurunkan sasya lalu mereka duduk dikursi halte tersebut. Raut wajah dalang berubah lebih tajam menatap kedepan. Tak ada suara apapun yang terdengar kecuali derasnya air hujan yang jatuh.

          "kamu mau nggak bikin aku nggak marah?" tajam dalang dengan tatapn pokus kedepan.

          "iya maaf, aku salah"

          "perempuan jalan sendiri, di tempat sepi, malem-malem lagi, kam..."

          "aku nggak tau harus bagaimana lagi dalaang, terus aja marahin aku, sekalian pukul, biar semua orang di dunia ini membenciku" ujar sasya lalu air matanya mengalir lagi.

          Dalang mengulurkan tangannya yang ada sapu tangan miliknya, tanpa melihat ke arah sasya. Sasya langsung mengambil salu tangan tersebut dan menghapus air matanya.

         Dalang masih menatap ke depan. "semua orang boleh pergi, semua orang boleh membenci, tapi aku nggak.."

         "kenapa?" potonf sasya cepat.

Sebatas mimpi✅ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang