Prolog

11.1K 559 53
                                    

Aku adalah seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Anakku yang pertama seorang pria tampan persis seperti papanya waktu muda. Kulit putih bersih dan tinggi yang lumayan namun pendiam dan bersikap dingin terhadap siapa saja. Orangnya tidak banyak bicara. Dia berumur 26 tahun. Namanya Brian. Dia adalah lulusan dari salah satu perguruan tinggi swasta di daerahku mengambil fakultas Management  informatika. Saat ini Brian bekerja di bank swasta terbesar yang ada di kota ini namun belum juga memiliki pacar. Kalau aku tanya kenapa belum punya pacar, dia selalu jawab mau sukses dulu.

Anakku yang kedua adalah seorang gadis yang cantik dengan kulit putih warisan dari papanya dan hidung mancung serta otaknya yang pintar. Mulai dari TK sampai SMA anakku ini selalu menduduki peringkat teratas di sekolahnya. Namanya Alexa Lovina Putri. Saat ini Alexa berumur 24 tahun. Sekarang Alexa sudah menyelesaikan kuliahnya. Dia mengambil kuliah di kedokteran di universitas negeri yang cukup terkenal dikota ini. Anakku yang paling bontot juga adalah seorang gadis yang sangat cantik. Akan kuceritakan dibawah saja ya.

Saat pernikahanku memasuki usia 22 tahun aku dan suamiku berpisah. Aku mencintai suamiku walaupun dia bukanlah pria pertama yang kucintai. Dimasa mudaku aku pernah mencintai seseorang. Dia adalah cinta pertamaku. Cinta pertama yang begitu membekas dan takkan pernah kulupakan sampai seumur hidupku. Walaupun aku mencintai suamiku namun ada beberapa hal yang tidak aku sukai pada sifat suamiku. Selama 20 tahun ini aku mencoba untuk tetap menjaga agar pernikahan ini tetap terjaga sampai akhir nanti. Bagiku pernikahan adalah sebuah hubungan yang sakral dan aku hanya ingin menikah sekali seumur hidupku. Aku sangat menyadari bahwa tak ada yang selalu berjalan dengan mulus didalam sebuah pernikahan. Karena untuk menyatukan dua pribadi yang berbeda bukanlah hal yang mudah. Tahun- tahun pertama pernikahan kami, aku sudah banyak mengalami tekanan dalam hidupku. Pacar yang kini menjadi suamiku ternyata sangat berbeda setelah menikah. Saat aku mengetahui karakter suamiku aku merasa kecewa namun apalah daya karena nasi sudah menjadi bubur. Akupun berusaha menerima suamiku apa adanya. Semua kekurangannya berusaha kututupi. Mama dan papa bahkan keluargaku hanya mengetahui kalau aku hidup bahagia.

Ketika usia pernikahanku memasuki usia keduapuluh dua tahun aku merasa kalau aku sudah tak kuat lagi menjalankan pernikahan ini. Ternyata karena aku selalu mengalah suamiku menganggap kalau aku adalah wanita bodoh yang bisa diperlakukan dan  diperintah sesukanya. Aku juga harus bisa menerima setiap perkataannya yang selalu menyakitkan hatiku. Sering aku menangis seorang diri disaat semua anak- anakku sudah pergi berangkat kesekolah atau bekerja. Dengan begitu beban dihatiku ini sedikit berkurang rasanya. Aku tidak suka menunjukkan air mataku didepan anak- anak dan aku juga tidak suka membeberkan isi hatiku kepada orang lain termasuk orangtuaku. Semuanya kutanggung sendiri. Aku jera membeberkan isi hatiku kepada orangtuaku karena pada akhirnya mereka akan bersedih dan menjadi beban pikiran bagi mereka. Papaku meninggal dunia karena serangan jantung. Papa tak kuat melihat bagaimana cara suamiku memperlakukan aku sehingga dia merasa sangat marah dan tertekan. Papa selalu curhat kepada salah seorang sahabatnya tentang kekecewaannya itu. Dan ketika papa meninggal om Palar menceritakan semua keluh kesah papa kepada aku dan suamiku. Itulah yang membuat aku tak mau lagi membeberkan keluhanku kepada mama. Aku nggak mau kehilangan mama juga. Biarlah semua ini kutanggung sendiri. Toh dia adalah pilihanku. Aku tidak dijodohkan. Aku yang memilihnya menjadi suamiku walaupun keluarga semua menentangku. Suamiku sering berkata kasar, memerintah sesuka hatinya dan suka menjatuhkan mentalku sebagai seorang isteri sehingga aku lebih merasa jadi pembantunya dari pada jadi isterinya.

Saat ini aku tinggal bersama anak-anakku dan mama. Aku yang menjadi tulang punggung keluargaku. Perusahaan yang dulu dibangun papa perlahan mulai merosot dan akhirnya mengalami kebangkrutan sejak papa sering sakit-sakitan. Kami bertahan hidup dari sisa tabungan yang ada. Itulah sebabnya aku mulai membuka usaha kecil-kecilan.  Anakku yang paling kecil saat ini berusia 22 tahun saat ini sedang kuliah di fakultas sastra Inggris di sebuah universitas yang sama dengan kakaknya. Anakku ini sangat mandiri. Dia kuliah sambil bekerja sebagai guru privat bahasa Inggris dan dari hasil jerih payahnya itu dia bisa membiayai kuliahnya sendiri. Kalau aku ingin membantunya dia pasti akan menolaknya. Hanya jika ada biaya yang besar maka dia akan meminta bantuan dariku. Anakku yang bontot ini adalah seorang gadis yang cantik dengan rambut yang pirang alami. Maksudnya warna pirang dari rambutnya bukan karena cat rambut tapi alami. Mungkin anakku itu mendapatkannya dari mamaku yang adalah keturunan Inggris.  Warna  kulitnya putih, hidung mancung dan bibir merah membuatnya banyak diincar oleh anak- anak muda. Namun anakku ini belum berkeinginan untuk punya pacar mungkin karena melihat kehidupanku sehingga dia sedikit lebih selektif memilih teman terutama laki- laki. Aku selalu mengingatkan puteri- puteriku agar mereka berhati- hati memilih teman hidup agar tidak menyesal dikemudian hari. Mungkin hal itulah membuatnya selalu menilai setiap laki- laki yang berusaha mendekatinya. Dia selalu meminta nasehat dariku kalau ada seorang pria yang menyatakan cinta padanya.

Itulah tentang kehidupan pernikahanku. Saat ini aku adalah seorang janda dengan kedua anakku yang sudah bekerja.  Aku memiliki usaha cateringan yang kurintis dari nol. Lama kelamaan aku memiliki banyak pelanggan sehingga akhirnya aku bisa menyekolahkan anak-anakku dan membiayai kehidupan kami. Tapi sekalipun aku harus bekerja keras buat anak-anakku, aku merasa bahagia dan lega karena aku nggak tertekan lagi seperti ketika aku masih bersama dengan suamiku.

Disaat usiaku yang semakin bertambah ini, disaat rambutku mulai memutih dan kulit yang sudah mulai berkerut ternyata cinta masih berkenan hadir dalam hidupku. Cinta yang beberapa puluh tahun lalu pernah mengisi kehidupanku. Aku dipertemukan dengan cinta pertamaku. Alex! Cinta masa mudaku dulu yang sempat kandas karena tak disetujui oleh orangtua. Aku merasa sungguh memalukan jatuh cinta diusia sepertiku ini. Namun aku tak bisa menolak pesonanya, tak kuasa menolak kehadirannya. Akankah cinta itu akan bisa membuatku berbahagia? Karena aku sudah jera dengan yang namanya pernikahan. Aku trauma dengan semua itu. Aku ingin mendampingi anak- anakku hingga aku mati nanti. Ahh...kita memang tak pernah tau kapan cinta akan datang, kita tak pernah tahu kepada siapa cinta akan berlabuh tapi yang aku takut kenapa diusia senjaku ini cinta pertamaku datang menghampiriku?

************************************
Hallo...saya membuat cerita ini berdasarkan pengalaman hidup seseorang. Tapi nggak semuanya ya. Cerita ini banyak mengajarkan pengalaman kehidupan karena ini berdasarkan kisah nyata yang diolah sedemikian rupa dengan harapan siapapun yang membacanya bisa mengambil sesuatu yang berharga dari kisah ini. Semoga kalian semua suka ya. Love you😍😍

Medan, 22 November 2019
TiaRI 73.

Cinta Diusia Senja ( Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang