24. Papa...!

1.3K 110 3
                                    

Saat ini aku sudah setahun bekerja sebagai dosen disalah satu akademi keperawatan yang ada dikotaku. Aku dipercayakan memegang beberapa mata kuliah dan sebagai koordinator mata kuliah umum. Hal itu bukanlah suatu hal yang mudah buatku. Karena mata kuliah umum itu bukan hanya terdiri dari satu mata kuliah saja tetapi banyak. Dan tugasku adalah mengkoordinasikan kepada dosen pengajar tentang jadwal masuk mereka dan mengingatkan mereka akan jadwal masuk mereka. Tapi ditengah tanggung jawab yang begitu besar aku juga menerima sallery yang lumayan. Aku jadi betah bekerja disini. Teman- temanku sesama dosen juga baik- baik dan aku juga sudah akrab dengan mereka. Kadang aku masih harus membawa Bryan untuk bekerja. Biasanya kalau mama dan papa ada acara yang tak bisa dihindari. Atau ketika Bryan memang ingin ikut denganku maka aku akan membawanya. Kalau sudah begitu aku terlihat seperti orang yang mau pulang kampung saja. Soalnya harus bawak tas yang berisi perlengkapan Bryan. Susu dan botolnya, baju, alas tidur, popok sekali pakai dan snack untuknya. Para mahasiswa juga sudah banyak yang kenal sama Bryan. Kadang mereka mengajak Bryan bermain kalau aku sedang sibuk. Jadi aku bisa bekerja sambil menjaga anakku. Dan syukurnya lagi direktur akademi keperawatan tempatku mengajar adalah seorang ibu, jadi dia nggak keberatan kalau sesekali aku membawa Bryan bekerja selama aku masih bisa melaksanakan tugasku dengan baik. Semenjak aku bekerja mertuaku dan saudara iparku mulai menghargai aku. Biasanya mereka selalu anggap sepele padaku. Bahkan selalu menyindir aku dengan mengatakan kalau aku malas, nggak mau usaha cari kerja dan sebagainya yang membuat telingaku jadi sakit mendengarnya. Tapi setelah aku bekerja mereka sudah mulai sedikit perhatian padaku. Aplagi kalau aku datang kesana dengan membawa buah dan roti kesukaan mertuaku mereka akan langsung memujiku. Aku hanya diam saja. Aku nggak minta mereka puji. Aku cukup bahagia kalau sesekali aku bisa membelikan sesuatu untuk orang yang aku sayang dengan hasil jerih payahku sendiri. Aku senang kalau orang yang aku sayangi juga merasa senang.

Selama aku bekerja Sidney nggak pernah memberikan uang belanja. Jadi untuk belanja sehari- hari aku memakai gajiku sendiri. Awalnya aku sih diam saja. Aku masih sabar dan berdoa agar suatu saat hati suamiku ini dijamah oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan ternyata suamiku masih juga tetap sama. Kadang kalau dia menginginkan aku memasak yang spesial barulah dia mengeluarkan uangnya untuk belanja dipasar. Papa dan mamaku melihat apa yang aku alami menjadi sedih dan susah hati. Apalagi papa. Dan satu lagi sifat Sidney yang paling dibenci oleh papaku dan mama adalah sifat bossy nya itu. Suka memerintah orang lain padahal dia bisa melakukannya sendiri. Kalau hal itu masih dalam batas kewajaran sih masih bisa diterima tetapi kadang Sidney suka kelewatan.

Aku sedang menyuapi Bryan makan malam. Malam ini entah kenapa anakku ini agak rewel makannya. Makannya lari sana, lari sini. Akupun harus mengejarnya untuk memberinya makan. Suamiku juga sedang makan. Sidney menyuruhku untuk mengambilkan air minum. Padahal letak rak piring dan meja makan itu dekat banget. Sidney tinggal berdiri dan melangkah dua langkah maka dia akan bisa mengambil gelas. Sementara air minum ada diteko diatas meja makan. Dengan wajah marah papa meninggalkan ruang makan dan masuk ke kamar. Dia marah banget melihat perbuatan suamiku tadi. Menurut papa aku, kalau isteri lagi sibuk dan suami memerlukan sesuatu apa salahnya kalau diambil sendiri? Nggak tau apa kalau isterinya juga sedang kerepotan? Ada banyak lagi kelakuan Sidney yang sering membuat papa marah.

Perlu diketahui disini kalau papa itu ternyata memiliki penyakit jantung. Hal itu terjadi ketika aku berusia 8 tahun. Waktu itu papa sedang olahraga badminton bersama beberapa orang temannya. Tiba- tiba saja papa jatuh dan pingsan. Langsung saja papa dibawa kerumah sakit terdekat dan ternyata papa mengidap penyakit jantung. Sejak saat itu sudah 2 kali penyakit jantung papa kumat. Sejak itu aku dan mama selalu menjaga agar papa nggak stress dan emosional selain menjaga pola makan papa tentunya. Tapi sejak aku menikah dengan Sidney papa sering tampak murung. Sering aku lihat papa seperti menahan amarahnya. Aku nggak mau nanti papa jadi sakit lagi. Makanya ketika Sidney mengajakku pindah beberapa tahun yang lalu aku langsung setuju. Aku nggak mau papa dan mama susah melihat kelakuan suamiku yang bisa dikatakan jauh dari apa yang aku harapkan. Bahkan jauh dari sikap yang ditunjukkannya ketika kami masih pacaran dulu. Yang jadi penghiburan buat papa dan mama adalah ketika mereka bermain bersama Bryan. Kadang mereka membawa Bryan bermain ditaman. Kadang Bryan diajak ikut kepesta atau acara- acara yang akan mereka hadiri. Bryan tentu aja senang diajak jalan- jalan sama kakek dan neneknya. Apalagi kalau setelah diajak jalan pasti dia dibelikan makanan dan mainan sama papa. Papa benar- benar memanjakan Bryan. Sementara Sidney lebih sering berada dirumah mertuaku. Dia pulang kerumah kalau hari sudah senja. Sepertinya Sidney merasa kalau mama dan papa kurang menyukainya.

Cinta Diusia Senja ( Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang