27. Sebuah Penghinaan

1.6K 130 2
                                    

Setiap manusia memiliki kebutuhan secara fisik ataupun psikis atau kejiwaan. Manusia perlu diakui keberadaannya dihadapan orang lain. Manusia perlu merasa dihargai. Tapi bagaimana jika orang yang kamu cintai, demi membela saudaranya malah menghina kamu? Apa yang akan kamu lakukan? Apa artinya dirimu baginya?

Ingin aku berkata bahwa aku menyesali keputusanku untuk menikah denganmu. Ingin aku berkata kepada mama bahwa aku sangat...sangat menyesal karena nggak mendengarkan nasehat mama dan papa agar aku tidak menikah dengannya. Jika saja waktu bisa kuputar kembali...jika saja takdir bisa kuubah, mungkin hidupku tidak akan seperti ini. Maafkan aku mama...maafkan aku papa...jika aku tidak mendengarkan nasehat kalian padaku. Saat ini semua itu harus kutanggung seorang diri. Perasaan sakit, terhina, sesal yang tak berujung. Saat ini aku ingin memberitahukan kepadamu! Kepadamu wahai para pemuda dan pemudi. Dengarkanlah nasehat kedua orangtuamu. Jika orangtua melarangmu menikah dengan seseorang jangan kamu melawannya. Tapi kamu pertimbangkan semua nasehatnya itu karena mereka adalah wakil Tuhan dibumi ini. Mungkin saja Tuhan memberitahukan kepada mereka bahwa teman yang akan kau jadikan pacar atau suami itu bukanlah yang terbaik untukmu. Jangan sampai terlambat engkau menyesalinya. Seperti diriku ini 😭 Karena waktu tak dapat diulang kembali. Sesuatu hal yang sudah kau putuskan tak akan dapat kau tarik kembali.

Hari ini aku dan Sidney diundang menghadiri sebuah meeting oleh salah satu yayasan yang perduli terhadap anak jalanan. Kebetulan Sid memang mengenal salah seorang dari panitia acara. Mereka ingin membuat sebuah acara yang akan melibatkan 500 orang anak jalanan yang ada dikota kami. Lalu pak Riyadi mengangkat Sidney sebagai ketua pelaksana karena Sidney lebih mengetahui situasi disini. Acara itu akan diadakan beberapa hari lagi. Sepulang dari meeting tak lupa Sidney mampir kerumah mertuaku. Kebetulan disana ada kak Cathy dan Wenny. Mereka ngobrol dan Sid menceritakan kalau dia dipilih menjadi ketua pelaksana sebuah acara untuk anak jalanan. Kak Cathy dan Wenny yang emang punya otak bisnis langsung aja menawarkan untuk menjadi seksi konsumsi. Rencananya mereka akan masak sendiri semuanya padahal waktu yang tersisa hanya tinggal beberapa hari lagi. Aku merasa tak akan mencukupi waktunya jika harus masak sendiri mana belum ada anggaran biaya dan dana juga belum turun. Tapi mereka bilang akan bicara dengan pihak yayasan langsung hari ini juga. Jadi akupun diam saja. Aku nggak mau terlalu mencampuri urusan mereka jadi aku hanya diam saja, no comment!

Malam harinya aku dan Sid mengantarkan kak Cathy dan Wenny untuk menjumpai pak Riyadi. Setelah berbincang akhirnya pak Riyadi menyetujui untuk menyerahkan urusan konsumsi kepada kak Cathy dan Wenny dengan pesan agar mereka tidak membuat malu pihak yayasan. Setelah mengantarkan kak Cathy dan Wenny kamipun pulang. Aku emang sengaja nggak menyinggung apapun mengenai kak Cathy dan Wenny kepada suamiku karena aku sudah tau kalau itu hanya akan membuat kami bertengkar pada akhirnya.

Hari yang ditunggupun tiba. Acara dibagi menjadi dua bagian. Hari pertama acara akan diadakan di terminal bis dan hari kedua acara akan diadakan disebuah lapangan dengan perkiraan jumlah yang hadir adalah 500 orang. Pada hari pertama semua berjalan dengan baik. Acara diawali dengan pemberian kata sambutan dan lagu- lagu yang dinyanyikan oleh beberapa orang penyanyi lokal. Dan diakhir acara diadakan pembagian santunan untuk para anak jalanan. Karena jumlah anak jalanan yang hadir sangat membludak jadi pihak panitia nggak sempat memasukkan uang untuk santunan kedalam amplop. Dan yang anehnya lagi pihak panitia memberikan uang kepada beberapa orang yang ditunjuk untuk membagikan uang tersebut. Termasuklah disana kak Chatty dan Wenny. Pada awalnya semua berjalan cukup baik sampai tiba- tiba seorang ibu menghampiri aku.

"Mbak...mbak kan panitia, tolong dong diperhatikan dua orang teman mbak yang disana. Mereka hanya membagikan uangnya kepada beberapa orang saja terus mereka pergi nggak tau kemana. Apakah seperti ini kelakuan kalian para panitia?" ujar ibu itu.

Sebenarnya aku merasa tersinggung juga sih dengan perkataan ibu ini. Tapi mungkin dia juga belum mendapatkan uang santunan jadi aku mengajak ibu itu untuk menghampiri panitia yang dimaksudnya tadi.

Cinta Diusia Senja ( Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang