19. Forgiveness

1.3K 93 1
                                    

Hari ini aku dan Sidney berkunjung kerumah mertuaku. Disana lagi sepi karena hari masih pagi. Sidney kebetulan nggak masuk kerja karena hari ini tanggal merah. Wenny tadi pagi pergi berlibur sama sahabat- sahabatnya. Dengan perasaan canggung aku memasuki rumah mertuaku. Tau sendirilah gimana sikap mama mertuaku ke aku. Kata Wenny sih mertuaku itu bersikap seperti itu karena dia sangat berharap Lia yang akan menjadi menantunya. Maklumlah Lia emang udah sempat dekat sama keluarga Sidney. Apalagi mamanya Lia teman mama mertuaku kan. Aku teringat ketika Lia mencoba untuk mengacaukan acara pertunangan aku dan Sidney. Waktu itu mama mertuaku nggak bisa berbuat apa- apa karena takut Sidney dan keluarganya dipermalukan. Tapi sebenarnya mama mertuaku lebih senang kalau Lia yang menjadi menantunya. Hal ini aku ketahui dari Wenny adiknya Sidney sendiri. Aku berharap suatu hari nanti mama mertuaku ini bisa menerima kenyataan bahwa yang menjadi menantunya adalah Adela bukan Natalia.

Aku duduk diruang tamu sambil melihat- lihat album foto pernikahanku kemarin. Tiba- tiba mertuaku datang dan memberikan sepucuk surat padaku.

"Del...ini ada yang titip surat buat kamu". Aku mengambil surat itu dari tangan mama.

"Makasih ya ma!".

"Iya!" kata mama Mariana sambil berlalu dari hadapanku. Aku membuka surat yang diberikan oleh mama. Nama pengirimnya nggak ada. Aku membaca surat itu.

Buat Adela.

Elo dengerin ya. Sekali lagi gue peringatin lo. Gue dan Sidney itu udah lama pacaran. Gue udah pernah tidur sama dia. Sidney ninggalin gue dan nikah sama elo karena lo itu anak tunggal seorang pengusaha. Dia bukan cinta sama lo tapi harta orangtua lo. Gue tuh kasihan sama lo. Keluarga Sidney juga udah tau hubungan gue dan Sidney. Tapi mereka tutupi supaya Sidney jadi merried sama lo yang anak pengusaha. Pikirin lagi baik- baik gimana nasib lo. Kalau gue jadi elo gue akan tinggalin Sidney. Itu kalau lo waras sih. Okey sekian dulu surat gue ini dan gue harap elo berpikir kembali untuk menjalani hidup bersama dengan Sidney jangan sampai elo menyesal.

Aku merenungkan apa yang tertulis disurat itu. Apa benar seperti yang ditulis oleh Lia? Tapi aku kok ngerasa Lia ini sengaja membuat aku marahan sama Sidney untuk mengambil keuntungan dari situasi yang nggak enak. Yah...aku yakin banget. Jadi aku harus lebih percaya sama Sidney dari pada Lia. Lagian Lia itu udah pernah mengancam akan merusak hubunganku dengan Sidney kan? Jadi buat apa aku percaya sama dia. Aku menyimpan surat itu dan tak pernah membicarakan hal itu ke Sidney. Aku menyimpan semuanya rapat- rapat. Aku berlaku seperti tidak ada terjadi apa- apa dalam hidupku. Aku tak mau hal ini mengganggu pikiran Sidney sehingga mempengaruhi pekerjaannya. Jadi Sidney nggak pernah tahu tentang surat itu.

Menerima sepucuk surat dari orang yang menyukai suamiku sendiri sebenarnya menimbulkan perasaan gelisah di dalam hati. Ada perasaan curiga yang bersemayam dalam hati apakah benar dulu antara Lia dan Sidney pernah memiliki hubungan yang terlanjur? Hatiku tak tenang memikirkannya. Karena pikiran yang kacau akan membuatku meragukan kejujuran Sidney.

Lia ...wajah gadis itu memang cantik. Tubuhnya yang langsing dan tinggi semampai membuat Lia bagaikan seorang model. Tapi aku nggak bisa menerima kelakuannya yang ingin merusak pernikahanku dengan Sidney. Aku diam bukan berarti aku nggak bisa melakukan sesuatu agar Lia menghentikan kelakuannya yang memalukan itu. Bukan hanya memalukan saja sebenarnya tapi menjijikkan bagiku. Bagaimana bisa dia mengatakan didepan orang banyak ketika hari pertunanganku dan Sidney bahwa dia sudah dirusak oleh Sidney, kesuciannya diambil oleh Sidney? Menjijikkan sekaligus memprihatinkan karena sebagai gadis yang cantik Lia ternyata adalah gadis yang sangat murahan. Mungkin itulah yang dilihat suamiku dalam kepribadian gadis itu sehingga dia tak mau dijodohkan dengan Lia.

Aku bukanlah seorang wanita yang polos- polos amat. Sebelum menikah dengan Sidney, aku pernah pacaran dengan Alex. Sebagai seorang wanita dewasa aku menyadari kalau sebagai seorang pria dewasa pasti pernah menginginkan agar hasratnya disalurkan. Aku menyadarinya! Alex mantan pacarku dengan jujur mengakui semuanya itu. Namun kejujuran Alex membuatku semakin mengaguminya. Bagiku salah satu ciri pria yang gentleman adalah pria yang berani mengakui kesalahannya, kekurangannya kepada pasangannya. Jadi pria yang gentle itu bukan hanya pria yang mampu melindungi pasangannya saja tapi juga berani jujur seperti apapun kesalahan yang pernah dilakukannya. Dan itu kutemui pada diri Alex.

Cinta Diusia Senja ( Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang