29. Protected

1.5K 205 25
                                    

Setelah pulang dari liburan singkat itu, keadaan hatiku berubah menjadi lebih baik. Hubunganku dan kak Jaehyun semakin membaik juga walaupun dia sempat cemburu. Singkatnya, aku semakin sayang kepadanya.

Liburan kali ini belum selesai, masih tersisa beberapa hari lagi. Kak Taeyong sudah kembali bekerja dan saat weekend teman-temannya sering datang ke rumah, membuatku harus menyiapkan makan dan minum layaknya seorang asisten rumah tangga.

Namun aku merasa sedikit kespepian karena tidak bisa bertemu kak Jaehyun. Dia masih merahasiakan jadwal terapi-terapinya itu padahal aku tidak punya kegiatan apapun.

Bisa saja aku memaksa untuk datang ke rumah sakit dan bertemu dengannya, tapi takut dia marah. Dia ingin aku merasakan liburan yang sebenarnya karena libur semester lalu, aku sering menemaninya di rumah sakit.

Aku menelepon bunda. Siapa tahu bisa mendengar suara kak Jaehyun walau hanya satu menit.

"Bunda... kabar kak Jaehyun gimana?" Tanyaku setelah menyapa.

"Baik-baik saja kok, kamu sendiri gimana?"

"Aku kangen kak Jaehyun. Bunda lagi nemenin kak Jae, ya? Boleh ngga aku datang?"

"Nggak, sayang, bunda lagi kerja di rumah. Bunda nganterin Jaehyun dan nunggu lima belas menit, setelahnya dia maksa bunda suruh pulang." Ceritanya membuatku resah sendiri. "Jaehyun bilang dia nggak mau ngerepotin siapapun."

"Loh tapi kak Jae bilang dia bakal ditemenin bunda selama terapi?"

"Dia bilang begitu? Yaampun itu anak bener-bener. Dia nggak mau kamu khawatir, An. Sudah gapapa gak perlu dipikirin, sebentar lagi Jaehyun pulang kok."

"Kalau ada apa-apa gimana, Bun...?"

"Tuhan selalu ada untuk jaga dia, Anna."

Aku mengangguk paham lalu mematikan telepon setelah mengucap salam perpisahan, jika terlalu lama takut mengganggu pekerjaan beliau.

"Dek?"

"Hah!?" Suara kak Taeyong membuatku kaget dan menatapnya kesal sambil berjalan ke pintu kamar.

"Berangkat dulu ya."

"Lah katanya gaada balapan? Terus aku ditinggal sendiri? Mama kan lagi ke–"

"Ssst sst!" Dia menempelkan jari telunjuknya ke depan bibirku. "Ini kakak juga diam-diam. Mama pulang malam kan?"

"Ya."

"Yaudah, udah telat nih gaenak sama Doyoung nanti ngamuk."

"Berani ngamuk sini ngadep aku."

Kak Taeyong memperlihatkan handphone-nya. "Beneran nih ya kakak telepon Doyoung sekarang ya!"

"Eee jangan jangan hehehe." Aku pura-pura tertawa. "Ngapain masih balapan sih, kak?"

Wajah kak Taeyong berubah menjadi serius. Apa aku salah bicara? "Kenapa emang?" Tanyanya.

"Y-ya kak Tae kan udah kerja gitu. Senin sampai Jumat udah sibuk.... Nanti capek."

"Kakak tanya," katanya. Aku menelan ludah dan mempersiapkan telinga terlebih dahulu. "Kamu kenapa masih belajar?"

"YA SUPAYA LULUS ATUH!" Sahutku. "Gak usah ditanya, kak, ngga bisa disamain."

"Nah, gak usah nanya begitu juga ke kakak." Aku tidak mengerti maksudnya. "Kakak ngelakuin ini, maksudnya— kita masih balapan sampai sekarang buat seseorang. Untuk menghormati dia, untuk mengejar cita-cita dia."

[✔] Me After You »jjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang