.
aku suka ekspresinya btw
.
"Mau makan apalagi woy?"
"Gak usahlah, kenyang anjir."
"Eh mulut," sahut kak Taeyong sebelum pergi keluar kamar tamu bersama kak Jennie, menyisakanku dengan Jaemin dan Jeno.
"Ya biasa aja si, siapa tau lo laper," jawab Jeno.
Jeno selalu mengikuti kemanapun Jaemin pergi akhir-akhir ini. Seperti orang yang tidak tahu harus berbuat apa di sisa hidupnya itu.
Aku tidak sakit sama sekali. Fisikku baik-baik saja walaupun hati ini masih terlalu sedih jika mengingat kak Jaehyun.
Mereka berdua —juga kakakku dan kak Jennie— memberiku banyak makanan, mulai dari yang manis hingga pedas agar suasana hatiku membaik.
Sesekali Siyeon dan Heejin datang untuk menjadi teman cerita.
Pernahkah kalian menangis hanya karena mengingat masa lalu? Entah masa lalu yang indah ataupun menyedihkan. Intinya, ingatan itu sangat berarti bagi kalian.
"Jaem," panggilku.
"Hah apa?" Jaemin menyahut dari arah bawah. Posisi mereka berdua memang di bawah, duduk di karpet sambil menonton TV dan nyemil.
"Kak Rosè ngapain jenguk abang lo deh? Perasaan mereka udah gaada urusan lagi."
"Si mawar?"
Aku mengangguk dan Jaemin melihatku. "Mereka berdua... gak saling suka kan?" Tanyaku ragu.
"Bisa aja si," sahut Jeno. "Terus lo ditinggalin, An." Kemudian aku melemparnya dengan bantal.
"Udah anjeng kenapa jadi berantem?" Jaemin menengahi.
"Nggak lah. Lo kan tahu sendiri bang Jef orangnya gimana. Gak mungkin main perempuan."
Kemudian aku menyampingkan selimut yang menutupi kaki, lalu turun dan duduk di lantai bersama dua anak laki-laki itu.
"Obat depresinya mana?" Tanyaku sambil menyodorkan tangan. Siapa tahu Jaemin masih menyimpannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Me After You »jjh
Fanfiction[bahasa] Setelah bertemu dengannya, kutemukan sosok yang menjadi pelengkap kisah cintaku, kisah yang membahagiakan namun juga menyakitkan di satu waktu. ㅡwarn; ⚠️angst, harsh words | 110719-140220| on going | ©peachiejay; 2019