4. Sebuah Gitar

312 45 4
                                    

"Oniichan tadaima!" Sana berlari ke arah Eve yang baru memasuki rumah.

"Okaeri." balasnya sambil mengusap lembut rambut adik perempuannya itu.

"Tumbenan pulang sore."

"Aku ada kegiatan klub. Hehehe."

"Eve kesini ada yang perlu ayah bicarakan padamu."

Tampa banyak bicara Eve berjalan mengekori ayahnya menuju ruang tengah.

"Kenapa nilaimu akhir akhir ini memburuk?"

Hey ayolah dia hanya turun menjadi peringkat 2 di tes smester lalu.

"Apa yang sebenarnya kamu pikirkan! Mulai sekarang kamu harus lebih giat untuk belajar ini untuk masa depanmu,siapa yang akan mewarisi perusahaan ayahmu selain kamu,Eve."

"Masih ada Sana. Suruh saja dia melanjutkan karir ayah di bidang perbisnisan."

Jawaban Eve barusan menyulut emosi ayahnya.

"Aku tidak mau. Kalau aku di suruh untuk memilih,lebih baik aku menjadi utaite daripada melanjutkan bisnis konyol ini."

Bisnis konyol katanya,ya.

Plakk

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Eve.

"Kau memilih untuk menjadi utaite yang tidak jelas masa depannya itu! Ah,entah kenapa aku merasa menyesal kau terlahir di dunia ini."

"Aku juga tidak meminta untuk dilahirkan."

"Tutup mulutmu anak bodoh! Pergi kau dari sini! Aku muak melihat wajah kotormu itu!!"

Tampa basa basi Eve berlalu pergi meninggalkan ayahnya yang masih dalam keadaan emosi. Rasa sakit karena tamparan itu memang tidak seberapa,namun luka di hatinya itulah yang membuat si jamur itu mengeluarkan air matanya.

"Nii-chan? Nii-chan kenapa menangis? Dan pipi nii-chan merah? Kenapa?" tanya Sana mengebu gebu.

"Tidak kenapa napa kok hanya digigit nyamuk saja."

"Kalau di gigit nyamuk tidak akan selebar itu. Dan kenapa nii-chan menangis?" Sana tampak khawatir.

"Hanya kemasukan debu saja."

"Benar? Tidak bohong?"

"Kau ini crewet sekali sana belajar yang rajin." Eve menyentil dahi Sana,dan Sana hanya meringis kesakitan.

Eve memasuki kamarnya. Merebahkan tubuhnya ke kasur dan membiarkan rasa penat itu hilang.

Drtt drtt

Handphonenya bergetar,lalu dia mengeluarkan hadphonenya dari saku celananya. Ada email masuk.

Luz
Eve,bilang kepada anggota band mu. Bandmu di suruh untuk tampil di cafe milik Naruse san.

Eve
Baiklah. Memangnya acaranya kapan?

Luz
Minggu depan.

"Minggu depan,ya."

Pandangannya teralihkan kepada gitar akustik yang sudah terbelah menjadi 2 itu. Ya,memang dia tidak menggunakan gitar akustik itu saat manggung,dia itu bass di band nya. Namun tetap saja dia tidak rela jika gitar akustik nya hancur dalam waktu sesingkat itu. Kalian tau? Eve baru membelinya lusa lalu dan selang 2 hari ibunya menghancurkannya.

"Ahh aku muak dengan ini semua." dia membuang handphonenya.

Sudah dia bulatkan niatnya untuk pergi dari rumah terkutuk ini. Tapi dia teringat sesuatu dia kan tidak punya tempat tinggal selain ini. Mau menginap di rumah kerabatnya,malas. Di ambillah handphone miliknya lalu dia mencari cari kontak teman terdekatnya.

Eve
Mafu,hari ini aku menginap di apartemenmu boleh tidak.

Mafumafu
Ehh kalau hari ini tidak bisa. Aku ada..ummm....itu soraru san

Eve memijit keningnya. Dasar. Setiap hari hanya di habiskan dengan bermesraan bersama Soraru-san. Entah itu di sekolah,di studio. Akhirnya dia menghubungi Amatsuki. Semoga saja Kashi tidak sedang menginap di rumahnya.

Eve
Amatsuki. Malam ini aku boleh menginap di rumahmu tidak?

Amatsuki
Hehhh jangan sekarang. Khasi juga sedang menginap di rumahku. Kau ingin date ku gagal?

Ohh astaga. Beginikah rasanya tidak mempunyai pasangan? Mau menginap di mana lagi. Ah ya anak baru itu Eve punya kontaknya.

Eve
Sou. Rumahmu kosong tidak. Kalau iya aku boleh menginap di rumahmu?

Sou
Tentu saja boleh, Eve-san. Jalan nomor 46 apartemen Nishiki aku tinggal di situ. Oh iya kamarku ada di lantai 3 nomor 089.


Eve benafas lega. Segera saja dia merapikan barang barangnya dan pegi ke apartemen Sou. Sebenarnya dia sedikit malu. Dia baru saja mengenalnya sehari yang lalu dan sekarang meminta untuk menginap di rumahnya? Eve sempat mengacak acak rambutnya. Bodoh.

🎐🎐🎐


"Eh selamat datang." sapa Sou sambil membukakan pintu untuk Eve.

"Eve-san kau tidur di kamar sebelah ya. Kalau ada apa apa panggil saja aku." Eve hanya menagguk pelan.

Dia pun memasuki kamar itu. Serba putih dan sepertinya sudah lama tidak terpakai. Lagian anak SMA mana bisa menyewa apartemen dengan dua kamar seperti ini. Pasti dia bukan anak orang sembarangan.

Netra biru langitnya menyapu seisi ruangan. Di sana tampak sebuah foto masa kecil Sou dengan seorang pemuda berambut coklat sama seperti Sou. Dan dia juga mendapati sebuah gitar yang bergeletak di sudut kamar.

"Tak ku sangka dia juga menyukai musik." gumamnya pelan.


TBC

Huaaa akhirnya selese juga.
Maap nih kalo chapter ini ngebosenin. Ga ada inspirasi dipaksain ya hasilnya gini B-)
Maafkan aku yang tidak tau menau soal band:'
Oke see u next chapter-^/
Jan lupa vote and follow ya^^

Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang