29. Duniamu yang Terasa Hangat »3«

182 29 0
                                    

Pandangan matanya lurus menatap seorang pemuda yang tengah tertidur pulas di sampingnya. Alat monitor terus bekerja, menandakan bahwa dia masih hidup walaupun tak kunjung mendapatkan kesadarannya.

Di tangannya ada sebuah pena dan beberapa lembar kertas. Eve pun kembali mengalihkan perhatiannya kepada tulisan yang dia goreskan di sana.

"Apalagi yang harus aku tulis ya..." gumamnya.

Dia sadar kalau hidup nya sudah tidak akan lama lagi. Meskipun begitu dia masih berharap untuk bisa bertahan hidup selamanya. Naif memang.

"Sou...maaf ya." Eve mengulas senyum. "Aku mencintaimu."

🎐🎐🎐

Seperti yang sudah di takdirkan oleh Tuhan. Pagi itu kondisinya memburuk. Niatnya hendak ke kamar mandi untuk membuang hajat namun nyatanya Eve jatuh terpeleset.

Kondisinya kembali kritis dikarenakan kepalanya terbentur cukup keras ke lantai. Semua masih terpaku di luar ruangan. Sana mencoba untuk tegar walau nyatanya dia shock berat. Ibunya tak henti hentinya menangis.

"Apakah ada keluarga dari pasien?" kata sang dokter yang baru saja keluar dari ruangannya.

"A..aku ibunya... bagaimana dok? Eve dia baik baik saja kan?!"

"Ah ya dia sudah sadar."

"Benarkah? Boleh kami masuk!" kata Sana antusias.

"Boleh saja. Ibu, tolong ikut dengan saya." sang dokter pun mengintruksikan Miami untuk mengikuti langkahnya.

Sementara Sana langsung masuk ke dalam ruangan di mana kakaknya di rawat.

"Nii-san!!"

Seketika itu juga lututnya melemas. Dia memang sedikit takut dengan peralatan rumah sakit. Dan sekarang alat alat itu kembali menempel di tubuh kakaknya.

"Nii-san..." Sana sudah tidak mampu membendung air matanya.

"Hiks kau bodoh!! Bagaimana bisa kau jatuh cuma karena terpeleset!!"

"Sudah takdir...mau bagaimana lagi..." Eve menjawab nya dengan suara lirih.

"Na..aku ada permintaan sebelum mati."

"Sudah cukup!! Setiap hari nii-san selalu bilang mati mati dan mati!! Tolong jangan mengatakan hal itu lagi..." Sana menggenggam erat jemari tangan Eve yang mulai memucat.

"Untuk kali ini...tolong dengarkan.. sebelum malaikat menjemputku.."

"......."

"Sou..belum juga sadar dari komanya.. misalkan dia sudah sadar...jangan beritahu dia kalau aku sudah mati..."

Sana terdiam sejenak.

"Kenapa?"

"Dia pasti akan sedih.."

"Tapi kenapa!!"

"Surat itu...tolong berikan padanya kalau Sou sudah mengetahui semuanya. Dan juga bilang kepadanya "maaf"."

"Jadi kau ingin aku membohonginya?"

Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang