Chapter 4

13.5K 833 14
                                    

Pagi ini Rima tidak lagi naik angkutan umum karena Damar yang mengantarnya ke kampus. Lelaki itu terlihat keren menggunakan setelan jeans dan kaos hitam, rambutnya disisir rapi ke belakang dengan bagian depan yang dibuat jambul. Sempurna. Penampilannya berhasil membuat Rima speechless tak berkedip di sepanjang perjalanan mereka menuju sekolah. Bahkan gadis gendut itu masih tidak sadar ketika mobil Damar sudah berhenti di depan sekolahnya.

"Rima?" Lelaki itu menyatukan kedua alisnya bingung, heran dengan Rima yang sedari tadi menatap dirinya tanpa berkedip.

"Rim?"

Tetap tidak ada respon dari gadis itu.

Ia pun melambaikan tangan di depan wajah Rima yang akhirnya membuat Rima sendiri malu karena tertangkap basah mengagumi Damar. Gadis itu memalingkan wajahnya menghadap jendela. Seketika matanya membola, melihat gapura fakultas yang sudah dipadati beberapa teman seangkatannya.

Dengan tergesa, ia kembali menghadap Damar, meraih telapak tangan besar itu, lalu menciumnya tanpa memikirkan pipinya yang memerah karena masih malu. "Aku berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikum.."

Brak

Belum sempat lelaki itu menjawab salamnya, Rima sudah lebih dahulu berlari keluar dari mobil, meninggalkan Damar yang masih terpaku dengan decakan kasarnya. Ia pun berniat kembali ke rumah, menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk memberi Rima kejutan. Awalnya, memang ia rasa tidak perlu. Tapi apa salahnya sekali-kali ia menyenangkan hati istrinya?

Di tengah perjalanan, Damar kembali memberhentikan mobil ketika matanya bersibobrok dengan kotak bekal Rima yang tertinggal. Ia pun kembali memutar balikkan mobil tersebut menuju ke kampus. Beruntung posisinya saat ini masih tidak terlalu jauh dari kampus Rima. Jadi ia masih bisa mengejarnya.

"Gadis ceroboh," gumam Damar seraya menggelengkan kepala.

Tidak menunggu lama, kali ini mobilnya di parkirkan di dekat fakultas. Ia keluar dengan membawa kotak bekal berwarna pink sambil sesekali menyipitkan pandangannya, mencari sosok Rima yang mungkin sudah masuk ke kelasnya.

Damar berdecak sebal, ia berjalan melewati koridor yang ramai mahasiswa. Laki-laki itu memanfaatkan untuk menanyakan letak kelas Rima. Kebetulan saat itu ia bertemu dengan salah satu teman kelas Rima yang belum masuk ke kelasnya, Asa namanya. Tadinya Damar ingin menitipkannya saja ke Asa. Tapi entah mengapa gadis itu malah memaksa Damar untuk ikut ke kelas.

"Rim, ada yang nyariin tuh. Ganteng lagi," Asa menepuk pundak Rima yang sibuk menyalakan proyektor.

Gadis itu mendongak, membuatnya langsung menemukan atensi Damar yang tengah berdiri di dekat pintu dengan membawa kotak bekalnya. Rima menghampiri laki-laki tersebut.

"Kotak bekal kamu ketinggalan di mobil. Nanti hubungi saya kalau kamu sudah pulang," ujar lelaki itu singkat sambil menatap manik matanya, membuat ritme jantungnya bekerja dua kali lipat lebih cepat. Hingga ia hanya sanggup mengangguk, tanpa berbicara sepatah kata pun.

Rima hendak membalikkan tubuh ketika kotak bekal itu sudah ia bawa, namun Damar malah mencekal tangannya.

"Lain kali jangan ceroboh. Saya pulang dulu." Lagi-lagi Rima hanya sanggup mengangguk setelah Damar mengacak lembut rambutnya.

Tanpa mengucapkan apa pun lagi, Damar langsung membalikkan tubuhnya, berjalan menuruni tangga. Tentu masih dengan pandangan Rima yang tidak bisa terlepas dari punggung tegapnya.

"Rim, kamu gak papa kan? Itu tadi siapa?" Nana menggoyangkan bahu sahabatnya. Pertanyaannya hanya dijawab gelengan lemah oleh Rima, gadis gendut itu masih sedikit terkejut mengingat kehadiran Damar yang secara tiba-tiba berada di sekolahnya.

My Obesity Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang