Chapter 20

11.7K 709 20
                                    

Sepasang mata bulat milik seseorang tengah menelusuri laman instagram. Jemarinya bergerak menggeser ke atas, sesekali memberikan dua ketuk sebagai simbol suka untuk postingan yang menarik perhatiannya.

Gerakan jemari gadis itu terhenti. Matanya tertuju pada sebuah postingan milik Aris Setyawan-kiper timnas yang sedari dulu ia idolakan. Postingan yang berupa foto anggota timnas lengkap dengan dokter dan asisten pelatihnya. Lamat-lamat Rima membaca caption di bawah postingan tersebut.

'Bismillah. Come back stronger guys.'

Tidak lupa juga ia membaca tag sebuah nama stadion yang berada di atas foto itu. Bukan sebuah tempat asing lagi bagi Rima jika seringkali pemain Timnas akan memosting foto dengan menandai tempat tersebut.

Feelingnya berargumen jika Timnas U-19 akan menghadapi sebuah ajang kompetisi bola yang kembali digelar tahun ini. Jemarinya berpindah haluan untuk menelusuri akun resmi official PSSI. Mengamati sebuah poster teratas yang didominasi warna merah. Bergambarkan jadwal pertandingan Timnas U-19 dengan beberapa negara yang mengikuti ajang AFF U-19 Championship.

Rima merasa tertarik untuk melihat penampilan terbaik dari Aris-goal keeper yang selalu berhasil menepis tendangan milik lawan. Ia benar benar ingin menyaksikan pertandingan itu. Rasanya sudah lama ia tidak penah menyaksikan secara langsung pemain favoritnya di lapangan. Seingat Rima, terakhir kali ia duduk di tribun bersama dengan Faiz. Itupun sekitar satu tahun yang lalu.

Gadis gendut itu berniat meminta izin kepada Damar. Sekalian mengajak lelaki itu untuk bergabung bersamanya. Rima benar-benar yakin jika Damar akan memberinya izin. Lagipula ia ke kampus hanya untuk mengurus skripsi, itupun bisa dihitung jari dalam seminggu. Setelah menyimpan ponsel di atas nakas, ia menoleh kepada Damar yang sedang asyik membaca komik.

"Dam," panggil Rima, namun tidak ada sahutan dari lelaki itu.

"Dam." Rima berucap semakin keras.

"Ish. Damaaarr!!" Gadis gendut itu mendekat ke arah Damar yang sedang menatapnya heran.

"Nonton yuk!" Ajak Rima bersemangat, membuat kerutan di dahi Damar. Pertanda jika lelaki itu tengah bingung.

"Bioskop?" Tanyanya.

"Bukan." Damar kembali bertanya-tanya di dalam hati.

"Terus?"

"Nonton pertandingan U-19. Kamu mau kan beliin aku tiket?" Rima menatap suaminya penuh harap.

Damar masih menimbang-nimbang permintaan istrinya. Kerutan di dahinya perlahan memudar.

"Dam... boleh ya, hitung-hitung menyegarkan pikiranku yang beberapa hari ini ngerjain skripsi." Rayu Rima dengan bergelayut manja di tangan kekar lelaki itu.

"Iya. Nanti saya belikan."

"Yeay... eh belinya dua ya." Ia bersorak riang, sebelah tangannya mengepal di udara sembari mendesiskan kata 'yes' berkali-kali.

"Hah? Dua? Buat apa?" Damar menaikkan satu alisnya.

"Ya buat kamu lah, Dam. Haduh gemes banget lihat kamu." Rima mencubit kecil pinggang Damar. Lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Jadi ceritanya kamu ajak saya nonton pertandingan bareng?" Goda lelaki itu.

"Heemm..." Jawab istrinya malu-malu. Rima menempelkan pipinya di lengan Damar, mengusap pelan tangan lelaki itu.

"Haduh. Kok saya jadi ikutan gemas sama kamu yah, Rim."

"Aku emang ngegemesin tau," ucap Rima narsis.

"Aww.. sakit Damar." Teriak gadis gendut itu saat Damar mencubit gemas pipi gembulnya.

"Sakit? Sini-sini. Saya obatin."

My Obesity Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang