Chapter 12

9.2K 748 16
                                    

Rima menyelesaikan kegiatan mencuci piringnya. Sejak siang, ia sudah tidak merasakan sakit di perutnya. Tentu berkat perhatian Damar yang semakin membuatnya jatuh ke dalam pesona lelaki bertubuh tegap itu. Rima kembali tersenyum saat suara suaminya terus terngiang-ngiang di telinganya. Ia bahkan membayangkan Damar ada di sampingnya, mencurahkan segala bentuk perhatian kepadanya.

"Dari pagi senyum mulu, nggak capek Rim?" Goda Mama yang kini sudah berada di sampingnya, tangan Mama bergerak memutar kran wastafel yang airnya sudah terbuang sia-sia.

"Ya ampun!! Rima sampai lupa matiin krannya!" Pekik Rima, tangannya menepuk pelan kening lebarnya.

"Nggak papa, wajar. Mama dulu waktu kasmaran juga begitu." Mama kembali menggoda Rima dengan mengacak rambut Rima gemas. Gadis gendut itu menundukkan kepala malu.

"Mending sekarang kita ke garasi, yuk. Lihat-lihat koleksi motornya Damar."

Rima mendongakkan kepala, matanya bersitatap dengan mata bening Mama yang meneduhkan. Ia mengangguk. Setelah membersihkan wastafel yang penuh dengan sisa makanan, mereka berjalan beriringan menuju garasi yang terletak di samping rumah. Kemudian masuk melewati pintu yang terhubung dengan dapur. Rima mempersilakan Mama untuk mendahuluinya.

Sesampainya di sana, Mama membuka kain hitam yang menutupi beberapa motor itu satu persatu. Nampaklah berbagai macam model dan warna motor milik Damar yang membuat Rima mendecak kagum. Ia mengedarkan pandangannya, menatap satu persatu motor milik suaminya.

Dihampirinya motor berwarna merah milik Damar yang menurutnya sangat epik dari yang lain. Ia mengusap-usap stirnya yang masih mulus. Mama pun tersenyum. "Itu motor kesukaan Damar. Motor pertama yang ia beli setelah lolos seleksi Timnas."

Rima menoleh kepada Mama, membalasnya dengan senyuman pula. "Kak Damar suka ngoleksi motor sejak kapan, Ma?" Tanyanya masih mengamati motor merah itu.

Mama berjalan mendekat ke arah Rima. "Sejak dia lulus SMA. Tapi ya gitu, dia nggak akan beli kalau nggak pakai uangnya sendiri."

Gadis gendut itu mengangguk, lalu beralih kepada motor selanjutnya yang juga berwarna merah. Dari modelnya, Rima bisa tahu kalau itu adalah motor ninja.

"Kak Damar punya komunitas, Ma?"

"Punya. Tapi Mama lupa namanya." Mama tersenyum ragu, keningnya mengerut.

"Biasanya juga ikut touring?"

"He'em. Enam bulan sekali kalau nggak salah." Rima manggut-manggut mengerti.

Mama dan Rima melanjutkan obrolan seputar motor Damar. Terlihat sekali bahwa mertua dan menantu itu sudah sangat akrab. Rima yang bersikap sopan dengan Mama dan Mama yang bersikap ramah kepada Rima. Tidak salah jika Mama menjodohkan Damar dengan gadis berambut panjang itu.

Mama mengusap lembut rambut panjang Rima. Gadis gendut itu heran, ketika Mama tidak menjawab pertanyaannya perihal motor Damar yang lain. Ia menghentikan aktivitasnya, beralih menatap dalam-dalam Mama mertuanya. Mama tersenyum, masih dengan tangan yang mengelus rambutnya lembut.

"Kenapa, Ma?" Tanya Rima heran.

Mama menggeleng. "Nggak. Mama cuma mau bilang terima kasih sama kamu. Terima kasih sudah mau menjadi menantu Mama." Tangan Mama sudah berada di kedua bahu berlemaknya.

Rima tersenyum lembut, "Justru Rima yang harus bilang terima kasih sama Mama. Terima kasih sudah menjadikan Rima menantu dengan Mama sebagai mertuanya."

Ditatapnya tubuh wanita yang lebih kecil darinya. Tanpa disuruh, Rima langsung memeluk tubuh Mama. Ia bisa merasakan jika Mama selama ini kesepian karena hanya tinggal berdua dengan Damar. Belum lagi jika Damar ada pertandingan di luar kota yang mengharuskannya untuk meninggalkan Mama. Pasti Mama sendirian di rumah.

My Obesity Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang