Rima dan Damar tengah berjalan menyusuri koridor rumah sakit, mencari ruang rawat inap Karina. Di tangan Damar sudah ada coklat dan buket bunga untuk diberikan kepada Karina. Sebelumnya memang ia sudah diizinkan Rima membeli dua barang tersebut. Rima memakluminya, hitung-hitung pemberian terakhir Damar kepada gadis bermata bulat itu.
"Ayo," ajak Damar saat merasa bahwa Rima menghentikan langkahnya. Genggaman di tangannya pun mulai terlepas. Rima menggoyang-goyangkan kakinya gusar, menatap suaminya dengan canggung.
"Kamu duluan aja deh. Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Rima seraya berlari menuju toilet umum di rumah sakit. Pasalnya sejak di mobil tadi ia sudah menahan air kecil.
Damar kembali berjalan menuju ruang rawat inap Karina. Dua belokan lagi ia akan sampai di sana. Tidak bisa dipungkiri bahwa lelaki itu merasa gugup, ia khawatir jika Karina akan bertanya aneh-aneh tentang hubungan mereka.
Mengembuskan napas kasar, Damar membuka knop pintu coklat di depannya, menemukan Karina dan keluarganya yang sedang berkumpul sembari bersenda gurau. Ia mengucap salam kepada mereka, lalu berjalan dengan dibantu oleh Nana-adik Karina yang juga ada di sana.
Damar memberikan buket bunga dan coklat itu kepada Karina, gadis itu menyambutnya dengan tersenyum senang. Saking senangnya sampai ia memeluk tubuh tegap lelaki itu, bahkan kini sudah menyandarkan kepalanya di dada bidang Damar. Dengan canggung, Damar pun membalas pelukan Karina kepadanya.
Nana mengernyit heran. Bertanya-tanya di dalam hati, dimana keberadaan Rima yang akan menjelaskan semuanya kepada kakaknya. Bukankah kemarin gadis gendut itu bilang, jika ia dan Damar akan datang bersama? Ah, entahlah. Untuk saat ini, Nana hanya ingin melihat kakaknya bahagia. Tentu sebelum semuanya dibongkar oleh Rima.
Perlakuan Karina kepada Damar tentu tidak luput dari perhatian gadis gendut yang sedari tadi mengintipnya melalui celah jendela kaca yang terbuka. Selesai dari kamar mandi, memang Rima berniat langsung masuk ke ruangan Karina lalu membeberkan semuanya. Namun binar kebahagiaan di mata Karina yang tidak pernah ia lihat, membuatnya mengurungkan segala rencana yang dari tadi malam sudah ia susun. Rima tidak tega jika harus mengorbankan kebahagiaan seseorang untuk dirinya. Apalagi ini berhubungan dengan sahabat terdekatnya.
Rima menghela napas gusar. Hatinya seperti tertancap serpihan kaca yang sangat tajam. Sakit dan perih bercampur manjadi satu. Matanya sudah berkaca-kaca, melihat Damar dan Karina tengah berpelukan sambil menatap mesra satu sama lain. Kini ia sadar, siapa yang harus pergi dan siapa yang harus bertahan. Akan sangat egois jika Rima mengatakan yang sebenarnya kepada Karina, kakak dari sahabatnya itu terlalu rapuh untuk mengetahui hal sesakit ini. Rima benar-benar tidak sanggup melakukannya.
Air mata sudah menetes pilu di pipi chubby-nya. Berdiri di sana membuat hatinya semakin sakit, ia berlari menyusuri koridor rumah sakit yang sangat ramai. Tidak peduli dengan tatapan aneh orang-orang di sekitarnya. Rima tetap berlari, meskipun lemak di seluruh tubuhnya ikut bergerak, yang mungkin akan membuat semua orang jijik jika melihatnya.
Sampai di depan gerbang rumah sakit, ia memberhentikan taksi lalu masuk ke dalamnya. Menghirup napas dalam-dalam, Rima mencoba menenangkan hati dan pikiran.
"Jalan, Pak!" Titah Rima kepada sopir taksi itu, tanpa tahu ia akan ke mana.
Selama perjalanan, tidak henti-hentinya Rima menangis. Ia bingung harus bercerita kepada siapa. Karena saat ini yang Rima butuhkan adalah seseorang yang sanggup mendengarkan ia berkeluh kesah. Tentu bukan Nana, Karina, Damar ataupun Mama mertuanya. Ia memutuskan bahwa malam ini tidak akan pulang ke rumah Mama.
Satu nama terlintas di benaknya. Kak intan. Kakak iparnya itu pasti mau mendengarkan curhatannya. Sebenarnya ia lebih nyaman cerita ke Kak Faiz, tapi kakaknya itu pasti sibuk dengan perusahaannya. Lagi pula Kak Faiz dan Kak Intan kan masih lama di Surabaya. Jadi sebisa mungkin ia memanfaatkan waktu untuk menenangkan diri dari Damar. Mungkin sementara waktu ia akan menginap di rumah Kak Faiz dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obesity Love✔
Roman d'amourDijodohkan dengan pemain Timnas?? Rimasuna Hilwani (22), seorang gadis bertubuh gemuk. Dengan berat badan 75 kg dan tinggi badan 160 cm. Perjalanan hidupnya bermula saat ia dijodohkan dengan Damar Putra Al-Faraby (27), seorang atlet bertubuh tegap y...