Chapter 21

10.5K 710 14
                                    

Stadion mulai dipadati suporter Timnas Indonesia yang datang dari berbagai wilayah. Banner dan spanduk mulai berjejer rapi di depan tribun. Jersey merah khas Indonesia kompak dipakai para suporter. Begitu pula dengan Damar dan Rima. Keduanya tengah mencari tempat duduk VIP sesuai dengan tulisan yang ada di tiketnya.

"Nah di sini kan, kita?" Tanya Rima kepada Damar.

"Iya, benar kok." Damar meneliti tiketnya.

Mereka berdua pun duduk di sana. Rima melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 18.45. Itu artinya, lima belas menit lagi pertandingan akan dimulai. Gemuruh para suporter baik dari Indonesia maupun dari Vietnam pun semakin membara. Mereka meneriakkan yel-yel dan jargon dari negaranya masing-masing.

Terlihat bahwa kedua tim mulai memasuki lapangan, bersalaman, lalu menyanyikan lagu kebangsaan mereka secara bergantian. Setelah itu, barulah wasit menentukan siapa yang akan memulai lebih dulu alur pertandingan tersebut.

Sebuah uang koin lima ratusan dilempar bebas ke udara. Wasit menangkapnya, menampilkan gambar melati yang berhasil didapatkan Vietnam untuk memulai pertandingan sepak bola malam ini.

Meski sedikit kecewa, para suporter tetap menyerukan yel-yel untuk para pemain dari Indonesia. Rima sangat antusias melihat kiper favoritnya yang sudah berada di depan gawang. Ia semakin bersemangat untuk menyanyikan yel-yel kebanggannya. Berbeda dengan Damar yang hanya sesekali mendongak untuk melihat penampilan dari adik tingkatnya. Lelaki itu tampak sibuk dengan benda pipih di genggamannya.

"Dam, nanti kalau udah selesai tolong fotoin aku sama Aris ya!" Teriak Rima di tengah kebisingan mereka berdua.

"Ngapain foto sama Aris?" Tanya Damar sedikit tak suka. Ia mematikan ponsel, meletakkannya di saku celana.

"Dari dulu aku udah ngefans banget sama dia. Seumur-umur aku nggak pernah foto sama Aris. Kali ini aja kok Dam." Rima semakin memohon kepada lelaki itu.

Damar menghembuskan napas berat.

"Bahkan kamu nggak pernah foto sama saya. Perlu saya kasih izin?" Sinisnya.

"Ya ampun Dam. Aku kan cuma minta tolong fotoin. Ya udah deh, kita selfie dulu aja gimana?" Tawar Rima menatap Damar. Lelaki itu mengeluarkan ponsel dari saku. Memberikannya kepada Rima.

"Pakai ponsel saya aja." Tanpa protes Rima mulai mengotak-atik ponsel Damar, mencari ikon kamera.

Damar mendekat ke arah Rima. Bersiap dengan pose datar andalannya. Gadis gendut itu meninggikan ponsel seraya menghitung mundur. Beberapa kali mereka berganti pose. Lebih tepatnya hanya Rima saja yang bervariasi. Karena gaya Damar tetap sama sedari awal foto tadi.

"Nah... kalau gini kan aku juga udah punya foto sama kamu," ucap Rima tersenyum manis kepada Damar, memberikan ponsel tersebut kepada lelakinya.

"Eh iya.. kalau suka, jangan lupa buat wallpaper ya. Ehm, maksud aku.. kalau kamu suka sama posenya." Gadis gendut itu tersenyum kikuk. Takut Damar salah mengartikan ucapannya.

Lelaki itu hanya mengangguk. Kemudian kembali fokus mengotak-atik benda pipih di genggamannya.

Pertandingan babak pertama dimulai. Serangan demi serangan dari Vietnam mampu dilumpuhkan Indonesia. Tidak mau kalah, negara kepulauan itu pun membalas serangan dengan menguasai bola lebih lama. Menggiringnya dari satu titik ke titik lain hingga sampai di penghujung lapangan.

Pemain timnas bernomor punggung 12 mulai melayangkan tembakan golnya ke gawang lawan. Namun bola masih belum bisa masuk dengan mulus, benda bulat itu mengenai tiang atas gawang. Merasa belum puas dengan serangan dari temannya, pemain timnas yang diketahui Rima bernama Aji itu pun kembali berusaha menembakkan bola dengan menyundulnya.

My Obesity Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang