Cahaya bulan menerpa wajah tampan Damar, membentuk siluet gelap yang menyiratkan sebuah arti tertentu bagi yang melihatnya. Lelaki itu tengah berdiri di balkon, menghadap jalan raya yang sangat padat. Di belakangnya, duduk seorang laki-laki berambut keriting yang tak lain adalah Bagas-sahabatnya. Mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing, setelah perdebatan sengit terjadi di antara keduanya.
Bagas membuang asal permen karet yang sejak tadi dikunyahnya. Ia bangkit dari kursi, meninggalkan sahabatnya sendirian. Sementara Damar menghela napas kasar, ia sudah menebak jika Bagas akan marah kepadanya.
Lima belas menit yang lalu.
"Jadi gimana? Lo berdua dijodohin tapi nggak saling cinta?" Tanya Bagas kepada Damar yang sedari tadi berdiri membelakanginya.
Lelaki itu mengangguk.
"Dan lo nggak berusaha buat mencintai Rima?"
Damar menghembuskan napas gusar. "Sulit, Gas. Saya sudah mencobanya."
Kini giliran Bagas yang menghembuskan napasnya gusar.
"Lo masih berharap sama Karina?" Tebak Bagas tepat pada sasaran.
Damar tidak menjawab, matanya menerawang jauh menembus langit malam. "Saya hanya mencoba membahagiakan Mama dengan menerima perjodohan ini," ucapnya tercekat.
Bagas tersenyum miring.
"Justru Mama lo pasti akan kecewa kalau tahu lo kayak gini."
"Saya memang tidak mencintai Rima, tapi bukan berarti saya tidak bertanggung jawab," elak Damar, membuat emosi Bagas mulai terpancing
"Tanggung jawab gimana?! Lo sama sekali nggak mikirin perasaan Rima, Dam. Dari tatapannya aja gue bisa lihat kalau Rima itu cinta sama lo. Haduuh, gue punya sahabat g****k banget. Hargai selagi ada! Rima itu cewek baik-baik, Dam. Nggak tega gue kalau lo nyakitin dia. Harusnya sejak awal lo bilang ke nyokap lo tentang Karina. Bukannya malah nambah masalah kayak gini. Kalau udah begini, mau gimana lagi lo harus berusaha ngelupain Karina. Lo harus sadar, sekarang lo udah nikah sama Rima. Nggak seharusnya seorang suami meninggalkan istrinya sendirian di rumah demi perempuan lain."
Pada akhirnya, Bagas berucap penuh emosi. Jari telunjuknya terpacu pada dada Damar. Matanya menatap Damar dengan tatapan yang menghujam. Beberapa waktu lalu ia sempat mendengar kabar dari Nana jika temannya itu mengunjungi Karina di rumah sakit. Dugaannya benar, ia sudah hafal betul dengan kelakuan sahabatnya itu. Bagas takut jika Damar memperlakukan Rima sama seperti perempuan-perempuan yang pernah dekat dengannya.
Lelaki berambut keriting itu menarik telunjuknya. "Lo kira gue selama ini nggak tahu, kalau malam itu lo pilih ninggalin Rima sendirian di rumah demi jenguk Karina di rumah sakit?! Jangan-jangan sejak malam itu, lo jadi bersikap dingin ke Rima?!" Bagas memicing, menatap Damar seperti menatap tahanan.
"Sekarang gini deh, bayangin lo ada di posisi Rima. Dicuekin tiba-tiba tanpa tahu alasannya. Perasaan lo gimana? SAKIT?!" Bagas menarik kerah baju Damar, membuat lelaki itu berjengkit kaget. Tidak sampai disitu, satu pukulan mendarat di samping bibir Damar, membuat bibirnya sobek. Ia tersungkur di hadapan Bagas.
"Lo nggak punya hati tau nggak, pantas aja Rima kalau sama lo selalu badmood. Gue nggak mau tahu! Pokoknya lo harus ngelupain Karina! Gue nggak mau punya sahabat yang cupu kayak lo!! Pengecut!!" Bagas menghempaskan cengkeramannya kasar, membuat Damar meringis. Setelahnya ia berdiri, hendak meninggalkan lelaki dingin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obesity Love✔
RomansaDijodohkan dengan pemain Timnas?? Rimasuna Hilwani (22), seorang gadis bertubuh gemuk. Dengan berat badan 75 kg dan tinggi badan 160 cm. Perjalanan hidupnya bermula saat ia dijodohkan dengan Damar Putra Al-Faraby (27), seorang atlet bertubuh tegap y...