🐣3. Demo

829 113 93
                                    

Hari ini adalah hari pelaksanaan demo eskul. Sekolah ini memang berbeda. Jika biasanya demo dilakukan pada saat masa orientasi,  maka SMA Alderra akan melaksanakan satu bulan setelahnya.

Seluruh siswa kelas sepuluh diundang ke auditorium, sementara para ketua ekskul sudah bersiap di auditorium sejak tadi pagi jam 06.10.

Berbagai suara tentang eskul apa yang akan mereka ambil pun menghiasi lorong sekolah. Bermacam alasan pun mereka lontarkan kepada teman masing-masing, namun berbeda bagi Ziva yang sedari tadi berbicara dengan nada tinggi tanpa mempedulikan sedang berada di mana ia sekarang.

"Gue mau ambil eskul yang ada Kakak Ganteng kemaren, ah. Dia 'kan pinter tuh, pasti dia jadi ketua. Ya, 'kan, Ra?" tanya Ziva antusias.

Beberapa murid pun menoleh ke arah sumber suara.  Memberikan tatapan cukup kesal karena di pagi hari yang cerah ini telinga mereka harus tersakiti oleh suara Ziva. Memang mereka belum mengenal sepenuhnya siapa gadis itu, tapi mereka yakin kalau ia adalah tipe cewek yang siap viral sebagai manusia aneh di SMA Alderra.

Nusa yang notabenenya adalah ketua eskul choir sontak merasa bahwa namanyalah yang dimaksud. Sebab hanya satu orang siswi yang berbicara seperti itu dengan kencang, sementara yang lainnya hanya membicarakan soal alasan-alasan yang logis.

Pintu aula memang tipis, jadi memudahkan siapa saja untuk berbicara sampai menuju ke ruang dalam, apalagi untuk spesies cempreng seperti gadis berusia 16 tahun itu. Membuat Nusa yang kebetulan sedang membuang kotoran di tempat sampah dekat pintu masuk menggeleng pelan. Ada-ada saja tipe adik kelas zaman sekarang.

Sora terdiam. Malu jika harus menjawab pertanyaan Ziva barusan. Siapa ini yang ada di sebelahnya? Tidak bisakah ia memelankan suara sekali saja?

Duh, jangan sampe orang-orang tau kalo gue temennya. Aduh, hati paling dalam pun sampai berteriak sekencang ini. Kenapa bisa di awal-awal ia memasuki sekolah, bisa memilih teman seperti Ziva? Ia yakin ini adalah kutukan yang berasal dari alam semesta karena terlalu sering mengeluh atas julidnya kehidupan.

Merasa kesal atas respon dari Sora, Ziva pun menepuk bahu teman di sebelahnya itu.

"Woi...! Gue lagi ngomong sama manusia, 'kan? Bukan sama tembok?"

Lagi-lagi Sora hanya terdiam, kemudian berjalan beberapa langkah lebih cepat dan memasuki auditorium terlebih dahulu. Biarkanlah jika ia harus disoraki oleh murid lain karena terpaksa tergeser ke samping karena langkahnya, tapi menyelamatkan diri adalah hal paling penting sekarang. Walau pada akhirnya ia tak pernah berhasil lolos dari gadis berambut sebahu itu.

Sudah jelas mata Ziva langsung tertuju pada sebuah booth bertuliskan choir. Tak peduli dengan suaranya yang bisa membuat pasien dokter THT semakin banyak.

"Sora, liat itu siapa...!" Ziva merasa senang sendiri sembari menunjuk wajah Nusa secara terang-terangan. Menjadi manusia paling norak di antara manusia lainnya yang juga terpesona. "Ya ampun calon suami gue ganteng banget anjir!"

"Lo sakit, ya?" sahut salah seorang siswi berambut panjang yang sedang mengambil posisi duduk.

"Berisik lo!"

"Diem aja nggak bisa anjir."

"Nggak tau malu banget gila."

Ya ... Ziva dapat mendengar semua suara kebencian itu, tapi biarkan saja—ia tidak peduli. Mungkin mereka semua sirik.

Dehaman mc seketika menyelamatkan nyawa Sora saat itu. Semua murid sontak menutup mulut dan mengikuti arahan yang diberikan.

Sampai akhirnya setiap perwakilan dari masing-masing booth menaiki panggung dan menunjukkan keunggulan, serta contoh dari eskul yang akan mereka pilih.

Drama Queen Life [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang