Ziva sudah tak tahu lagi bagaimana nasib kisah cintanya bersama Nusa. Ia hanya bisa pasrah pada semesta. Terus merutuki lelaki berengsek itu setiap hari mungkin sudah menjadi kebutuhan bagi Ziva.
Menampilkan wajah bahagia selama beberapa minggu terakhir di sekolah, lalu menangis ketika sudah sampai di rumah. Hanya itu yang ia lakukan setiap hari.
Cinta pertama yang ternyata tak seindah ekspektasi, semuanya suram seperti kenangan pahit bersama mantan. Tunggu sebentar, memang Ziva punya mantan? Oh, iya, tidak. Jadi, ia juga tak boleh menggunakan perumpamaan yang tidak bersangkutan saat sedang bercerita.
Gadis itu hanya bisa berharap kelak hubungan antara Nusa dan Sora bisa bahagia walau tak ikhlas sebenarnya doa itu dirapal. Memang ia sendiri pun bingung kenapa sampai bantu bicara pada Tuhan, tapi anggap saja itu perbuatan baik yang bisa ia lakukan agar bisa masuk surga.
"Ayo ... Ziva, lo harus bisa move on! Ngapain coba tangisin cowok najis kayak gitu? Sayang air mata lo," ucap Ziva untuk menyemangati diri sendiri. Sudah cukup air matanya terus terkuras deras, tapi hatinya justru semakin memburuk.
Jari-jari kurus kering itu mulai berjalan ke atas layar ponsel miliknya. Menekan sebuah aplikasi yang sudah tak lama dilihat sejak bertemu Nusa. Yap, para jari dan mata rela menahan nafsu melihat cogan di luar sana. Cukup satu yang harus Ziva perjuangkan, yaitu Nusa. Tapi sayangnya itu hanya berlaku sementara waktu saja.
Tampak seorang lelaki tampan di sana bernama Nazril. Karena jarinya pun bisa diajak kerja sama, mereka berdua akhirnya match.
Berharap aja dia lebih ganteng dari Nusa di kehidupan asli, Ziv, batin Ziva pasrah.
Halo, salam kenal. Aku Nazril dari sekolah tetangga, sapa cowok tak dikenal itu melalui aplikasi kencan.
"Hai," balas Ziva yang mendadak jadi perempuan tak agresif, sebab ia masih ragu pada ketulusan hati seorang cowok yang baru saja dikenal. Hatinya masih belum bisa menerima dengan sempurna jika harus menggantikan posisi Nusa. Memang itu adalah hal yang bodoh, tapi tak tahu kenapa itu terjadi.
"Kamu cantik, boleh nggak aku minta WA kamu biar kita kenalannya lebih gampang?" Benar-benar langsung pada intinya, tapi hal itu berhasil membuat Ziva setuju. Tak tahu kenapa kedua jempolnya justru mengetik angka berjumlah dua belas miliknya.
Sampai yang bermula hanya dari aplikasi kencan, mereka benar-benar pindah ke aplikasi chatting tersebut.
Dilanjutkanlah perbincangan di antara keduanya, dan Ziva rasa, ini bukan perkenalan yang buruk.
"Kamu tinggal di mana?" tanya Nazril penasaran.
Ish kepo, untung ganteng! batin Ziva. Walau pada akhirnya gadis itu tetap menjawab, "Di rumah Ziva."
Di balik layar ponselnya pula Nazril menepuk jidat. Gemas rasanya. Benar memang jawaban Ziva barusan, tapi bukan itu yang ia harapkan. Banyak opsi lain seperti menyebutkan alamat rumah, siapa tahu Nazril bisa mampir usai pulang sekolah.
"Maksudku, alamat rumah kamu."
"Ya Tuhan ... kok cowok ini aneh? Kepo banget! Masih lebih mending Kakak Ganteng, sih, walau galak dan berengsek, ah ... tapi lo harus move on, Zivanna!" Ziva tampak bimbang untuk melanjutkan perbincangan, tapi bagaimana bisa semua rasa sedihnya bisa hilang kalau tidak terlampiaskan pada pria aneh satu ini?
Tunggu ... apa jangan-jangan manusia ini mau menculik Ziva lalu mengurung di gudang dan ternyata ia adalah orang suruhan Sora? Tapi untuk apa Sora melakukan itu semua? Karena takut Nusa kembali ke pelukkan Ziva? Aduh, harus hati-hati sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Queen Life [COMPLETED]
Novela Juvenil[Completed] Nusa akan berusaha untuk mempertahankan eksistensi eskul choir walau peminatnya bisa dihitung menggunakan jari. Tak peduli seberapa banyak tawaran untuk mengikuti olimpiade, fokusnya hanya ada pada eskul choir. Di tengah perjuangannya it...