Tak ada yang bisa menghalangi pikiran Nusa jika itu semua sudah menyangkut Ziva. Ya ... laki-laki itu nyatanya benar-benar menaruh rasa. Rasa cinta yang tak bisa digantikan oleh apa pun.
"Sora itu sepupu saya, dan saya tidak tahu apa yang terjadi antara ia dan juga Ziva. Tapi ...." Bu Doremi memberi jeda sebentar. Tentu saja hal itu berhasil membuat Nusa semakin penasaran. Apa jangan-jangan?
Nusa tak terlalu memerhatikan kata sepupu dari bibir Bu Doremi. Cowok dingin itu tak peduli hubungan darah apa yang ada di antar mereka, sungguh tidak penting bagi Nusa untuk mengetahui itu semua.
Belasan detik terlewati. Nusa masih setia menunggu kata selanjutnya yang terucap. Otaknya dibuat semakin penasaran sambil merangkai berbagai kejadian menjadi satu. Tapi ... apakah mungkin?
Sampai akhirnya kesabaran Nusa pun habis, cowok itu bertanya, "Tapi apa, Bu?"
"Dia aneh, tidak mau pergi ke sekolah dan memilih untuk fokus bekerja. Padahal pendidikan SMA itu sangat penting untuk melanjutkan jenjang perkuliahan," jelas Bu Doremi.
"Iya padahal kalau saya lihat, dia tidak pernah kerja lagi di supermarket. Dia justru hanya bermalas-malasan dan berkata bahwa uang akan datang dengan sendirinya. Sedikit bodoh memang pemikirannya seperti generasi sekarang yang hanya menginginkan sesuatu secara instan."
Nusa diam. Ada sesuatu yang menjanggal di kalimat Bu Doremi barusan. Uang tak bisa datang dengan sendirinya tanpa dicari, terkecuali ada satu kemungkinan. Membuka jasa menjadi mucikari di rumah. Ah, tapi tak mungkin itu terjadi. Mustahil rasanya.
"Apa dia tidak tahu jika terus merebahkan tubuh di atas kasur akan menyebabkan berbagai macam penyakit?" lanjut Bu Doremi dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
Nusa mengendikkan bahu. Kalau dari pelajaran yang ia dapat, benar memang perkataan Bu Doremi. Bisa menyebabkan obesitas, strok, dan beberapa penyakit berbahaya lainnya. Jelas membutuhkan biaya yang sangat mahal dan tidak menjamin kesembuhan.
"Apa kabar Ziva? Hubungan kamu dan dia masih baik-baik saja?" Akhirnya Bu Doremi bisa masuk ke dalam topik utama. Sebenarnya ia tak yakin jika Nusa mau menjawab, tetapi dicoba saja. Siapa tahu berhasil.
Nusa menggeleng kecil. "Saya udah lama nggak ketemu Ziva, Bu."
"Loh, kenapa? Bukankah kalau dari gosip di ruang guru, kalian sudah berpacaran?" Bu Doremi mulai menemukan sedikit jalan. Itu artinya pria itu bisa dipancing lebih lanjut untuk membongkar segalanya. Berarti ... betul dugaannya semalam, Nusa tak hadir karena Ziva, bahkan sampai menelantarkan eskul. Ternyata benar pula dugaan atas keluarnya Ziva.
"Iya, karena saya jahat sama dia, Bu. Walau saya nggak yakin sama apa yang saya perbuat, tapi ada satu hal yang bikin kepercayaan dia hancur." Tanpa sadar cowok itu bercerita segala sesuatu yang mengganjal selama beberapa minggu. Hidupnya tidak tenang, selalu dihantui oleh perasaan berpasang-pasangan apalagi saat nama Sora kian disebut oleh Zidane dan juga Nissa.
Nusa tak suka Sora. Ia sama sekali tak masuk ke dalam kriteria Nusa. Walau memang pada awalnya Ziva pun seperti itu dikarenakan sikap pecicilan dan tak tahu malu, tapi semakin lama Nusa bisa menerima.
Khusus Sora, sepertinya jika pernikahan itu benar-benar dilangsungkan, tak lama kemudian pasti keduanya akan berpisah. Menurut keluarganya pun masih lebih baik memiliki status sebagai janda atau duda daripada hidup sebatang kara karena hamil di luar nikah.
"Kepercayaan apa kalau saya boleh tahu? Siapa tahu saya bisa membantu mengembalikan kepercayaan itu dan membantu memperbaiki hubungan kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Queen Life [COMPLETED]
Ficção Adolescente[Completed] Nusa akan berusaha untuk mempertahankan eksistensi eskul choir walau peminatnya bisa dihitung menggunakan jari. Tak peduli seberapa banyak tawaran untuk mengikuti olimpiade, fokusnya hanya ada pada eskul choir. Di tengah perjuangannya it...