"Kakak Ganteng udah suka sama Ziva?" tanya si gadis berkepang dua sembari menatap Nusa dalam. Dengan wajah tak berdosa gadis itu melontarkan pertanyaan.
Deg!
Entahlah, tapi cowok ini mendadak tak bisa ditatap dalam-dalam seperti ini. Kenapa jantungnya jadi berdebar hebat? Astaga ... setiap hari ia sudah menunaikan ibadah, tapi apa jangan-jangan manusia ini mengirimkan santet?
"Sehat?"
Ziva mengangguk cepat. Senyumnya lagi-lagi mengembang. Kata Mela, "Menjadi anak itu harus jujur." Itu buktinya sudah Ziva praktikkan sekarang. Bertanya soal bagaimana perasaan orang yang ia sukai, apalagi kemarin Nusa sempat-sempatnya keceplosan. Kan Ziva jadi senang. Ia akan mencoba untuk menjadi gadis kalem agar hati Nusa semakin terisi oleh dirinya.
Ya ampun, lebih baik cowok ini kembali ke kelas daripada harus dibuat semakin bimbang. Namun, baru saja beberapa langkah tercipta, Ziva langsung menangkap lengan tangan Nusa. Menahan cowok itu agar tak terburu-buru pergi dan meninggalkannya sendirian di lorong.
"Aku rela jadi kalem demi Kakak Ganteng." Ziva kembali berucap sembari memilin kepangannya tadi pagi. Berubah menjadi lebih baik juga tidak ada salahnya walau ini demi Nusa. Tidak menimbun dosa, siapa tahu juga karena perubahannya, para guru bisa mendadak tak suka marah-marah?
Astaga, sip, kenapa gadis ini semakin menjadi-jadi? Apa mungkin untuk membuat sang hati tenang, Nusa harus memacari gadis aneh ini? Memang menyebalkan, tapi di satu sisi juga selalu masuk ke dalam mimpi tiap malam.
Dari yang awalnya merasa geli, kesal, hingga pada akhirnya Nusa ingin bersama. Namun, tunggu ... ini hanya masih menjadi wacana.
"Gue ada urusan. Harus ketemu Bu Happy mau ikut?" tanyanya sinis. Ya ... tak mungkin Ziva mengekor, apalagi riwayat sang gadis dengan si guru BK satu itu sangat tidak baik.
Ziva menggeleng cepat. Ya ampun, lebih baik mundur daripada harus berurusan dengan seekor paus betina.
"Ya udah, semoga selamat."
Dalam diam Nusa tersenyum kecil. Ada-ada saja memang gadis ini.
👶👶👶
Sora duduk di sudut kelas. Air matanya mengalir sembari menatap ponselnya serius. Ziva yang baru saja memasuki kelas, sontak membelalakkan mata lebar. Tunggu, si gadis jelek satu itu hanya mencari perhatian atau sedih sungguhan?
Apakah Sora benar-benar sakit hati atas tanggapan yang ia beri kemarin? Tapi ... itu semua juga biasanya dilakukan oleh Sora, dan Ziva biasa saja.
Beberapa siswi yang ada di kelas berjalan mendekati Sora, sambil bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Jawaban pun enggan ia berikan. Seperti biasa, semua akan dipendam dalam kesendirian.
"Ra, lo kenapa lagi, sih? Lebay, ih." Lagi-lagi Ziva masih mengikuti apa yang biasanya Sora lakukan. Lagi pula, di kala sedih melanda, kenapa harus ditunjukkan pada semua orang? Apakah itu merupakan salah satu bentuk kebahagiaan bagi seorang Soraia Bellatrix untuk membuat semua orang khawatir? Andai peduli datang, jika tidak, sama saja ia mempermalukan dirinya sendiri.
"Nggak apa-apa. Ntar kalau gue kasih tau, lo pasti marah besar sama gue, Va. Gue nggak mau pertemanan kita hancur gitu aja," ucap Sora layaknya orang suci di dunia. Walau sebenarnya ada sesuatu yang ia tutupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Queen Life [COMPLETED]
Fiksi Remaja[Completed] Nusa akan berusaha untuk mempertahankan eksistensi eskul choir walau peminatnya bisa dihitung menggunakan jari. Tak peduli seberapa banyak tawaran untuk mengikuti olimpiade, fokusnya hanya ada pada eskul choir. Di tengah perjuangannya it...