🐣22. Ia Datang

458 50 54
                                    

Karena tak terima dengan reaksi Nusa di sekolah, Sora memaksa Ziva untuk memberi tahu alamat rumah cowok itu. Dengan berat hati pula harus ia beri. Jika ingin jahat pun bisa sebenarnya, seperti menganggap kalau semua itu mimpi belaka, tapi Ziva hanyalah manusia biasa yang masih memiliki rasa simpati.

Kepalan tangannya Sora terus menghantam dirinya sendiri ke pintu masuk rumah Nusa. Sebuah pemukiman yang berada di bawah pengawasan ketat security sampai aman jika tak memakai gerbang.

"Pe-per-misi ...."

Tak lama, seorang wanita paruh baya akhirnya keluar. Wajahnya mengerut seraya menunggu perempuan di hadapannya ini menjelaskan apa maksud kedatangannya.

"Saya Sora," ucapnya lemas. Dengan otomatis pula ia berlutut di hadapan Nissa, sampai ingin mencium kaki wanita tersebut.

"Bangun, Nak. Jangan kayak begitu." Nissa membantu Sora membangkitkan badan.

Lalu tanpa menanyakan siapa identitas manusia tersebut, Sora langsung diajak masuk ke dalam rumah. Sebab Nissa pikir, kemungkinan besar anak ini adalah teman Nusa. Terbukti dari seragam sekolah yang mirip dengan milik anaknya.

"Ada apa, ya?" tanya Zidane—ayahnya Nusa yang kini sudah ikut duduk bersama Nissa.

"Saya butuh bicara sama Om, Tante, dan juga Nusa."

Zidane dan Nissa mengangguk pelan, sedangkan pembantu di rumah Nusa yang baru saja selesai mengantarkan segelas jus jeruk, langsung menuruti perintah dari sang tuan untuk menyuruh Nusa turun.

Dengan rambut yang masih berantakkan dan kemeja yang tak lagi rapi, akhirnya sesosok laki-laki muncul. Wajahnya tak lagi bersahabat. Terlihat jelas dari banyaknya benang-benang kusut yang tampak dari sang wajah.

"Aku mau jemput Zea, Ma, Pa. Dia baru selesai ekskul, 'kan?" Nusa membuang muka. Wajahnya sempat terkejut saat melihat kehadiran Sora di sana. Pasti sesuatu yang aneh akan terjadi dalam beberapa menit ke depan.

"Zea lagi bobo siang di atas, hari ini dia nggak eskul, Bang," sahut Nissa seraya menyuruh Nusa 'tuk ikut duduk bersama dan membicarakan hal yang terlihat penting bagi keluarga mereka.

Dengan terpaksa, akhirnya Nusa harus menghadapi manusia tidak jelas ini sekarang. Seekor manusia setengah hewan yang sudah menggagalkan rencana untuk menyatukan cinta dengan Ziva. Menghancurkan segala momen indah, bahkan menciptakan keretakkan yang teramat besar bagi hubungan mereka.

"Kak, lo harus tanggung jawab ...!" Sora kembali menangis. Air matanya mengalir deras sembari menatap Nusa penuh harapan. Semoga saja cowok itu merasa iba dan berujung mencurahkan rasa simpati.

Nissa dan Zidane melongo. Tanggung jawab. Apa maksud dari dua kata itu?

Mereka masih tak yakin dengan maksud Sora yang jika diteliti lebih lanjut, sepertinya mengandung kesedihan yang mendalam. Sebagai orang tua, mereka jelas mengetahui bagaimana karakter sang anak.

"Hah, ada apa, ya?" tanya Nissa setengah panik.

"Saya hamil karena anak Tante. Saya diperkosa waktu kita ketemu di diskotik. Dia mabok, dan saya jadi pelampiasan seksnya." Sembari berbicara, Sora menunjukkan testpack yang ia bawa dari pagi tadi.

"Benar itu Nusa?!" Sebagai seorang ayah, Zidane merasa gagal karena sudah mendidik anaknya di jalan yang salah.

Nusa menggeleng cepat. "Enggak, dia bohong. Aku nggak pernah mabok. Ke diskotik aja nggak pernah."

Drama Queen Life [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang