Entahlah, tapi semua orang masih sibuk membicarakan tentang akun Instagram Ziva. Seorang lambe di sekolah dengan cepat membagikan hasil screenshot dari akun @Zivana_Alecia
Sungguh, mereka pikir si gadis menyebalkan itu adalah sosok yang tulus dan setia, buktinya walau sudah dibuang bagaikan sampah oleh Nusa, gadis itu masih saja tak menyerah.
Sementara Ziva yang datang ke sekolah tanpa menyadari apa pun masih setia memasang wajah gembira, apalagi saat mendengar kabar bahwa ekskul choir berhasil meraih juara pertama. Pasti Nusa senang!
Namun, seperti ada sesuatu yang menyentil hati Ziva barusan. Mengapa semua orang seolah menatap ia tidak suka? Apa ia melakukan kesalahan? Oh, iya, mungkin karena cemburu kala Biru membacakan puisi di ruang ekskul kemarin.
"Ya ampun, ternyata gini, ya, jadi cewek yang kayak di novel. Disukain sama anak yayasan, eh dicibir sana-sini," ucap Ziva pada dirinya sendiri.
"Munafik!" cibir seorang siswa yang melintasi Ziva.
Ziva menatap ia tak suka. Saling mengenal saja tidak, tapi sudah berani mengata-ngatai orang lain. Dasar manusia aneh!
Perempuan itu memang tak sadar dengan apa yang terjadi. Tak hanya satu orang yang mengejek atau menunjukkan ekspresi marah, melainkan beberapa orang.
"Pengkhianat!"
"Gue pikir dia setia, tapi apaan?"
Apa, sih, kok pada benci sama gue? batin Ziva kesal. Ah, udah, gue nyamperin Kakak Ganteng aja!
Ziva benar-benar datang menghampiri Nusa di kelasnya, kemudian tanpa rasa malu, ia pun segera mengisi kursi di sebelah cowok kesayangannya.
Kedua bola mata Nusa masih fokus pada layar ponsel. Tampak serius sekali sampai tak menghiraukan keberadaan seorang pun di sebelahnya.
"Hai!" sapa Ziva sembari melambaikan tangan. Senyumnya terlukis lebar.
Nusa menoleh. Kedua mata cowok itu terbelalak, bahkan alis tebalnya pun ikut mengikis jarak. Sibuk mengatur napas agar teratur, dan sebisa mungkin meredam emosi agar tak diluapkan dalam kelas.
Jujur, ia tak paham lagi dengan pola pikir Ziva. Semakin hari sang akal sehat pergi begitu saja. Gejala halusinasinya semakin meningkat, bahkan sampai mempermalukan nama beberapa orang lainnya.
"Maksud lo apa?" Rahangnya mengatup kuat. Wajahnya merah, tangannya mengepal. Andai yang ada di hadapannya sekarang bukanlah perempuan, pasti Nusa tak segan menghajar Ziva sampai lemas atau mungkin meninggal.
Ziva mengerutkan kening. Masih tak paham dengan apa yang terjadi. Semua orang kini terasa aneh seperti perasaan. Dirinya tidak berbuat salah, tapi kok sampai berimbas ke Nusa?
Memang, sih, ia tak menghadiri perlombaan, dan mengingkari janji untuk menjadi fotografer di saat lomba. Tapi ... maaf, keadaan tak mengizinkan. Ziva juga tak mau semua itu terjadi.
Nusa bangkit, kemudian mencengkram tangan Ziva dan membawanya keluar dari kelas.
"Sakit, Kak." Ziva merintih. Kuku-kuku panjang Nusa benar-benar menusuk kulit putih miliknya. Kenapa Nusa mendadak jadi kasar? Ziva tak suka akan hal itu. Menjadi lelaki dingin seperti pembekuan ikan hasil tangkapan laut saja sudah mampu membuat jantung berdebar setiap hari.
"Oh," jawab Nusa singkat seolah tak peduli.
"Kok Kakak Ganteng jadi kasar?!" protes Ziva tidak terima. Kemarin ia melihat sisi hangat Nusa di hadapan Zea, tapi kenapa semua hilang saat berada di sekolah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Queen Life [COMPLETED]
Fiksi Remaja[Completed] Nusa akan berusaha untuk mempertahankan eksistensi eskul choir walau peminatnya bisa dihitung menggunakan jari. Tak peduli seberapa banyak tawaran untuk mengikuti olimpiade, fokusnya hanya ada pada eskul choir. Di tengah perjuangannya it...